Rabu, 16 Maret 2022

Evaluasi Bedah Buku 11 Maret 2022

"Belajarlah untuk mencapai tujuan tanpa alat, dengan memelihara pandangan yang kuat tentang bagaimana sesuatu harus selesai sendiri secara wajar. Praktekkan kesederhanaan. Teruslah berkembang."
Lao Tzu

Dalam proses2 mencapai target2 dan tujuan akhir hidup-ku... aku terus belajar, mengevaluasi diri dan berupaya menciptakan peluang2 baru dengan se-mata2 bergantung pada keyakinan-ku bahwa...

Semesta, Tuhan, Allah, Sang Hyang Widi Wasa, Sang Keberadaan, atau apapun namanya akan merespon dengan adil dan proporsional, apapun yang kita upayakan dengan sungguh2.

Salah satu contohnya, acara #bedahbuku dengan IDB Bali... Di September 2021, aku sedang mencari penerbit buku, lokal, di Bali. Aku dapat info kontak, alamat email-nya aku dapat dari meja resepsionis IDB Bali... belum kenal sama sekali sebelumnya... Ibu Ni Putu Emilika Budi Lestari. Beliau adalah tipe manusia yang responsif, punya rasa tanggungjawab yang besar, termasuk menanggapi email orang yang belum dikenalnya. Astungkara. Dan, di balasan email beliau ada no. HP yang ternyata juga bisa dihubungi dengan WA.

Di Nov 2021 aku coba2 menawarkan buku Nujeongwon kepada Ibu Ni Putu Emilika Budi Lestari. Beliau menanggapi dengan baik. singkat cerita, proses bergulir... beliau membentuk tim untuk acara #bedahbuku sebagai bagian dari rangkaian Dies Natalis IDB Bali ke-20. bagus-nya, tim ini kerja dengan semangat juga, bahkan aku bilang keren! karena berani menggunakan terobosan2 dengan teknologi terkini.
Alhamdulillah, mungkin ini yang disebut, energi serupa saling ketemu, atau dalam bahasa pasarannya, "like attracts like" atau "the universe is so precise".

Maka berlangsunglah acara #KuTuBuku ~ Kupas Tuntas Buku bersama Penulis Inspiratif.

Sebagaimana biasanya dan sudah menjadi karakter diriku sebagai pembelajar, maka aku bikin evaluasi acara ini... terutama adalah evaluasi kinerja diriku. Aku mau pelajari kelemahanku dan kekuranganku, agar di kesempatan berikutnya bisa lebih baik dan lebih benar. Jadi, aku bikin transkrip podcast youtube ini... ada beberapa koreksi dan tambahan yang kuterakan dengan font berwarna biru.



79:43 ~ 80:09

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=4775

Halo selamat pagi semuanya.. ketemu lagi.. Oh ketemu lagi.. ini baru acara pertama ya.. kali ini bersama dengan Bli Gung Yudha, seorang dosen dari Institut Desain dan Bisnis Bali, akan mengajak teman-teman semua menuju ke perhelatan luar biasa!

Wah.. pagi-pagi sudah luar biasa aja ya.. perhelatan apa itu? Tentunya, saya akan mengajak teman-teman menuju KutuBuku.. bukan kutu yang aneh-aneh, teman-teman.. tetapi KUpas TUntas BUKU Bersama Penulis Inspiratif.

80:09 ~ 80:40

Jadi, ketika kita membaca buku.. itu pasti akan ada banyak hal yang bisa kita dapatkan ya.. Mulai dari informasi, pengetahuan dan tentunya inspirasi yang membuat kita akan semakin terinspirasi lagi.. Hahaha.. membuat buku-buku, membuat ide-ide baru ke depannya.. tapi selain kita membicarakan buku, rasanya nggak asyik kalau kita tidak bersama penulisnya.. demi teman-teman nih saya datangkan langsung penulis dari dua buku luar biasa yang akan kita bahas.. tapi, kita mau kenalan dulu nih sama buku-buku di awal ya..


80:40 ~ 81:38

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=4844

Buku pertama, bisa dilihat dari warna yang luar biasa, ada tulisan Korea dengan judul “Nujeongwon dan Kelestarian Ekologis - Pelajaran Penting dari Profesor Sung-Kyun Kim”, penulisnya Anita Arif, Du Won Kim dan Mike Yoon, yang salah satu penulisnya sudah kita datangkan dari Korea! Oh nggak sih, orang Indonesia asli. Jadi, yang suka K-Drama dan K-Pop, you must watch this! Jadi, tidak hanya hiburannya saja yang bisa kita dapatkan, tapi pengetahuannya juga, terutama dari segi Taman Lanskap Korea-nya.

Setelah itu, kita akan melihat buku berwarna biru ini, dengan judul “Arsitektur Bade - Transformasi Konsep Menuju Bentuk” yang dibuat oleh Pak Putu Gede Suyoga. Ini bos saya yang buat ini, luar biasa sekali! Jadi, yang ingin penasaran dan ingin tahu lebih jauh tentang apa sih Bade itu? kemudian sejarah Bade itu seperti apa? kok harus bentuknya seperti itu? Tenang! Kita akan ngobrol-ngobrol dengan yang punya bukunya ya.

81:38 ~ 82:21

Nah.. Kita sudah kenalan dengan dua buku, maka kita akan panggilkan dari sudu biru.. dua orang yang berdedikasi membuat buku-buku ini. Mari kita kenalkan! Di sebelah kiri layar anda, itu ada yang cantik-cantik di depan..

Hehehe iya ada ibu Anita Syafitri Arif, ST, IAI. Halo, Ibu.. Dadah2 dulu kamera.. Nita aja.. Baik, kemudian di sampingnya cantik, tentunya ada yang ganteng juga, ada Bapak I Putu Gede Suyoga ST. MSi . Halo Bapak.. luar biasa.. kalem sekali keduanya ya, tapi tenang saja kita akan buat panas diskusi ini ya..


82:22 ~ 82:56

Nah setelah kita sudah kenalan dengan Ibu Anita dan Pak Suyoga. Saya juga ingin menyampaikan nih sama teman-teman.. Jika teman-teman memiliki pertanyaan yang terkait dengan kedua buku ini.. silahkan, langsung aja chat ke kolom komentar di YouTube-nya ya.. Nanti, dua pertanyaan terbaik akan mendapat hadiah! Yang pasti tidak terlupakan.. Kalau ada di-iming-iming hadiah, biasanya mau mereka.. Jadi, kita akan kasih aja.. tenang, dan dikirim ke alamatnya langsung, dapat tanda tangannya langsung. Wah! Kapan lagi kalau bukan sekarang ya.. hehe iya luar biasa ya..

82:56 ~ 83:24

Nah, karena kita akan membahas tentang buku-buku luar biasa.. boleh nih kita menuju ke narasumber pertama yang membuat buku tentang “Nujeongwon, Taman Lanskap Korea”, yang kali ini langsung kita bertemu dengan Ibu Anita.. Nita aja.. Aja apa Nita? Oh ya, Nita ya.. Jadi kita kenalan lebih jauh lagi tentang ibu Nita ya..  saya ambil contekan dulu.. hehe..


