Jumat, 30 Desember 2022

CATATAN AKHIR TAHUN 2022

Ada banyak hal, kejadian, dan peristiwa dalam tahun ini yang memperkaya jiwa-ku, yang juga mengantarku pada transformasi demi transformasi diri ini. Mungkin karena aku telah terbiasa memposisikan diri sebagai pembelajar, yaitu mengamati, mendengarkan, merasakan, memikirkan dan merenungi segala hal yang kudapatkan dan kutemui, baik dalam bacaan, tontonan, maupun dari apa yang kualami secara langsung.

Aku 'mengikat[-nya dengan mencatat kembali sebagai berikut:

Januari

Kenangan dari bulan Januari 2022, tanggal 10, adalah mencapai kesepakatan untuk mempersiapkan acara 'bedah buku Nujeongwon'... ini manuver yang menyusul terbitnya buku pertama kami tentang pelajaran2 Sayangku, hasil kolaborasi-ku dengan dua kawan Korea. Hal ini aku dokumentasikan di tautan berikut:

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0ZqorkqeXnWoPcUbWpDDsydm6TRHmNEoFZr3ouW1JNnK2fyF6CFLtzwKzKg2E8rgGl 


Bertepatan hari bulan purnama, yang merupakan bulan purnama ke-19 kami, sejak kami melebur jadi #nitasung ada secuil capaian. Yang secuil ini adalah menyelesaian 'kata pengaantar' buku kami yang berjudul ‘Sumber Daya Air’.

Gakpapa dong, kerangka dan kata pengantarnya saja dulu... Aku menghadapi kenyataan bahwa penulisan buku ini perlu proses yang lebih panjang daripada yang aku perkirakan sebelumnya. Eh, tahu-tahunya sudah setahun nih! Uhuks!

Gakpapa, Nita... kita mengalir saja... tidak perlu terperangkap dalam waktu linear... kita memaknai waktu keabadian untuk menciptakan karya yang berqualitas, Sayangku.

Sip!

Dokumentasi kata pengantar kami simpan juga di halaman Bali Happy Neigborhood ini: https://web.facebook.com/BaliHappy.../posts/1054629068431091

Salah satu hal yang patut kukenang dalam kesyukuran dan kebahagiaan agung dari bulan Januari 2022, adalah bahwa aku berhasil dalam upaya penerbitan kembali buku karya Sayangku, Winding River Village. Buku ini diterbitkan dalam versi cetak warna dan versi elektronik warna. Aku menggantika kata pengantarnya dengan memasukkan tentang Nujeongwon. Ada tambahan halaman sebagai ‘Appendix II’, juga tentang Nujeongwon.

Tidak ada satu pun kata ‘Nujeongwon’ dalam buku ini pada penerbitan sebelumnya. Tapi, aku melihatnya justru merupakan inti dari pelajaran2 dalam buku ini.

Aha! Mungkin ini salah satu perubahan yang bisa kukontribusikan bagi kehidupan, walaupun ini bukan anti-tesis, tapi bisa disebut apa ya..? Metatesis?

Lebih lengkapnya, tentang buku WRV terbitan baru ini, dapat dibaca di tautan ini:

https://aclaapela2020.blogspot.com/2022/01/winding-river-village-by-kim-sung-kyun.html?fbclid=IwAR2LOEI_3RxNKNqL4ookBYDnTvietqX6pPlAdYGojjXXY2HkZUv8mrcegVA


Februari

Tidak terbantahkan, bahwa Februari adalah bulan istimewa kami, aku lahir 2 Februari, Sayangku lahir 18 Februari, 14 Februari 2019 adalah hari valentin terindah dalam hidupku, dan kami pun sudah menyepakati untuk meninggalkan dunia ini ber-sama2 pada tanggal 14 Februari.

