Di Korea, di mana alamnya indah, sebagian besar ada 樓亭 (nujeong), yang secara harfiah berarti “menara dan pavilion”. Ketiadaan nujeong di taman lanskap tradisional Korea memang tak terbayangkan.
Kajian ini dimulai dengan konsep bahwa, dalam arsitektur tradisional Korea, nama bangunan yang diakhiri dengan –jeong (paviliun) atau –nu (menara) tidak hanya menunjukkan sebuah bangunan jeong atau nu, tetapi juga lanskap yang mengelilingi bangunan tersebut, yang disebut nujeongwon atau taman lanskap Korea. Lingkungan nujeong bukan hanya alam tetapi lanskap yang dikonseptualisasikan.
Ada
lebih dari 3.000 nujeongwon tersebar
di seluruh Korea Selatan sekarang. Nujeongwon2
ini telah bertahan, lestari selama lebih dari 1.000 tahun di semenanjung Korea.
樓亭苑 (nujeongwon) adalah ruang eksterior yang diorganisasikan secara
visual dan konseptual sebagai suatu keseluruhan, berpusat mengelilingi (bangunan) Nujeong. Definisi
ini dicetuskan pertama kali oleh Prof. Kim Sung-Kyun, karena dia tidak bisa menjelaskannya dalam konsep taman Barat. Dan untuk membedakan taman tradisional Korea dari konsep Barat
tentang taman, bahwa “taman adalah area artifisial dan berpagar yang didekorasi untuk
tujuan estetika dan praktis.”
Elemen2 Dasar 樓亭苑 (Nujeongwon)
Elemen
dasar nujeongwon meliputi situs, orang/komunitas, nujeong, serta lanskap indah.
1. Situs/Tapak
Nujeong sering terletak di tebing
atau bagian atas gunung atau di tepi sungai yang dikelilingi pegunungan. Sebagian
besar orang Korea setuju di mana nujeong
harus ditempatkan. Prinsip Pung-su mendasari
penentuan situs suatu nujeong. Situs
setiap nujeong mencerminkan lokalitas yang unik atau keharmonisan tempat sehingga
dengan jelas mencerminkan hubungan antara situs dan orangnya.
2. Orang/Komunitas
Nujeongwon di Korea selalu melambangkan
orang yang terpandang. Untuk membangun nujeong,
seseorang membutuhkan status yang lebih tinggi di masyarakat, dengan memiliki
jabatan tinggi di pemerintahan atau berpengaruh secara moral atau ilmiah. Nujeong dibangun oleh orang tersebut
atau dibangun untuk orang tersebut oleh keturunannya.
Dengan
membangun nujeong, sebuah keluarga
memiliki kebanggaan atas prestasi keluarga dan mendapat pengakuan dari
masyarakat. Setelah membangun nujeong,
maka nujeongwon dibuka untuk siapa
saja di komunitas dan menjadi pusat komunitas dan taman komunitas.
Nujeong memiliki hubungan yang erat dengan urusan keluarga dan kondisi sosial desa. Nujeong adalah hubungan vertikal antara leluhur dan keturunan, dan juga secara horizontal simbol hubungan masyarakat. Jadi, nujeongwon memiliki makna sosial yang besar.
3. 樓亭 (Nujeong) (bangunan menara dan/atau pavilion atau non-bangunan)
Bangunan
樓亭 (nujeong) adalah simbol dari 樓亭苑 (nujeongwon) dan pusat apresiasinya. Ciri
khas bangunan nujeong adalah struktur
lantai kayunya yang terbuka, dan memiliki struktur dasar (ruangan, lantai) dan
fitur2 tambahan (toi dan heonham).
Berdasarkan
prinsip Pung-su, sebuah bangunan nujeong menghadap ke puncak gunung. Untuk
meminimalkan kerusakan alam, bangunan nujeong
ditempatkan langsung di atas lahan alami tanpa banyak gangguan terhadap lingkungan.