83:24  ~ 86:32

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=5007

Nah, Ibu Nita Ini lahir di kota Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada hari Ahad Legi, 2 Februari 1969 pada pukul dua pagi di bawah sinar bulan purnama.. pada waktu itu ya wah ini luar biasa sekali ya.. Nita tumbuh dalam keluarga berbudaya baca-tulis. Mamak dan bapaknya punya kebiasaan menulis buku harian. Mereka menulis di buku harian yang sama. Ada kisah-kisah tentang hidup Nita sejak lahir di buku harian pertama pasangan bahagia itu. Aktif dalam kegiatan literasi, Mamak Nita sering membacakan dongeng pada Nita dan saudara-saudaranya, serta bapaknya sering meminjamkan mereka buku-buku dari perpustakaan kantornya.

Pendidikan formal Nita mulai jenjang sekolah TK hingga perguruan tinggi dijalaninya di kota kelahirannya ujungpandang.. Kalau sekarang disebutnya Makassar teman-teman.. Tidak seperti keempat adiknya yang melanjutkan sekolah hingga jenjang S2 dan S3, pendidikan formal Nita hanya S1 di bidang arsitektur di Universitas Hasanuddin. Dia menyelesaikan dengan tugas akhir berjudul “Motel Wisata di Kota Parepare - Penerapan Arsitektur Tradisional”. Dalam beberapa bulan sejak meraih gelar kesarjanaannya, tepatnya pada bulan april 1994. Nita bekerja di kantor konsultan arsitektur sambil menyalurkan hobi menulisnya. ada tiga esai-nya yang dimuat di surat kabar lokal pada tahun1994, yaitu “Individualitas dalam Desain Arsitektur”, “Revitalisasi Perkotaan” dan “Desain Kota Postmodern”. Agustus 1994 hingga 1995 Nita bekerja dengan tim JICA, Japan International Cooperation agency, sebagai konsultan bagi Bappeda kota Ujung Pandang. Nita memainkan peran jurnalis warga terkait lingkungan hidup dan kehidupan komunitas sejak 2009.

Kemudian, sebagai sekretaris ACLA dan APELA forum tepatnya di 2015-2020, dua organisasi internasional yang didirikan dan dipimpin oleh Profesor Sung-Kyun Kim. Dia mengirim bebera paper di akun Academia Edu dan masih menjadi jurnalis warga di media sosialnya.

Nita lebih senang menyebut dirinya sebagai seorang pemikir bebas, seorang peneliti dan penulis independen. Nita telah membukukan pelajaran2 dari Profesor Sung Kyun Kim yang diramu dengan hasil-hasil penelitiannya di lapangan dan dari berbagai sumber terkait topik buku yang sedang ditulisnya. Nujeongwoon adalah buku pertama yang telah diterbitkan pada Oktober 2021.

Nita adalah pembelajar yang setia pada seni sakral penemuan diri, ekspresi kreatif otentik, dan alkimia kesehatan. Perlahan namun progresif, Nita bertumbuh dalam seni menggambar dan melukis halus, seni mural dalam ruang, dan menulis dalam kehidupan pertapaannya. Dia memutuskan jadi yogini alias Pertapa sejak meninggalnya Prophet Sung-Kyun Kim, sang kekasih sejatinya.

86:32 ~ 87:10

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=5198

Memang luar biasa ya… Saranghae, Yeobo. Jadi, kita sudah memperkenalkan Ibu Nita, dan kira-kira Bu Nita kesini mau ngapain, Bu? Eh, kok saya nanya balik? Jadi, Bu Nita tentunya akan sharing juga pengalaman tentang pembuatan buku Nujeongwon. Dan, kalau teman-teman yang menonton ini belum membaca bukunya, Ibu Nita bakal kasih kisi-kisinya, apa sih yang ada di dalam bukunya..

Oke, kita mulai ya.. Jadi, untuk waktu, saya berikan kepada Ibu Nita.

87:11 ~ 90:20

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=5233

Terima kasih untuk kesempatannya. Matur suksma Nggih Pak Yudha..

Jadi, sebelum ini aku cerita dulu. Sebenarnya ya ini buku disertasi Prof. Kim, ya disertasi PhD-nya, pada tahun 1988 ya, tapi baru diterbitkan pada tahun 2016, diterbitkan oleh ACLA, organisasi-nya ACLA sendiri yang jadi penerbitnya..


Nah aku mulai baca ini tahun 2016, tapi aku nggak cukup sekali baca, berulang kali, bab demi bab, berulang kali, karena kayaknya terlalu dalam, terlalu luas, tapi bagusnya karena dilengkapi dengan gambar-gambar, foto-foto yang bagus, jadi ini sedikit membantu untuk aku mengimajinasikan apa yang ditulis.

Terus, dan karena aku juga mendampingi sebagai sekretaris-nya, jadi, tiap kali ada kuliah tamu, aku mendampingi beliau, mendengarkan, terus mendengarkan, ikut mendengarkan kuliah2 beliau, berulang-ulang, jadi ada tema2 yang berulang. Karena ada banyak universitas yang mengundangnya setiap kali beliau datang ke Indonesia, atau juga kegiatan2 di negara lain. Jadi, aku jadi pendengar yang baik.. terus, aku rasa ada ada sesuatu yang menjadi konteks di kuliah2 itu.. ternyata ada disini, di bab 6.

Ya, jadi aku bilang.. ini punya ruh yang tidak disebutkan justru.. tidak disebutkan satu katapun disini.. Apa itu? Nujeongwon. Dia cuma sebutkan, bahwa ada satu paviliun, di bab 6, yang menjadi tempat komunitas desa ini untuk menikmati pemandangan desa, di sekeliling desa itu.. yang membuat mereka itu sebenarnya jadi berliterasi..

Yang sebenar-benarnya berliterasi, itulah pada saat kita menikmati alam, menerima sensasi2 yang masuk ke seluruh indera kita, kemudian mempersepsikannya dengan benar, dan bisa mengkonsepsikannya dengan benar, karena itu adalah keindahan ilahiah.

Nah, saya pikir leluhur lulur kita, juga di Nusantara ini, juga begitu.. Kayak di Padang, “alam takambang jadi guru”.. terus ini juga, konsep-konsep bade kan sebenarnya dari alam juga.. Jadi, lelulur kita sebenarnya berliterasi.. mungkin lebih berliterasi daripada kita-kita sekarang.. Sehingga punya konsep yang luar biasa, yang bisa diterapkan untuk kelestarian alam.

Iya mungkin itu aja dulu ya, terlalu panjang aku bicara nih.


90:21 ~ 90:40

Wah, jadi kita sudah mendapatkan awal mula dari Nujeongwon.

Jadi, biasanya kalau ketemu tuh harus tahu dulu, ini siapa sih.. kalau Nujeongwon kita sudah tahu nih awalnya.. Jadi, kita sekarang akan menuju ke dalam isi bukunya Bu Nita.. Iya, bener jangan pulang dulu, ini baru mulai..

Jadi, aku mulai nih..?

Boleh.. silakan..