Di tahun 2022 ini, kenangan dari bulan Februari, selain merenungi kembali momentum kelahiran kami, hari valentin terindah kami. Juga, meningkatkan kepercayaan diri kami tentang kesempurnaan di akhir hidup kami, dengan afirmasi harian, ucapan, imajinasi, dan rasa diri yang lebih berkembang.

Dalam bulan Februari 2022 ini, aku lebih banyak observasi sebagai proses penulisan buku SDA. Juga, persiapan bedah buku Nujeongwon.

 

Maret 

Jelang Nyepi yang jatuh pada tanggal 3-4 Maret, aku menyiapkan makanan berupa kue barongko dan burasa, keduanya berbungkus daun pisang. Ini nyepi yang aku benar2 sendiri, karena Aisya dan Ancha sudah pindah kembali ke Jakarta sejak 1 Mei 2021.

Perbedaan lain nyepi kali ini dibanding nyepi2 sebelumnya, tiada pemandangan langit malam penuh bintang. Cuaca mendung berawan tebal sepanjang waktu.

Di pekan kedua bulan ini, tepatnya pada 11 Maret, aku menghadiri acara Bedah Buku di kampus IDB Bali, hadir sebagai narsum atas buku Nueongwon, sekaligus sebagai reviewer atas buku Arsitektur Bade.

Masih di pekan kedua, aku eksperimen bikin minyak kelapa.setelah membanding2-kan beberapa resep dari berbagai sumber, memikirkan dan merenungkan, serta membayangkannya... akhirnya aku ber-eksperimen! Namanya juga eksperimen, yah gak perlu banyak, aku hanya bikin dari dua buah kelapa.

 

April

Gak ada hal istimewa dalam bulan ini, kecuali di hari terakhir, yaitu aku menghadiri suatu acara kelompok multi agama/kepercayaan di rumah kawanku yang ber-agama Baha’i. Aku nginap di rumahnya, di malam takbiran Idul Fithri 1443.

Di acara ini, aku jadi kenal dengan sepasang mangku yuang sangat uniq, yang memberiku pelajaran makna kehidupan, yang sangat bernilai.

Eh, namun di banyak hari dalam bulan ini, aku dalam proses menulis novel cinta berjudul Bongyudongcheon Nujeongwon.


Mei

Di hari kedua, Ancha mengirimiku foto suasana lebaran idul fithri di Jakarta, di lapangan tempat mereka shalat Id, dan di rumah Pejaten.

Tanggal 13 Mei aku merampungkan naskah novel cinta kami berjudul Bongyudongcheon Nujeongwon. Dua hari kemudian, aku kirim ke Gramedia Digital Publishing System, dengan harapan bahwa naskah ini dapat diterbitkan tanpa aku harus mengeluarkan biaya, dan agar dapat lebih mudah diakses peminatnya.

Pada tanggal 21, aku menemukan buku keren ketika penasaran tentang kronologi bencana banjir global zaman Nuh. Awalnya, aku dapat versi terjemahannya, yaitu 'Sejarah Dunia yang Disembunyikan'.

Aku mulai meragukan, bukan isi buku yang dimaksudkan penulisnya, tapi teks2 terjemahannya, yang tidak konsisten dan lepas dari konteks yang aku tangkap pada kata pengantar dan pendahuluan. Jadi, aku cari versi aslinya, yaitu 'The Secret History of The World'.

Jelang pekan terakhir, tepatnya tanggal 22 Mei, adalah puncak ketegangan hubungan kerja antara aku sebagai penulis dan pihak penerbit, yang menerbitkan buku pertama-ku, Nujeongwon, dan menerbitkan kembali buku karya Sayangku, Winding River Village. Aku menulis tentang hal ini dan kusimpan di blog pribadiku.


Juni

Awal juni ini aku sudah baca -- mulai kata pengantar sampai dengan bab 4 buku "Sejarah Dunia yang Disembunyikan" (hingga halaman 100). sebanyak 5 kali.

Aku rasa perlu juga aku baca versi aslinya, yaitu dalam bahasa Inggris sebanyak 2x sebelum masuk ke bab selanjutnya.