Bangunan
nujeong itu sendiri tidak memainkan peran
penting dalam nujeongwon. Ada banyak
juga dae (dataran) dan am (batu besar) ditetapkan sebagai nujeong ketika orang tidak mampu
membangun bangunan nujeong. Nujeongwon lebih signifikan melalui
situs itu sendiri, hubungan antara nujeong
dan sekitarnya, yaitu area eksterior daripada bangunan itu sendiri.
Sebuah nujeongwon biasa dikelilingi oleh tembok rendah yang membedakan won dalam (ddeul) dan won luar. Seringkali ada area transisi antara won dalam dan won luar, seperti gerbang, dinding yang rusak/terbuka, palang kaca, dll.
4. Pemandangan
Indah
Orang2
Korea berpikir bahwa pemandangan yang indah tidak ada sejak awal, tapi
diciptakan oleh manusia, yaitu dengan menentukan letak nujeong secara tepat
agar nujeong dapat berfungsi mengintermediasi terciptanya pemandangan indah.
Penciptaan ini disebut 形勝 (hyeongseung). Orang-orang dapat melihat pemandangan
indah di sekitar nujeong, ini disebut 聚勝 (chwiseung) yang secara harfiah
berarti 'mengumpulkan pemandangan indah'. Ketika lanskap dikonseptualisasikan
oleh orang-orang dengan 形勝 (hyeongseung)
dan dengan 聚勝 (chwiseong), maka hasilnya disebut 景 (gyeong).
Jadi, 景 (gyeong) adalah lanskap konseptual yang dirasakan dan dipersepsikan, berpusat pada 樓亭 (nujeong). Adapun 曲 (gok) adalah pemandangan yang dinikmati, yang menghubungkan nujeong2 dan bergerak melalui aliran sungai berkelok-kelok.
Cara
memandang dari 樓亭(Nujeong)
1. 形勝
(Hyeongseung)
Lingkungan nujeong bukan hanya alam tetapi lanskap yang dikonseptualisasikan. Orang2 Korea berpikir bahwa pemandangan yang indah tidak ada sejak awal, tapi diciptakan oleh manusia, yaitu dengan menentukan letak nujeong secara tepat agar nujeong dapat berfungsi mengintermediasi terciptanya pemandangan indah. Penciptaan ini disebut 形勝 (hyeongseung).
Seorang sarjana
terkenal di dinasti Joseon, Kim Seongil
(1538~1593) mengatakan bahwa “Lahan tidak istimewa dengan sendirinya, menjadi
istimewa adalah dengan hyeongseung,
sebagaimana manusia tidak bernilai dengan sendirinya, menjadi bernilai adalah
dengan bakat (yang terasah) dan kebajikannya.”
Alam
menjadi indah dengan memberikan makna, menuliskan puisi tentangnya, dan membuat lukisannya.
Intermediasi
menciptakan keindahan adalah fungsi nujeong.
Seorang cendekiawan dinasti Joseon yang terkenal, Seo Geo-Jeong (1430~1488) mengatakan bahwa “manfaat sejati dari
lanskap2 yang indah diakui dan dikenal dunia dengan nujeong2-nya.” Politisi awal Joseon, Ha Ryun (1347~1416) mengatakan bahwa “dengan membangun (menentukan
letak) suatu nujeong, lanskap indah
kawasan ini tercipta.”Lanskap mendapatkan nama dan maknanya dengan penambahan nujeong, dan menjadi 景 (gyeong), dan orang-orang dapat menikmatinya.
2. 聚勝 (Chwiseong)
Langkah pertama
untuk menciptakan pemandangan yang indah adalah membangun atau menentukan letak
suatu nujeong, kemudian mengumpulkan
pemandangan indah ke dalam nujeong. Orang-orang
dapat melihat pemandangan indah di sekitar nujeong, inilah 聚勝
(chwiseung) yang secara harfiah berarti
'mengumpulkan pemandangan yang indah.'
Chwiseung diperluas untuk mencerahkan orang-orang yang mendapatkan prinsip-prinsip yang konsisten dari semua pemandangan indah. Di nujeong orang melihat pemandangan, menemukan prinsip yang melekat, mengembangkan diri dan memperluasnya untuk mencerahkan orang2 lainnya.