90:40 ~ 92:41

Jadi, seperti yang tadi saya sebutkan.. maaf ya, saya agak cerewet nih, haha.. kebanyakan yang mau keluar nih.. jadi, gini.. judulnya kita pilih.. jadi, kami bertiga. Aku bukan sendiri ya penulisnya, ada tiga penulis di situ. Diriku Anita, dan ada Du-Won Kim.. Du-Won Kim ini murid secara formil, ya maksudnya student, siswa Prof Kim.. Jadi, Prof. Kim adalah pembimbing Du-Won Kim untuk S2 dan S3 nya.. ya jadi Du-Won Kim mengikuti banyak project Prof. Kim.. maksudnya proyek penelitian maupun proyek desain. Ya jadi beliau itu saya pikir bener-bener co-writer, co-author, tim yang bagu beliau ini. Dan juga Mike Yoon.. Mike Yoon adalah sahabat Prof. Kim sejak SMP, teman SMP di kota kelahirannya..

Jadi, kami bertiga, jadi aku nulis, jadi setelah membuat bahasa Koreanya, mereka teliti benar nggak ini tulisannya, atau memberi masukan kembali atau gimana.. aku kebanyakan ngomong nih..

Nggak apa-apa..

Oke, sekarang kita berlanjut ke slide yang kedua.. nah ini daftar isinya ya… jadi, di sini aku awali di bab 1 itu Nujeongwon sebagai Manifestasi Kesadaran Ekologis.. jadi, dari cerita-cerita Prof. Kim itu, aku kembali merenungi.. dia cerita tentang masa kecilnya..

92:42 ~  93:49

Masa kecilnya itu.. karena belum lama setelah perang Korea ya.. perang korea waktu itu.. dia lahir kira-kira tiga tahun setelah perang Korea.. tapi keadaan Korea itu masih.. masih krisis pangan.. krisis pangan.. Jadi, mereka itu cuman.. keluarganya.. Prof. Kim itu delapan bersaudara, keluarga besar.. tapi waktu itu.. Korea krisis pangan..

Jadi, mereka cuman bisa makan kulit-kulit pohon pinus. Iya, syukurnya ibunya ini bisa mengolahnya menjadi makanan yang enak.. dan, di samping itu, bapaknya suka cerita ama Prof. Kim.. jadi, mulai dari situ.. "Sung..", panggilnya sewaktu kecil.. "Sung, kau harus belajar baik-baik", katanya.. "karena sebenarnya leluhur kita sudah memberikan alam yang kaya dan sangat indah.. kita harus kembalikan kelestarian.. pokoknya, ini.. ini suatu pusaka yang harus kita jaga.." gitu kan.. "Alam, keindahan Korea ini harus kita jaga.. termasuk menjadi sumber pangan kita.." gitu kan.

93:50 ~ 95:25

Dan juga, beliau cerita.. "Dulu bapakku.." appa katanya, "Bapakku juga pernah ngomong, cerita tentang Indonesia.." karena bapaknya guru.. guru SMP, dan wawasannya luas kan.. Dia cerita tentang Indonesia.. "Nanti, kau belajar.." katanya.. "sama orang Indonesia.. karena Indonesia itu punya kekayaan alam juga yang sangat bagus dan menghasilkan pangan yang bagus juga", gitu..

Jadi, makanya dia.. kayaknya tertanam di benaknya bahwa “aku harus ke Indonesia”.. makanya pada tahun 85, dia pertama ke Bali.. ya dia datang, gitu kan..

Oke, lanjut ya jadi itu bab 1 ya tentang masa kecilnya, kenapa dia sampai gitu.. Kemudian yang kedua itu.. di Pembangunan Berkelanjutan..

Nah.. Nah, setelah perang, Korea jadi terpisah ya.. Korea Selatan itu banyak dibantu oleh Amerika.. sedangkan Korea Utara oleh Rusia kan.. Nah, karena Amerika ini negara liberal.. banyak bantuannya, tapi pembangunan besar-besar infrastruktur.. ya, jadi dibangunlah jalan tol, pembangunan irigasi, apa segala macam.. gitu kan.. Tapi kemudian.. ternyata kualitas lingkungan malah anjlok.. ya, karena pembangunan infrastruktur yang besar-besaran itu tidak merujuk pada kearifan lokal.. ya, tidak lagi merujuk pada Pung-su.

KOREKSI: bukan irigasi, karena juga dimanfaatkan sebagai drainase, karena makin sering banjir.. mungkin lebih tepatnya disebut eksploitasi sungai. Sungai2 diluruskan/disudet, dibendung, diturap dan ada juga yang ditutup.

95:25 ~ 96:23

Pung-su itu, sebagai dasar mereka sebelum-sebelumnya.. sebelum pembangunan besar2an.. termasuk Seoul. Kota Seoul itu direncanakan berdasarkan Pung-su, yaitu kearifan leluhur. Jadi setelah itu.. Jadi, Prof. Kim ini,  masa SMA-nya di Seoul.. dia tidak bisa.. maksudnya, agak susah menemukan pemandangan indah, dibandingkan di kota kelahirannya.. karena Seoul kan, pembangunan besar-besaran yang sangat sarat gitu kan..

Bahkan gunung Nam, Namsan itu sudah tidak indah lagi.. karena banyak apa.. ada dua apartemen besar yang menghalangi pemandangan untuk melihat puncaknya dari tempat dia tinggal itu.. kemudian juga banyak rumah-rumah penduduk.. dan Kebanyakan orang asing yang meng-attach.. yang membangun di gunung itu.

96:23 ~ 99:10

Nah, Prof. Kim ada rasa protes.. dia ada rasa protes.. karena di masa kecilnya dia sudah menikmati, bahkan melukis ya.. pemandangan-pemandangan indah di kota kelahirannya, di Mungyeong-si. Jadi, dia ada rasa protes.. terus dari situ kayaknya... dia lalu mengambil kuliah setelah tamat SMA.. dia mengambil (sekolah) landscape.. landscape architecture..

Terus.. nah gitu.. dia lanjutkan S2, S3 di Pennsylvania.. bagusnya karena di Amerika itu, walaupun liberal tapi punya juga ahli-ahli tentang etnografi.. salah satu pembimbing Prof. Kim ini, Profesor Glassy.. dia itu benar-benar mendukung Prof. Kim untuk penelitiannya ini.. dan ya, itu pusaka alam.. maksudnya, jadi, sebelum jadi pusaka alam (lanskap budaya), ini Desa Hahoe, Prof. Kim sudah meneliti.. 22 tahun setelah penelitiannya baru dijadikan pusaka dunia oleh UNICEF.

KOREKSI: https://www.youtube.com/watch?v=OVug1d7jjfs&t=5847s

Bukan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund) tapi UNESCO ((United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).

Ya, jadi.. setelah mendapatkan s3-nya, dia udah mulai masuk ke ranah pendidikan, maksudnya perguruan tinggi.. menjadi professor.. Dan, juga di pemerintahan.. dia berupaya mempengaruhi sistem, agar (pemerintah) melakukan restorasi2 ekologi.. dan bukan cuma di Seoul, tapi di seluruh Korea, harus ada restorasi ekologi.. Gunung-gunung kita harus dibebaskan dari hal-hal yang mengurangi keindahannya, juga termasuk sungai-sungai kita.. karena itu, itulah pusaka leluhur kita.. kita harus kembalikan gitu kan jadi luar biasa loh..

Oh, untuk gunung Namsan aja.. di situ.. di buku ini, ada aku cerita bagaimana beliau, Prof. Kim mengajak apa namanya kampanye.. kampanye tiga tahun.. supaya gunung itu.. supaya bangunan-bangunan yang ada di gunung itu diledakkan.. dihancurkan.. itu sebenarnya agak riskan juga.. soalnya kan Amerika nih.. Amerika yang dilawan.. tapi karena dia, mereka punya punya dasar kekuatan.. bahwa itu kekayaan negeri kita.. kita merdeka, kita harus berdaulat juga.. ya kan.. Jadi, ya mulailah itu.. jadi sejak tahun.. awal 90-an.. awal 90-an itu mulai restorasi-restorasi ekologi.. Prof. Kim selesai (sekolah) tahun 88.


99:10 ~ 101:10

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=5951

Nah jadi beliau itu.. Lanskap Korea itu.. lanskap-lanskap di Seoul.. di ruang-ruang publik.. ya ruang-ruang publik itu banyak direstorasi dengan konsep-konsep dari yang dasarnya Nujeongwon. Jadi, di situ di bab-bab berikutnya aku sebutkan beberapa karya, desain Prof. Kim.. di situ ada.. di situ tadi ada restorasi Namsan ya.. restoran Namsan, menjadi Taman Hutan Namsan.. itu salah satu objek wisata yang yang paling banyak didatangi wisatawan sekarang.

Kemudian Oh maaf aku salah.. oke disitu.. nah Nujeongwon.. Oh ya warisan kearifan leluhur.. bab 3 bab 4 … Nah, Penerapan Pung-su dan Nujeongwon.

Jadi, ada tadi yang pertama itu Desa Tradisional Hahoe.. dia Jadi sebenarnya dapatnya.. dapatnya Nujeongwon itu disini.. di desa ini.. prinsipnya. Terus, terus restorasi hutan Namsan.. nah itu yang tahun 94. Ya, mulai tahun 94.. di sini ada, di buku ini jelas sih timeline-nya aku buat.. jadi, semacam chart gitu ya.. terus.. Jalan berorientasi Pejalan-kaki, Deoksugung-gil.. nah ini juga, ini buku, ini maksudnya desain ini.. ya.. bener-bener postmodern! Jadi, menggabungkan tuntutan modern, kehidupan modern dengan kearifan leluhur.

101:11 ~ 103:00

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=6071

Sekarang, coba lihat, kita di.. misalnya di Indonesia, di kota-kota Indonesia kebanyakan, ya termasuk sekarang, termasuk di Denpasar.. sekarang mengalami banyak kemacetan, kecelakaan lalu-lintas.. Nah itu pernah dialami juga di Seoul..

Nah ini salah satu.. salah satu kawasan Kota Tua, Deoksugung-gil.. Nah itu salah satu, itulah yang pertama, jadi, itu jalan berorientasi pejalan kaki pertama di Korea yang benar-benar menerapkan selain prinsip Nujeongwon, juga sebenarnya termasuk postmodern. Ya, karena apa.. bukannya memilah-milah jalan dengan misalnya ini jalur pejalan kaki, ini jalur kendaraan.. itu jalur pejalan kaki.. itu nggak kerja, maksudnya nggak berfungsi.. tetap aja terjadi banyak kecelakaan.. tetap aja terjadi kemacetan karena orang mau masuk ke sini kan susah nih.. memotong, maksudnya jalur pejalan kaki.. akhirnya justru dia kebalikannya.. dia buka! Tidak ada, tidak ada sekat.. jadi, menjadi shared street.

Oke, sekarang.. jadi itu Deoksugung-gil ya.. terus.. lanskap.. Lanskap Apartemen Banpo Raemian. Enggak, ini bukan cuma lanskap-nya loh.. sistem pengkondisian, pengkondisian alami gedung-gedung nya juga jadi terpengaruh.. ini di kawasan Gangnam.. Gangnam Style.. ini kawasan mahal ini..


103:01 ~ 105:43

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=6181

terus Taman Linier Gyeonguiseon, itu sebenarnya tadinya area slum, kumuh, bekas jalur kereta api.. kalau di Jakarta itu jalur-jalur kereta api itu kan ditubuhi pemukiman kumuh kan.. nah di sana tuh pernah begitu.. tapi sekarang sudah menjadi taman linier yang sangat indah..

Kemudian Taman Bongyudongcheon atau Bongyudongcheon Nujeongwon, aku bilang.. itu taman sebenarnya.. pada awalnya.. taman pribadi Prof. Kim.. cuman dia menjadikannya sebagai taman komunitas.. jadi, siapapun temen-temen ACLA yang berkunjung dia ajak kesana.. Coba, kalian nikmati di sini dan coba buat puisi.. ini lanskap yang puitis.. kita bikin puisi di sini.. ada aku buat puisi di.. tentang itu.. ada di sini (buku Nujeongwon) juga.

Kemudian terakhir adalah Seoul Charter.. Seoul Charter itu adalah rencana-rencana kota Seoul 100 tahun sejak 2015.. itu, sudah mereka buat, dan itu prosesnya sangat partisipatif.. jadi generasi muda pun, ya usia anak kayak SMA, SMP tuh diajak berpikir, diajak untuk punya visi.. Bagaimana kehidupan 100 tahun yang kalian maukan, buat diri kalian, anak kalian.. gitu, jadi ternyata memang mereka punya jati diri.. ya, jadi walaupun sangat modern ya jadi, perkembangannya ke postmodern.. Modern, tapi tetap menerapkan prinsip tradisi dan kearifan leluhur.. ya karena itulah bagaimana kita menjaga kelestarian ekologi.. itulah sustainability.. itulah kelestarian.. itulah keberlanjutan.. yang sekarang orang berbicara tentang sustainability tetapi kurang memperhatikan tentang generasi berikutnya.. generasi muda enggak diajak berpikir.. yaitu semua yang harus kita pikirkan..

Terus.. matriks penerapan udah nyusul ya.. kayaknya cukup ya.. aku terlalu banyak bicara di sini.. Nah, ya ini aja, ini kesimpulan.. bisa dikecilin, bisa di-zoom out dikit ya.. Nah ini sebenarnya kesimpulan dari Nujeongwon.

105:44 ~ 108:17

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=6344

Jadi, Nujeongwon, bagaimana kita.. jadi, bedanya dengan taman dalam konteks Barat ya.. kalau kita.. di persepsi kita.. taman.. kalau kita memakai konsep Barat.. taman itu sebidang tanah yang dibatasi, ada batasnya, kemudian ditata ya untuk kelihatan indah.. tapi ini beda, kalau Nujeongwon, ruang luar yang mengelilingi nu atau menara, atau yang mengelilingi jeong atau paviliun, dimana kita bisa.. yang menjadi tempat kita berdiri atau duduk atau titik kita memandang.. dan seluruh, sekeliling kita.. itulah hal tamannya.. itulah taman Korea, tidak terbatas.. walau kita melihat sampai ke gunung sana.. tidak ada batasnya.. kita bisa melihat awan.. itu juga elemen lanskap.. itu elemen lanskap.

Jadi, bagaimana kita mempersepsikan.. jadi diorganisir, taman itu.. diorganisasikan secara visual dan secara konseptual.. ya secara visual berarti dari pemandangan itu.. bukan cuman mata ya, pendengaran juga.. jadi, kalau di situ ada sungai.. kedengaran suara air sungai itu.. itu bagian dari lanskap.. itu akan kita persepsikan itu suara.. masuk.. jadi, kemudian dikonsepsikan.. dikonsepsikan..

Nah, dari situlah kita bisa menulis puisi.. mengapresiasi keindahan itu dalam bentuk puisi, dan dalam lukisan-lukisan, dan sekarang kita lebih banyak foto kan.. lebih gampang kan.. tapi foto yang indah juga kita harus tahu proporsinya yang bagus itu gimana.. itu juga.. sekarang itu termasuk gyeong.. kalau di sini gyeong itu lukisan.. lukisan klasik ya.. tapi sekarang kita bisa pakai teknologi kamera HP. Jadi, bisa ada gyeong-nya.

Jadi, itu aja bedanya.. Bedanya antara taman dalam konsep biasa, terminology Barat, Garden dan Nujeongwon.


108:18 ~ 110:34

Oke.. Nah! Ini, bagaimana mereka bisa mengapresiasi.. Nah ini.. Ini namanya hukum alam segala sesuatu.. Jadi segala bentuk, gunung, sungai, apapun itu, pohon.. mempunyai hukum alam yang sama sebenarnya.. kalua, kalau dalam Islam, itu kita sebut sunnatullah, ada hukum alam law of nature ya.. jadi, bentuk dan prinsip.. semua bentuk-bentuk alam itu punya bentuk dan punya prinsip.. Jadi, kita bisa melihat secara jelas, jernih.. kemudian secara halus atau detail.. pada saat kita menikmatinya.. mata dan telinga kita bekerja.. itu yang paling utama ya.. sebenarnya hembusan angin kena ke kulit kita, itu juga sebenarnya sensasi kan.. itu sensasi.. panas matahari hangatnya sinar matahari juga sensasi kan.. Tapi yang paling dominan adalah telinga dan mata.. sehingga mempengaruhi mental atau pikiran kita ya..

Nah pada saat kita menyaksikan, itu disebut Gwanmul dalam bahasa Korea.. Gwanmul itu menyaksikan ya.. mempersepsikan.. kemudian.. Kemudian dari persepsi itu menjadi suatu konsep melalui proses Gungri..

sebenarnya ini sebenarnya di otak, bekerjanya di otak kita.. jadi kata Prof. Kim, sesuatu itu akan indah jika kau melihatnya indah.. makin indah kalau kau mengapresiasinya.. jadi pada saat kita mengapresiasi gunung.. Makin indah dia.. karena dia masuk.. masuk ke otak kita.. seperti pada Bade,

Jadi, terkonsep.. terinternalisasi.. ah benar! Benar Pak! itu sebenarnya, leluhur kita itu ya.. dia ambil bentuk-bentuk alam itu.. itu dengan.. sama sebenarnya, prinsipnya sama, ini kebenaran universal.. menyaksikan, mengapresiasi, kemudian mengkonsepsikannya ya..

110:34 ~ 111:27

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=6633

Oke. terus apalagi.. Maaf ya.. Oh ya gitu deh.. jadi, Gwanmul Gungri adalah cara bagaimana agar manusia dapat memfungsikan indera-indera terutama indra pendengaran dan indera penglihatan dengan.. agar dapat memahami prinsip-prinsip hukum alam.. sehingga manusia itu kemudian dapat juga berkomunikasi dan bekerjasama dengan alam untuk kehidupan harmonis.. antara dirinya dengan alam, juga dengan sesama manusia dalam kehidupan komunitas..

Sebenarnya juga, sebenarnya Bali.. mirip banget ‘kan sebenarnya kita? lanskap budaya Bali sebenarnya sama ‘kan.. ini prinsip hukum alam yang kita ambil ‘kan? kayak bhuana Alit bhuana Agung.. gitu kali.


111:28 ~
112:14

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=6687

Oke. Ya udah.. Jadi sebenarnya nih ya.. ini sebenarnya sangat.. sebenarnya sama ini.. 6.000 tahun sebelum masehi ‘kan.. ini perkataan Lao Tzu.. di Tao Te Ching, “Kenalilah dirimu. Belajar merasakan dunia disekitarmu secara langsung, dan renungkanlah kesanmu secara mendalam.” Nah inilah literasi..

KOREKSI:

Bukan 6.000 tahun sebelum masehi, tapi abad ke-6 hingga abad ke-5 sebelum masehi. sebenarnya yang tercantum di slide yang aku buat dan ditayangkan saat aku bicara sudah benar. Rupanya, memori-ku agak tumpang tindih dengan masa hidup nabi Adam... aku juga baru saja meng-eksplor masa hidup 25 nabi, terkait buku yang sedang aku susun, "Sumber Daya Air". jadi, aku mohon maaf...


Kalau kita baca buku tapi kita tidak bisa memecahkan masalah-masalah lingkungan, itu artinya kita belum berliterasi.. mungkin lelulur kita lebih ber-literasi, literasinya lebih tinggi daripada kita sekarang.. karena, kita kebanyakan merusak alam..


112:14 ~ 114:33

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=6734

Nah! pada saat yang sama, Lao Tzu di  Timur, di Asia, di Cina ya.. pada saat yang sama, ada Socrates di barat, di Yunani, Athena.. ya, dia juga mengatakan “Know ThySelf” .. “Kenalilah Dirimu”. Jadi, seperti tadi kita ngobrol di situ, sebenarnya intinya.. di diri kita.. kebenaran itu sebenarnya ada.. sudah ada kita bawa lahir sebenarnya.. ya, cuma bagaimana menumbuhkan kesadaran itu..

Nah, ini salah satu lagi ini dari Jepang.. nih, yang pernah bikin sekolah-nya Totto-chan. Kadang juga ya (aku renungkan mengapa) apa yang bagus itu kok nggak lama.. ini sekolah-nya juga bagus.. jadi dia mengambil juga prinsip Lao Tzu “Having eyes, but not seeing beauty; having ears, but not hearing music; having minds, but not perceiving truth... These are the (only) things to fear.” Hanya inilah hal-hal yang perlu kita takuti.. pada saat kita tidak menjadi manusia seutuhnya, yaitu bisa menggunakan indra kita dengan benar-benar, akal fikiran kita, dan hati nurani kita.. Oh ya itu aja..

Sudah.. ini terlalu banyak.. ini kayaknya enggak.. yang penting itulah, jadi, intinya desain ekologis.. nah kembali, jadi.. buku ini.. jadi, buku ini tentang.. sebenarnya tentang Prof. Kim, tapi semacam biografi.. tetapi lebih menekankan pada visi misi hidup beliau.

Buku ini bukanlah buku pegangan desain atau referensi teknis, tetapi perhatian kami, kepedulianku di sini adalah bagaimana memberi konteks pada studi-kasus2-nya, dan menghubungkannya menjadi satu kesatuan yang koheren.. karena aku akan membuat beberapa buku lagi, dari… di beberapa… tadi itu, tentang beberapa desain-nya yang sudah diimplementasi.. Jadi, ini sebagai “context keeper” jadi, pemegang konteks-nya.. jadi, ini (buku Winding River Village) ibunya ini rahimnya, ini (buku Nujeongwon) lahir tapi dia akan memegang konteks untuk buku-buku lain nya.. itu aja kali ya


114:33 ~ 115:27

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=6873

Oh maaf nih jadi kebanyakan.. terlalu bersemangat.. nah ini buku-bukunya yang yang sedang.. bisa di-zoom in ya..? Nah! Jadi, ini buku.. ini buku nol.. ini aku anggap buku nol ya.. Jadi Ibunya, jadi rahimnya, rahimnya Nujeongwon.. ini buku satu (Nujeongwon).. buku dua itu sedang aku kerjain.. pelan-pelan aja yang penting… bergunalah.. bermanfaat.

Oke.. itu aja, aku cuman pengen mempromosikan kecintaan kita pada literasi.. jadi bukan cuma sekedar baca buku ya.. bagaimana supaya literatur.. eh, literasi kita meningkat.. itu aja terima kasih.

115:27 ~ 116:42

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=6926

Terima kasih, Bu Nita.. luar biasa sekali ya.. saya punya satu kata nih untuk buku yang sudah dijelaskan tadi.. Selaras!

Ah.. terima kasih!

Iya.. jadi pentingnya ketika kita, badan kita sakit, itu berarti ada sesuatu yang tidak selaras di badan.. begitu juga ketika kita menata lingkungan.. itu ya harus selaras dengan badan kita.. dan ketika kita sering mendapatkan beberapa bangunan atau gedung-gedung.. yang justru malah membuat diri kita tidak menjadi lebih baik.. dan ini seperti oase sih saya melihatnya.. Nujeongwon ini..

Dan semoga saja, ini bisa menjadi inspirasi untuk teman-teman yang lain.. ketika ingin buat konsep tempat tinggal atau konsep lanskap yang berguna bagi kita, kehidupan kita.. perlu diperlihatkan keselarasan antara alam itu dan juga diri kita.. luar biasa ya.. tepuk tangan! Yeah..

Bagi yang di rumah boleh tepuk tangan.. luar biasa Bu Nita.. Nah, tadi Bu Nita sudah menjelaskan nih tentang konsep Nujeongwon.. Sekarang kita akan beralih di sudut merah.. tadi kan sudah biru ya.. hehe di sudut merah, walaupun bukunya berwarna biru.. ini ada buku tentang “Arsitektur Bada - Transformasi Konsep Menuju Bentuk” yang kan langsung dibawakan oleh Pak I Putu Gede Suyoga.

116:42 ~ 140:07

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=7002

Sebelum kita mulai Mari kita lihat dulu bagaimana sih sepak terjang dari Pak Putu Suyoga ini …

...

Nah, sekarang saya juga mau mengingatkan teman-teman, nggihh.. kalau ada pertanyaan-pertanyaan apapun ya, yang berhubungan dengan buku pastinya, jangan jauh-jauh, itu bisa ditanyakan di kolom komentar di YouTube yang teman-teman saksikan sekarang.. Dua pertanyaan terbaik akan mendapatkan hadiah yang sangat oke..

Yaitu, buku-buku dari dua penulis kita yang sudah langsung ditandatangan.. Wuih! Kapan lagi bisa dapetin kalua bukan sekarang ya.. Jadi, kalau mau menanya-nanya, silakan.. kita tunggu.. nah sekarang kita sudah mendapatkan penjelasan dari masing-masing penulis.. waktunya bagi kita untuk saling me-review dari sudut pandang yang berbeda, dari dua buku ini..

Nah, kalau misalkan tadi Pak Yoga sudah punya buku tentang Bade dan Bu Nita sudah memiliki buku tentang Nujeongwon, bolehlah.. kita sebenarnya sudah memberikan PR sangat-sangat berat berapa hari terakhir, untuk kedua narasumber kita untuk saling membaca buku satu sama lain..

Jadi, kita sekarang mau pingin tahu nih review atau sudut pandang dari satu penulis terhadap buku yang berbeda. Jadi, sekarang ibu Nita bisa.. mungkin bisa.. dapat memberikan sudut pandangnya terhadap buku tentang Arsitektur Bade.. Dan, juga Pak Yoga bisa memberikan sudut pandangnya terhadap buku Nujeongwon.. siapa dulu memulai.. mau suit dulu atau gimana? atau mungkin.. lady’s first..

Kita panel aja ya, Jadi kalau ada langsung mau nanya juga boleh.. Lady’s first saja.. Ibu Nita, Ya, silahkan Bu Nita..


140:07 ~ 142:16

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=8403

Buku ini sangat menarik ya.. nyambung banget.. karena aku juga sebenarnya sudah punya janji sama Prof. Kim membuat buku tentang “Lanskap Budaya Bali”. Nah, ini buku sangat menginspirasi aku. Jadi, transformasi konsep menuju bentuk.

Saya sedikit.. jadi, mungkin subyektif ya.. karena apa, karena aku baca juga PDF Pak Suyoga.. penelitian beliau yang judulnya “Arsitektur Wadah, dari Tradisi ke Industri.” Nah! Di situ, justru aku melihat hasil penelitian beliau ini lebih tajam.. Mungkin karena dalam buku ini, ada banyak dari buku2 lain..

Kalau aku bilang sih.. ini, ini subyektif ya.. jadi, gak usah ada frase “transformasi konsep menuju bentuk”.. karena, konsep menuju bentuk itu sudah transformasi… dan transformasi itu bisa juga dari bentuk menuju konsep. Jadi, kalau tanpa frase “transformasi konsep menuju bentuk” itu lebih PD (percaya diri). Frase ini justru mengecilkan, mereduksi Arsitektur Bade, karena sebenarnya, Arsitektur Bade itu muncul dari bentuk ke konsep juga..

Jadi, leluhur kita mempunyai konsep itu, sebenarnya setelah menikmati dan mengapresiasi bentuk-bentuk alam. Jadi, bolak-balik, siklus, vice-versa transformasi-nya.


143:09 ~ 146:14

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=8589

Jadi, selanjutnya kita.. aku gak banyak sih, aku lihat ini justru sangat.. sangat.. Bapak bilang sederhana, sebenarnya ini sangat kaya..

Banyak komplen juga di tengah jalan.. kabel listriknya.. gara-gara itu.. kalau memang begitu, ada aktifitas budaya dengan Bade, seharusnya dipikirkan.. kan rutenya sudah pasti.. di mana ada Puri, dan jalurnya menuju tempat pekuburan kremasinya, setra adatnya.  Itulah, paling tidak ini dulu, okelah, tahap pertama ini, ini diperbaiki seperti itu.. sepertinya halnya yang dilakukan oleh Pak Prof ini..

Beliau (Prof. Kim) berapa tahun mengemukakan gagasannya, kemudian.. nah syukur pemerintahnya apresiatif begitu.. Kemudian saya lihat juga yang slum.. yang begitu kumuh, kemudian ditata, direncanakan dengan sangat rapi, menjadilah.. Nujeongwon ini terwujud.. nah seperti itu.

Itu gambaran awal ya.. Nah, ini ya yang dapat kita petik secara umum di buku ini.. Oh ya, Nah kemudian yang menjadi juga catatan di buku ini.. memang sepertinya ini adalah rangkuman karya beliau.. Ya, seperti Curriculum Vitae, begitu.. atau apa istilahnya, catatan karya begitu.. dimana kebudayaan pada saat masa kanak-kanak beliau.. kemudian masa studinya.. masa beliau mengabdi di di luar negeri, di.. secara internasional.. kemudian di nasional dan di Seul, di Korea..