Di bab-bab selanjutnya (bab 5 sd bab 28), aku berencana, mau baca 5x versi Inggris dan 2x versi Indonesia.

Bagaimanapun, aku lebih bisa ber-empati terhadap penulis jika membaca bahasa yang dia gunakan, bukan terjemahannya.

Aku mempraktekkan kebiasaan lama untuk buku Sejarah Rahasia ini, yaitu dengan membacanya dengan suara lantang, merekamnya, dan mendengarkannya ber-ulang2. Beberapa rekaman aku simpan juga di akun Youtube-ku. Salah satunya pada tautan ini:

https://www.youtube.com/watch?v=e_vap7JjD7E

Pengalaman dengan pihak penerbit Bali aku tulis dan simpan sekaligus unggah di blog-ku pribadi pada tautan ini:

https://humanity-community.blogspot.com/2022/06/mengalami-hidup-sebagai-seorang-manusia.html?fbclid=IwAR0sNXzW7xQlLNEj_nKUFziPanyLj18HRDcgr84SbRoWEerh0aUa5WB8jPs

Peristiwa yang agak istimewa di bulan Juni 2022 adalah pada tanggal 18, bahwa akhirnya aku hadir di malam Ketika teman2 SMA se-angkatan-ku mengadakan makan malam di hotel tempat mereka menginap, di Kuta, Bali. Sebelum pkl. 21, aku tinggalkan hotel dengan berkendara gojek menuju rumah Bu Urip di Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur. Aku menginap di sini, dan pagi sebelum pk. 7, aku jalankaki ke Sanur, mengunjungi sahabat-ku, keluarga Bali lainnya. Aku tiba kembali di rumah kosan, tempat pertapaan-ku menjelang sore hari.

Pada tanggal 27, dibantu oleh Ancha, aku berhasil bikin gambar yang mengilustrasikan kisah percintaan Phoenix dan Naga di Bongyudongcheon Nujeongwon. Gambar ini kupasang jadi ‘cover’ akun-ku di facebook.

 

Juli

Di tanggal 3, masih agak pagi, sekitar pk. 10, aku menyaksikan sesuatu, yang kemudian aku meyakininya sebagai penampakan burung garuda. Makhluq ini seolah muncul dari atap rumah ini dan terbang ke pepohonan di pekarangan tetangga di sebelah selatan…

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0384WBdeDWtKaJdH47WYP4TBcktn1L7qybghrqXTDPyxhRXY7uVS8nPe3swKHeSMQUl

 

Agustus

Peristiwa istimewa dalam Agustus 2022 adalah bergabungnya kembali Aisya dalam kehidupan-ku, sejak tanggal 12.

Aku yang hidup dalam pertapaan selama 1 tahun 3 bulan 11 hari sudah mengalami beberapa transformasi. Salah satunya adalah perubahan sikap-ku terhadap manusia perempuan paling bandel sedunia ini, Aisya. Dia bukan lagi anak-ku, tapi pembimbing spiritual-ku.

Diri-nya hanyalah media bagi Roh2 Agung, Lucifer dan Amaterasu.

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid02oNGUtVmRPZQcUEtu5sx7dx2JKwzP9qa7s6CvX35JiUoM9jrhxtTAwmc1ufTc4k5Ul

Di akhir pekan kedua Agustus, aku menyelesaikan tulisan berjudul ‘Sekala-Niskala Desa Pakraman Megati Kelod’. Tulisan ini sebenarnya kumaksudkan untuk diterbitkan di KanalDesa.com, tapi karena tidak mau diterima karena tidak sesuai ciri-khas tulisan2 di portal itu. Aku diberi kesempatan mengubahnya, dengan menunjukkan keuntungan2 ekonomi yang bisa diperoleh dari topik yang aku angkat, misalnya bahwa ini bisa meningkatkan PADes atau menggairahkan BUMDes.

Dua hari kemudian, aku memutuskan menarik kembali tulisan-ku dari admin portal itu. Dan keesokannya, pada tanggal 20 aku mengunggah tulisan tulisan ini ke blog-ku pribadi. Selanjutnya, aku bikin versi Inggrisnya, dan kuunggah juga di blog-ku pribadi, dengan judul “The Intangible Existence in Bali, the Island of Gods”. Dua hari kemudian, setelah mengubah judul dan beberapa bagian agar lebih akademis, aku unggah tulisan ini di akun-ku AkademiaEdu. Judulnya menjadi “Bali Intangible Cultural Heritage”.

Dalam rangkaian peristiwa ini, aku sempat agak kecewa, karena tidak jadi dapat bayaran dari portal KanalDesa.com, tapi kemudian, terjadi sesuatu… laptop-ku bermasalah. Kursor-nya tidak bisa kukendalikan, tiga kali aku bawa ke bengkel, tapi kembali lagi masalahnya. Aku coba hubungi adikku, aku ceritakan masalah laptop-ku, dan aku tanya, “punya laptop bekas yang kagak digunakan kah?”

Eh, ternyata adikku ini mengajak tiga adikku lainnya untuk patungan belikan aku laptop baru. Tanggal 31 Agustus, laptop baru ini dalam perjalanan menuju kuil cinta #nitasung ini… Dan harganya kira-kira 8 kali jumlah honor menulis di portal itu… Hahaha!

 

September

Keistimewaan bulan September 2022 adalah masuknya serangga favorit-ku, kunang-kunang! Ia bener2 masuk di dalam rumah ini, agak lama terbang ber-putar2 di dapur, ruang tengah dan ruang tempat aku menaruh rak buku, dan beberapa barang yang jarang digunakan, termasuk koper2.

Aku sempat mencatat beberapa momen, saat aku menyaksikan kunang-kunang di Bali ini:

28 jan 2020 pk. 03:50 di badan Gunung Agung, Karangasem, Bali;

7 Juni 2022 di pekarangan depan, antara pohon ancak dan pohon bodhi;

1 Agust 2022 di teras depan;

2 Agust 2022 di depan jendela kamar tidur;

19 Agust 2022 di depan jendela kamar tidur;

9 Sep 2022 di di atas pintu pagar kayu;

14 Sep 2022 di dalam rumah;

Pernah beberapa kali lagi di depan jendela kamar tidur.

 

Oktober

Selain tanggal kelahiran Aisya, eh Lucifer pada 6 Oktober, keistimewaan di bulan oktober ini adalah, bahwa aku berproses, mengamalkan pengetahuan-ku hasil mempelajari buku Sejarah Rahasia Kosmos karya JB. Gagasan yang rad agila dan mistis… hahaha!

Gagasan ini mulai tercetus tgl 6 Oktober, dan aku mulai aksi keesokan harinya, yaitu mulai membuat boneka ukuran 1:1, yang menyerupai Sayangku, yang akan selalu menemaniku tidur di kamar peraduan kami, kuil #nitasung ini. Kelarnya (untuk sementara) tgl 22 Oktober 2022, ini belum aku lengkapi dengan tungkai.

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0hYUvn6umDP99uxH5U14p6Lijd2qNNNPCJi6KDFyqUbkUDND7jLnU5ZrMvd6CrSPJl

 

November

Awal November, aku merenungkan kembali, kekacauan2 yang sedang berlangsung di dunia ini, yang disatukan menjadi apa yang disebut "Climate Change" atau 'krisis iklim', atau lebih tepatnya 'krisis ekologi'. Ada banyak pertanyaan yang hanya bisa aku jawab dengan beberapa hipotesis.

Dan, karena sudah agak diperkaya dengan Sejarah Rahasia Kosmos yang sedang kupelajari, aku jadi lebih memahani kutipan Albert Eistein, "“Insanity is doing the same thing over and over and expecting different results.”

Banyak upaya terkait fenomena krisis ekologi ini, baik oleh pihak2 LSM/NGO lingkungan hidup, pemerintah atau lembaga resmi, baik di level global, nasional, maupun lokal... dan tentunya pihak para akademisi yang menjadikannya topik primadona dalam penyusunan jurnal2, tesis, dan disertasi. Dan ini sudah berlangsung sejak awal 1990 di negara2 yang lebih cepat menyadari, antara lain KorSel.

Tapi, pada umumnya, orang2 masih ber-putar2 dalam lingkaran setan. Sedikit agak lebih baik di KorSel, karena telah menyadari apa makna qualitas kehidupan dan ekologi.

Apa yang mau aku sampaikan, bahwa semua kekacauan ini bersumber dari sikap dan gaya hidup manusia yang materialistis dan kapitalistis. Segalanya dinilai dengan mata-uang, dan lebih parahnya lagi mata-uang US Dollar, rajanya paham dan sistem ekonomi kapitalis.

Dan ketika orang2 mau terlihat agak peduli terhadap ekologi, maka muncullah istilah "Circular Economy", yang mana sebenarnya justru makin mengukuhkan sistem yang tidak benar ini... yaitu perputaran uang sebagai ukuran kemajuan suatu wilayah, kota dan negara, bahkan juga jadi tolok ukur kesuksesan hidup seseorang.

Jika memang benar2 peduli dan mau mengatasi, memecahkan dan menyelesaikan masalah krisis ekologi, mengapa tidak menggunakan istilah "Circular Ecology" atau "Ekologi Melingkar" ???

Walaupun hanya istilah, walaupun hanya frasa yang terdiri atas dua kata, tapi ini akan mempengaruhi cara kerja otak kita. Frasa ini merupakan gagasan atau konsep yang akan menentukan dan mempengaruhi pikiran2 kita selanjutnya, yang pada gilirannya juga membuahkan sikap dan tindakan yang sesuai dengan muatan makna istilah ini.

Dan inilah yang aku tulis sebagai curahan hati nurani-ku:

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0sKW3jb8j9d7qJECCa1kz1vVMagHU1qFkAUzMdW8dJe3e2ww9CHXgTsdftoXfC3BPl 

Pada hari Jumat pagi, 4 November, aku dan Bu Krishna jalan-jalan ke wilayah tetangga, di Desa Bantas, di sana ada kebunnya.

Jarang kami berdua dapat kesempatan untuk menikmati kebersamaan kami, padahal, terus terang, ada kebahagiaan tersendiri jika bertemu beliau... pikiran2 kami banyak nyambung-nya... bahkan, sepertinya... hasrat berpetualang kami juga saling sinergis!

Hari itu, kami menyeberangi sungai yang sebenarnya paralel dengan sungai yang sebulan lalunya menghanyutkan, mematikan korban, pengendara sepeda motor dari jembatan yang diterjang derasnya air sungai pada hari hujan lebat.

Bu Krishna bertindak sebagai pemimpin dalam petualangan kami hari itu... beliau menyeberang duluan, untuk menjajagi kedalaman dasar sungai dan derasnya arus... beliau dengan tegas menyuruhku diam dulu di tepi dengan menjaga tas2 bawaan kami beisi hadiah dari alam, yaitu jamur kayu dan bekal piknik kami.

Setelah, menyeberang bersama sambil bergandengan tangan, ketika sudah di sisi lain sungai, kami berjalankaki lagi menuju Beji... Aku bertanya kepada beliau, "Bu Krishna, kapan terakhir kali menyeberang sungai ini?", jawabnya singkat, "ya ini barusan." Aku perbaiki pertanyaan-ku, "Maksudku, kapan terakhir, sebelum kita bareng menyebrangi sungai tadi, Bu Krishna?" Beliau mengulangi jawaban yang sama, "ya ini barusan, dengan Bu Ancha", dengan mimik yang lucu namun seperti puas karena menang.