3. 觀物窮理 (Gwanmul Gungri)
Lanskap yang diapresiasi dengan Chwiseung dikonsepkan melalui 觀物-窮理 (gwanmul-gungri), artinya mengamati lanskap dan merenungkan prinsipnya. Orang-orang melihat bentuk lanskap yang unik dan berkarakter melalui mata, ini disebut 觀物 (gwanmul), yaitu proses dari sensasi ke persepsi; dan orang-orang menghargai prinsip delegasi (pengutusan) yang melekat pada lanskap itu melalui pikiran, ini disebut 窮理 (gungri), yaitu proses dari persepsi menjadi konsepsi.
Ada catatan tambahan untuk proses gwanmul, dari dialog pribadiku dengan Prof. Kim Sung-Kyun. Sensasi
penglihatan bisa juga muncul melalui penerimaan bunyi oleh telinga. Ketika
seseorang memejamkan mata, namun mendengarkan gemericik air mengalir di sungai
dan kicau burung2 di sekitarnya, maka dia juga dapat mempersepsikan pemandangan
itu dalam pikiran, sebagai imajinasinya. Hal yang sama dapat terjadi pada mata, sensasi
pendengaran, musik alam, bisa muncul melalui penerimaan visual oleh mata.
Ketika seseorang menikmati suatu lukisan pemandangan alam, sungai yang berkelok-kelok
dengan vegetasi dan bebatuan di tepi2nya, orang itu dapat mempersepsikan suara musik
alam berupa gemericik air yang mengalir di sungai itu.
Menurut Ju Sebung (1495~1554), ada tiga tingkat menghargai alam (misalnya bulan), yaitu, tingkatan pertama, untuk menikmati pemandangan alam adalah bagaimana seorang sastrawan mengapresiasi keindahan bulan; tingkatan kedua, untuk menikmati makna bulan adalah bagaimana seorang mulia mengapresiasi keindahan bulan; dan tingkatan ketiga dan tertinggi, untuk memperbaiki (mempersiapkan) diri sendiri dan mencerahkan orang lain dengan mengetahui terbit dan terbenamnya bulan adalah bagaimana seorang suci (spiritual tinggi) mengapresiasi keindahan bulan.
景 (gyeong)
Ketika
lanskap dikonseptualisasikan oleh orang-orang dengan 形勝 (hyeongseung) dan
dengan 聚勝 (chwiseong), maka hasilnya disebut 景 (gyeong).
Jadi,
景 (gyeong) adalah lanskap konseptual yang
dirasakan dan dipersepsikan, berpusat pada 樓亭
(nujeong). Adapun 曲
(gok) adalah pemandangan lanskap yang dinikmati, menghubungkan nujeong2 dan
bergerak melalui aliran sungai berkelok-kelok.
Wadah Gyeong
Wadah penulisan puisi untuk gyeong yang sering dipilih adalah palgyeong dan gugok. 八景 (palgyeong): delapan pemandangan indah (8, 10, 16, 32 ... gyeong); dan 九曲 (gugok) : sembilan lanskap sungai yang berkelok-kelok (9, 10, 18… gok). Untuk wadah dengan basis visualnya ada 別曙圖(beolseodo), semacam lukisan perspektif yang menggambarkan pemandangan di sekitar nujeong, yaitu nujeongwon. Basis visual ini juga berfungsi sebagai basis konseptual nujeongwon untuk menuliskan puisi.
Penamaan Gyeong
Ranah
suatu nujeongwon ditentukan oleh
penamaan gyeong. Nama itu sering tertulis di batu atau tembok.
Wilayah
suatu nujeongwon juga ditentukan
dengan menulis puisi, dan menggambar lukisan dari lanskap bernama itu (Gyeong).
Semua elemen lanskap ini membentuk nujeongwon.
Prinsip Estetika Gyeong
Dalam
studi-nya tentang penerapan pung-su dan nujeongwon pada Desa Hahoe, untuk
menemukan prinsip estetika dalam keindahan gyeong, Kim Sung-Kyun menggunakan
"metode analisis struktural" (Lévi-Strauss 1963).