Kemudian, juga termasuk juga menginspirasi pemikiran-pemikiran beliau di Indonesia.. Jadi, berapa kali diundang untuk memberikan masukan terkait dengan arsitektur lanskap.. Nah, yang menjadi.. secara pribadi, saya melihat.. kalau kita lihat.. pengertian Nujeongwon itu.. jeong itu pavilion ya.. nu itu adalah Menara.. nah menara dan pavilion itu dalam bahasa arsitektur adalah tonggak.. dia Tugu peringatan.. dan buku ini adalah Nujeongwon-nya Bapak Profesor Sung-Kyun Kim.

Inilah Nujeongwon.. inilah tonggak, jadi tonggak apa? Tonggak pemikiran, gagasan2, ide2 beliau, yang mengangkat lokalitas dalam ranah global… dan ini menginspirasi bagi kita yang di Bali utamanya, yang begitu banyak punya konsep lanskap budaya.. punya konsep dalam penataan taman dan seterusnya.. dalam tataran arsitektur palemahan ‘kan gitu.. Jadi, kita punya arsitektur parahyangan, pawongan dan palemahan.. dan arsitektur palemahan kita yang secara tradisi ada karang tengah, karang tuang, karangga apa namanya.. Karangsuwung! Seperti itu..

146:14 ~ 148:39

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=8774

Nah ini dalam arsitektur palemahan, ini bisa dikembangkan sebenarnya.. seperti itu jadi dimaknai ulang.. seperti halnya yang dilakukan oleh Pak Prof. Kim ini.. Jadi, beliau menangkap itu.. kemudian dibaca ulang, diterjemahkan di dalam praktik asitektur lanskap masa kini..

Dan ini sangat menginspirasi.. Jadi, kalau disebutkan tadi, ini adalah bukan buku panduan.. menurut saya inilah gambaran awalnya.. inilah gambaran awal, yang nyatanya betul.. pikiran saya, akan melahirkan lagi enam, tujuh buku nantinya.. yang secara detail akan mengungkap apa yang dilakukan di masing-masing tempat, desa, di kota dan seterusnya..

Dan itu sangat menginspirasi bagi kita sebagai arsitek.. sebagai.. katakanlah tokoh yang harus.. apa Namanya.. ikut berperan dalam mengubah tata ruang kota, tata ruang permukiman, tata ruang desa, dan secara umum.. dalam pemahaman inilah lanskap budaya.. kan begitu..

Nah ini, ini sangat menginspirasi.. ya, lokalitas diangkat menjadi.. dalam tataran nasional, dalam tataran global.. karena pada intinya, menyatu dengan alam, selaras dengan alam, harmoni dengan lingkungan… di tataran ekologi..

Dan Pak Prof. Kim menggarisbawahi di situ adalah ecology, sustainability, dan quality of life.. itu tiga yang terpenting.. dan ini adalah sari.. dalam bahasa Inggris itu, sarinya adalah pengetahuan Tao… Taoisme, jadi beliau sangat internalisasi pengetahuan Tao itu ke dalam pengetahuan beliau.. kemudian dieksternalkan, dikeluarkan dalam bentuk karya-karya yang monumental..

Dan menjadi catatan warisan budaya dunia.. bahkan.. Ya, ini sangat menginspirasi, dan bisa menjadi.. apa Namanya.. katakanlah, pijakan.. sehingga harus dimiliki nih.. jadi, adek-adek ataupun rekan-rekan arsitek wajib memiliki ini..


148:39 ~ 150:05

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=8919

Apalagi, sekarang sedang..

Ada e-book nya juga.. di GooglePlay Book.

Ah, apalagi ada e-book nya, ini bisa sangat mudah diakses.. kemudian apalagi sekarang.. Denpasar sedang menata.. dan, demikian juga Klungkung, Bangli, Gianyar, dan beberapa daerah yang lainnya di Bali.. jadi sedang bergerak untuk menata kembali kota mereka.. menata kembali ruang-ruang budaya ini.. identitas-identitas kota, yang memang sudah ada..

Memang sudah ada.. setelah arsitektur, kita punya langgam-langgam.. ada langgam bebadungan, ada Gianyar.. Dan ini menjadi juga penguat identitas.. demikian juga di lanskap.. di taman.. ada taman air.. dan seterusnya.. ada taman rumah, ada taman setra..

Jadi, kuburan itu juga harus cantik kan.. demikian.. begitu, meskipun dia menjadi.. dalam tata ruang desa itu, di nista ning nista Mandala.. Di daerah yang paling rendah dalam hierarki ruang ini.. namun ini juga tetap harus diperhatikan.. karena di situ juga menjadi stana dengan mendirikan Parahyangan.. ada Pura Dalam di situ kan.. kemudian ada Pura Prajapati.. pasti juga Parahyangan di situ.. sehingga perlu juga mendapat sentuhan dalam penataan lanskap.. sehingga dia menjadi indah.. Nah, seperti kira-kira ya..


150:05 ~ 151:03

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=9003

Wah! Luar biasa sekali ya.. Saya setju sih, sekarang kan konsepnya memang harus diperbaiki jika ingin berfokus pada budaya.. itu tidak hanya melihat misalkan Bade-nya harus diubah.. bukan. Tetapi, apa yang ada di sekitar sana ya.. ya jadi, dari perjalanannya.. bagaimana cara kita mengantisipasi agar semuanya berjalan dengan baik.. kuburan itu tidak berakhir serem, tapi sakral.. kuburan designer juga kok.. hehehe..

Dan, setelah kita mendapatkan penjelasan dari Pak Suyoga dan Bu Nita.. Boleh nih, sekarang kita menerima pertanyaan dari para penonton.. banyak sekali pertanyaannya.. Tapi sayangnya kita hanya pilih dua saja yang terbaik.. Iya karena kalau semua diinginin, besok baru selesai nih..

Saking serunya, jadi.. tadi tim kreatif sudah memfilter pertanyaan.. mana saja yang bisa ditanyakan.. tapi di luar dari ini sangat bisa ditemui ya pak Suyoga dan Bu Nita.. di luar dari ini.. jika memang tertarik sekali dengan tema-tema yang diberikan kali ini, boleh.. bisa bertanya..


151:03 ~ 151:34

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=9063

Oke.. pertama kita akan bertanya dari Nujeongwon dulu ya.. dari Nujeongwon.. cuman ada pertanyaan dari Wiramarta di YouTube.. Nah, Wiramarta ini bertanya konsep Nujeongwon.. Apakah akan mengikuti perubahan zaman di Korea? Jadi, kita mengerti bahwa perubahan itu abadi.. Nah, misalkan ada beberapa keputusan dari pemerintah, misalnya ada perubahan konsep tentang lanskap.. Apakah Nujeongwon akan berubah? Seperti apa? Begitu ya pertanyaannya.


151:34 ~ 153:57

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=9094

Jadi, Nujeongwon itu sebenarnya prinsip, filosofi-nya, filsafat-nya Korean Garden. Justru, masalah-masalah yang ada di dunia modern, seperti, salah satunya tentang tentang Deoksugung-gil.. daerah kota tua yang direstorasi menjadi kawasan pejalan kaki, itu solusinya dari Nujeongwon… Yang tadi, masalalnya ber-larut2, kemacetan lalu lintas, polusi yang tinggi, kecelakaan, tabrakan juga tinggi.. justru dengan pendekatan Nujeongwon, desainnya berbasis Nujeongwon itu.. Dia malah menjadi sesuatu yang lestari.. artinya begini.. memenangkan para pejalan kaki, maupun pengendara mobil.. jadi shared.. jadi, ruang jalan itu digunakan bersama.. sambil menikmati alam.. Jadi, orang.. lebih banyak sekarang yang suka jalan kaki.. mengurangi polusi.. diri manusia menjadi sehat.. ya kan? Itu kan sebenarnya.. sangat futuristik.. ini.. ini.. desain post-modern..

Satu lagi.. Apartemen Banpo Raemian.. tadinya cumin ada empat blok apartemen dengan tempat parkir yang gersang.. tapi setelah ditata oleh Prof. Kim, dengan konsep Nujeongwon, dengan membuat suatu pavilion di suatu tempat yang paling strategis.. Dan, pavilion itu bisa dinikmati oleh siapa saja.. bukan hanya penghuni apartemen.. dibuka.. ini sebenarnya kan… secara horizontal, memperbaiki hubungan masyarakat, di antara komunitas.. dan secara vertikal, juga menjaga hubungan dengan leluhur.. ini warisan leluhur..

Jadi, seperti itu ya.. untuk pertanyaan pertama tadi.. jawabannya.. Justru futuristik.

Tambahan:

Bahwa perubahan itu terus terjadi adalah benar. Namun, kehidupan ini merupakan siklus... ada masanya suatu negeri dalam keadaaan terpuruk karena bangsanya sedang dalam kesadaran rendah... namun kemudian, akan ada masanya keadaan negeri itu kembali menjadi bagus, jika bangsanya dapat meningkatkan kesadaran ekologi yang tak lain adalah juga kesadaran spiritual. Ini adalah siklus yin-yang... seperti roda yang terus berputar... perlahan... mungkin dalam hitungan abad atau milenium...


153:57 ~ 155:32

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=9237

Nah, sepertinya semakin banyak pertanyaan…


155:32 ~ 156:19

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=9331

Ketika kita berbicara futuristic berarti bukan melulu tentang.. itu akan semakin canggih.. itu akan masa depan sekali.. tapi bahkan pemikiran itu, pemikiran zaman dulu juga sudah futuristik.. Ya, bagaimana bisa hidup berdampingan dengan alam.. Bagaimana membuat strukktur lanskap yang justru menyehatkan manusianya.. Wah luar biasa..

Hubungan antar-manusia jadi lebih baik dan harmonis..

Jika di Bali, apa Namanya tuh.. Pawongan, Tri Hita Karana, kalau di bahasa Korea apa tuh?

Sebenarnya, prinsip Nujeongwon juga Tri Hita Karana.. Jadi yang belum tahu apa itu.. Tri Hita Karana adalah konsep keseimbangan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam lingkungan , dan manusia dengan Sang Penciptanya. Wah, ternyata Nujeongwon juga ada Tri Hita Karana..


156:19 ~ 163:29

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=9379

Oke, selanjutnya kita menuju pertanyaan untuk Pak Suyoga..


163:29 ~ 166:21

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=9809

Selanjutnya kita menuju ke Ibu Nita lagi.. ada yang nanya lagi.. masih ada pertanyaan.. pertanyaan itu, Ibu Nita, ada yang bertanya.. dari Arya.. jadi, Arya bertanya.. ibu Nita ditanyain seperti ini.. konsep Nujeongwon ini, selain di Korea, ada di mana lagi? Dan, juga Ibu bisa memberikan masukan kah? kalau misalkan Nujeongwon Itu di.. misalkan diterapkan di tata kota di Denpasar.. kita kan tahu itu banyak sekali ada kabel-kabel ya.. jadi seperti itu pertanyaan dari Arya..

Pertanyaan bagus. Kata Prof. Kim ya.. Kita di Asia ini punya benang merah.. terutama dalam hal lanskap budaya… Makanya, Prof. Kim membuat organisasi ini… ACLA, Asian Cultural Landscape Association.

Untuk.. apa ya.. Secara regional, kita di Asia, tapi ini sih terutama di Asia Timur.. yang termasuk Asia Timur itu.. ada Cina atau Tiongkok, Jepang, Korea dan Taiwan.. ini sebenarnya, mereka berempat Ini sebenarnya sudah sejak tahun 2006.. Ya, sudah membuat suatu asosiasi lanskap budaya.. untuk membahas lanskap budaya mereka.. dan sejak 2009, Prof. Kim mulai memikirkan.. katanya, bukan cuman Asia Timur.. di Asia itu, ada Asia Timur, ada Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Barat.. semuanya.. sebenarnya punya benang merah… karena leluhur kita sebenarnya mempunyai filosofi yang melihat “sustainability” atau kelestarian alam itu sebagai sesuatu yang sangat penting.

Kalau bilang penerapan Nujeongwon itu di Denpasar.. bukan cuman mungkin.. itu sebenarnya, sesuatu hal yang sebenarnya kita angkat kembali.. karena itu juga kearifan lokal Bali kan? Para leluhur kita sangat mengapresiasi alam.. Gunung-gunung, sungai… semua ada ruh-nya.. di mana pun ada pelinggih.. tempat sembahyang.. jadi, Bali melihat Tuhan di mana-mana.. Sebenarnya itulah, mengapa kita perlu kembali ke kesadaran ekologis.

166:21 ~ 170:53

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=9981

Ya, jadi, Nujeongwon, bukan hanya spesifikasi Korea, secara prinsip juga ada di Bali… bahasanya aja mungkin yang berbeda.


170:54 ~ 171:52

https://youtu.be/OVug1d7jjfs?t=10254

.. Siapa yang mendapatkan dua buku itu? Berikan tepuk tangan untuk Pranajaya dan Wiramarta … wah, luar biasa.. Pasti lagi senang-senang di rumahnya.. yeah, dapat buku!

Dan,  terima kasih untuk waktunya, Pak Suyoga dan Bu Nita.. sudah memberikan insight baru dari dua buku yang isinya daging banget ini.. luar biasa ini isinya walaupun dibilang sederhana.. Percayalah jika dua orang ini bilang sederhana.. tidak mungkin sederhana.. ini isinya kaya banget ya.. dan patut untuk dimiliki..

Dan, kita sudah sampai di penghujung acara.. Jadi, terima kasih sekali lagi, Bu Nita.. Matur suksma… Bu Nita dan Pak Suyoga.. dan kita akan bertemu lagi ya.. ditayangkan berikutnya.. dan untuk akhir ini, saya Bli Gung Yudha juga mengucapkan terima kasih dan saya akan akhiri “kutu buku, kupas tuntas buku bersama penulis inspiratif”.. kita ketemu lagi nanti.. bye..

Transkrip dan Koreksi-nya.

oleh Anita Syafitri Arif

Catatan ini selesai pada 24 Maret 2022 pkl. 13:04



Tidak ada komentar:

Posting Komentar