Usut punya usut, rupanya, sudah beberapa kali, beliau ingin menyeberangi sungai ini, bahkan ketika masih bersama mendiang suaminya, jika pulang dari kebun beliau di Desa Bantas... tapi selalu gak jadi, karena ragu, agak kuatir terseret arus.

Wahhh... wahh... dengan-ku beliau jadi lebih berani! Sip! 

Di pekan terakhir November, tepatnya sejak tgl 21, aku mulai beraksi mewujudkan gagasan untuk bikin sebuah ‘kolam peri’, yang ternyata berkembang dengan membuat dua, dengan dihubungkan dengan apa yang kusebut ‘sungai peri’.

Kucatat di akun-ku facebook:

Gagasan bikin kolam ekologis tercetus ketika air publik (PDAM) gak ngalir selama 4 hari, bulan lalu.

Konsepnya sih ngikutin prinsip ekologis, seperti yang aku lihat di Bongyudongcheon Nujeongwon... Salah satunya, kedalaman tidak lebih dari 50 cm... dan tak kalah pentingnya adalah zona riparian.

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid02L9dvBsdbAcVtUp1U2vTfKk8SYFYeWsNZhCpnynZ3CX7HfcfHkGKBb5BujpdVxzLsl

Salah satu dokumentasi aku sangat nikmati ada di arsip story:

https://web.facebook.com/stories/?card_id=UzpfSVNDOjExMDYyODYyMDAwNDk4Nzg%3D&view_single=true

 

Desember

Tanggal 8 Desember jadi hari yang istimewa, karena aku bisa menikmati refleksi pertama Bulan Purnama di sungai & kolam peri di pekarangan depan rumah kosan kami ini, yang kami sebut juga kuil #nitasung... ini bertepatan dengan 14 Jumadil Awal 1444 Hijriah.

Selasa malam, 13 Desember, aku ketemu lagi secara fisik dengan Ancha, anakku, setelah 18.5 bulan terpisah, sejak dia kembali tinggal di Jakarta Selatan, kota kelahirannya. Dia ada di Bali dalam rangka wisata sambil belajar dengan teman2 sekolah seangkatan dan guru2 mereka, SMK Cyber Media, JakSel.

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid045y4PNXWWz6RcD7Pr89pkgKjMSwzRFjd1HYfSKwBPz3EfvGEMHz4N2YSTp9j5Y4Dl

Gegara ketemu Ancha, aku jadi terispirasi untuk ber-kreasi dengan bahan bambu. Awalnya hanya mau bikin gapura bambu, karena kemarennya aku lihat tanaman markisa sudah merambah melewati ujung-ujung pohon ancak yang menjorok ke pagar. Syukurnya, aku bisa mendapatkan bambu dengan mudah di tempat Pak Mangku di Megati Kaja. Hal ini aku catat sebagai ‘status’ berbunyi: “Tadi aku menggotong bambu segar 5 meter di bahu kananku, berjalankaki dari karang Pak Mangku ke rumah kosan ini... Aku ngebayangin Yesus memikul kayu salibnya.”

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0Q4FSQsFCoekVe6mkwCwEzaXE5r3vXTQR6BrokiYcF9C8M1F3zpiMsUDmUxANTCTQl

Akhirnya gapura bambu berbentuk setengah lingkaran terpasang pada 16 Desember, ditandai dengan posting di akun-ku facebook ini.













https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid07hehNVcnz3sktNy1NV6L4bRNvPZUdRBfszVLBbwsmCMqPrivahm4x8gRGfDbvGAbl

Selanjutnya, aku masih akan melanjutkan ber-main2 dengan berbagai jenis bambu… sebisa mungkin menambahkan jenis2 tumbuhan bambu di sekitar kolam dan sungai peri kami, dan menciptakan beberapa perabotan dari bahan bambu… gak ter-buru2, namun dilakoni dengan khusyu’, dengan nafas Cinta…


Megati, (kelarnya) Selasa Legi, 10 Januari 2023 pk. 14:19


Tidak ada komentar:

Posting Komentar