Setelah
menyusun kembali unsur-unsur estetika yang muncul pada data relatif, cerita,
bentuk, berbagai data etnografi, dan puisi tentang gyeong nujeongwon,
unsur-unsur tersebut secara garis besarnya, berupa elemen ruang, suatu gyeong dapat
dibagi menjadi: udara (atmosfer), tanah (gunung), air, dan manusia.
Elemen udara:
matahari, bulan, awan, langit, naungan pohon, asap, kabut, hujan, angin, burung, bebek liar, bangau, embun, dll.
Elemen tanah:
puncak gunung,
celah, lembah, batu, tebing, gerbang batu, hutan, pinus, pir, persik, gingko,
buluh, willow, bambu, bunga, teratai, lapangan, pasir, pulau, kuda, sapi dll.
Elemen air:
air lembah
gunung, sungai kecil, genangan, kolam, rawa, air terjun, tiga sungai, ikan dll.
Elemen manusia:
desa, pintu masuk desa, paviliun, candi, pelabuhan, taman, orang, biksu, penebang kayu, suara lonceng, suara seruling, memancing, perahu, jembatan batu, lampu dll.
Elemen tanah
dan elemen air bisa digabung menjadi elemen bumi.
Kombinasi
dan Kontras
Keindahan lanskap berasal dari kombinasi elemen2 gyeong secara keseluruhan, bukan perbedaannya. (mis. pinus di atas batu, awan di gunung, dll.)
Elemen2 gabungan dikontraskan dengan diri mereka sendiri untuk tujuan estetika. (misalnya awan di gunung, bulan di atas gunung, dll.)
Waktu
Perubahan musim dan perjalanan waktu adalah elemen penting dalam estetika lanskap.
Estetika nujeongwon diciptakan oleh kombinasi elemen udara/atmosfer, elemen tanah dan air, elemen manusia, dan elemen waktu. Dan, dengan demikian apresiasi keindahan lanskap menjadi empat dimensi.
Waktu secara spesifik dapat menambah keindahan suatu puisi, contoh:
Di pagi hari asap mengembun menjadi kabut di sekitar semua rumah.
Di malam hari ia bergabung dengan kabut gunung
Ia memudar di hujan musim semi.
Ia menyaring cahaya musim gugur yang menyilaukan..”
Atau, perubahan lanskap dari titik berdiri, contoh:
Matahari terbenam memancar di atas surim.
Salju baru di
hutan pinus.
Kesimpulan:
Orang2 Korea telah menikmati alam itu sendiri dari nujeong pada nujeongwon dan mengembangkan cara melihat lanskap untuk mendapatkan kenikmatan spiritual daripada menikmati artefak buatan manusia di taman seperti taman Cina dan Jepang.
Nujeongwon, di mana kita dapat memperoleh kebahagiaan spiritual tanpa mengeluarkan uang dan energi ekstra untuk menciptakan dan memelihara, adalah taman yang berkelanjutan eh lestari secara ekonomi.
Nujeongwon
dapat melestarikan keseluruhan lanskap pemandangan yang ada secara ekologis melalui pengetahuan pung-su, sambil memberikan kenikmatan visual, simbolis, dan
puitis kepada orang-orang.
Pembentukan
nujeongwon menekankan komunitas dan
hubungan antar anggota komunitas. Pendekatan seperti ini memiliki hubungan yang
erat dengan kelestarian lingkungan, sosial, ekonomi dan estetika.
Nujeongwon2 telah berlangsung selaras dengan alam dan masyarakat selama lebih dari 1000 tahun. Ini menunjukkan bukti dengan sendirinya bahwa nujeongwon adalah lanskap yang lestari. Konsep nujeongwon memiliki arti yang sangat penting dalam hal kelestarian saat ini.
Taman Lansekap Korea, nujeongwon dapat menjadi alternatif desain lansekap masa depan yang lestari.
sumber2:
Winding River Village, Poetics of a Korean Landsscape, oleh Prof. Kim Sung-Kyun
Diskusi2 Pribadi dengan Prof. Kim Sung-Kyun
#사랑해여보 ❤️
#bersambung ke:
樓亭苑 dan “Sustainability” eh Kelestarian (ke-3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar