Sabtu, 17 Juli 2021

PANDEMI eh PLANDEMI

Betapa dahsyatnya pengaruh plandemi covid-19 ini hingga hampir semua manusia di seluruh dunia tertipu. Siapapun yang merancang perencanaan ini, aku angkat topi setinggi-tingginya, jika perlu beserta kulit kepalaku. Beliau atau beliau2 ini pastilah orang atau orang2 yang sangat berilmu dan memahami sistem kerja otak manusia. Beliau pastilah sudah sangat berpengalaman dalam mempengaruhi opini masyarakat global. Beliau atau beliau2 ini mungkin juga yang membuat sistem pertanian organik beralih ke sistem pertanian modern ber-slogan "revolusi hijau" dengan trio bandidoz-nya: bibit unggul, pupuk kimia dan pestisida kimia. Beliau atau beliau2 ini mungkin juga yang mengakibatkan sangat banyak arsitek kehilangan kemampuan berpikir kreatif untuk merancang bangunan yang hemat energi dengan pengkondisian alami yang optimal. Beliau atau beliau2 ini mungkin juga yang membuat hampir semua dokter mengutamakan pemberian obat antibiotik (baca: anti kehidupan) kepada pasien2nya daripada mempelajari akar masalah penyebab penyakit si pasien.

Hebatnya karena plandemi ini dirancang dan dilaksanakan secara sangat sangat sistematis dengan persiapan yang juga sangat matang (mungkin dimulai sejak sekitar 13 tahun lalu). Persiapannya termasuk informasi2 dan berita2 palsu yang diciptakan atau direkayasa agar “wabah” ini seolah tampak sebagai perulangan sejarah seabad lalu. Sangat sulit membedakan fakta atau informasi yang benar dari informasi2 palsu alias fiktif, atau informasi yang muncul dari persepsi yang salah atau dari ketidaksadaran manusia secara kolektif.

Hei! Bukankah ini pola yang sangat mirip dengan kolonialisme bangsa kulit putih Eropa (utamanya Inggris)? Pola yang digunakan oleh ras (yang konon) unggulan ini, bangsa yang demi kejayaan imperiumnya telah menjalankan bisnis perdagangan manusia selama tiga abad, menguasai benua Amerika dengan mengeliminasi ras kulit merah, menguasai benua Afrika dan benua Australia atas ras kulit hitam, bangsa yang mendobrak pintu tertutup China dan mengambil alih Hong Kong demi ambisi perdagangan bebas narkotika opium? Pola yang digunakan adalah meng-injak2 harkat dan martabat kemanusiaan demi bisnis, dan juga memakan sangat banyak korban nyawa? Bangsa ini, bahkan mampu menjadikan bahasanya jadi bahasa dunia, dan dengan begini tetap dapat menguasai dunia. Kolonialisme hanya berubah warna. Rasanya sih tetap sama.

 

Keindahan Teknologi: Lembar Kerja Excel

Dahsyatnya dampak plandemi ini dibanding dengan pembodohan2 global, atau kenaifan globalisasi sebelumnya disebabkan oleh sangat maju dan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, sehingga intensitas simulasi virus informasi yang menginfeksi otak manusia jauh lebih tinggi. Seandainya data covid-19 yang disajikan worldometer.com itu ada benarnya, maka terlihat pola bahwa kasus2 terinfeksi dan kematian tertinggi terjadi pada negara2 yang masyarakatnya tidak atau kurang menyadari dan mensyukuri nafasnya. Coba bandingkan data kasus Korea Selatan dengan negara2 di Eropa dan Amerika, atau data Singapura dengan India dan Indonesia.

Tapi, terus terang aku meragukan kebenaran data covid-19  itu, karena pernah mendapati kesalahan yang sangat absurd, yaitu data kematian di United Kingdom, sungguh aneh, dari tanggal 8 agustus 2020 ke tanggal 16 agustus 2020, data kematiannya berkurang sebanyak 5200 ! Hei! Mungkinkah 5200 yang mati itu hidup kembali? Saat itu aku sempat berpikir bahwa “pandemi” ini adalah permainan data dan informasi yang sangat canggih oleh dunia global, di mana UK memainkan peran yang sangat penting. Jangan2 ini memang suatu perencanaan yang sangat professional. Tapi, kata pepatah kuno, sepandai-pandai tupai melompat dia akan pernah jatuh juga. Secanggih-canggihnya pengelolaan data palsu ini, pernah juga menampilkan keanehan yang sangat konyol!


Lembar kerja excel ini juga yang menjadi nyawa bagi para pialang di pasar saham alias bursa efek. Kejatuhan pasar saham dunia pada 2008 mengakibatkan perubahan besar keberpihakan perekonomian dunia. Krisis ekonomi Eropah sejak 2010 terus berlanjut. Aku ingat beberapa pendengaranku di tahun 2017 tentang kondisi perekonomian Eropa dan Amerika, seorang tamu Eropa yang datang ke kantor LSM kami sempat cerita, bahwa saat itu mulai banyak orang miskin dan gelandangan di negara2 Eropa. Sebaliknya dengan perekonomian di Asia. Sejak sepuluh tahun lalu negara2 di Asia terutama China, Taiwan dan Korea Selatan serta beberapa negara di Asia Tenggara menggeliat, giat dan produktif, selain kaya sumber daya alam juga kaya akan tenaga kerja.

Tapi, para pialang di bursa efek tidak dibatasi ruang dan waktu. Dunia pasar saham sedang berupaya bangkit dari kejatuhannya. Mereka bisa berspekulasi dan dapat memberi pengaruh terhadap pergerakan harga saham dengan melemparkan data2 dan informasi2 fiktif. Mereka gak perlu sumber daya alam, gak perlu tenaga kerja, gak perlu biaya produksi berupa pengadaan pabrik2, operasional dan pemeliharaannya. Mereka hanya perlu kelicikan di depan layar komputer dengan sambungan internet. Mereka hanya perlu lihai dalam memainkan data2 pada spreadsheet ini. Bukankah para bilyuner dan raja pialang ini adanya di Eropa dan Amerika? Di setiap negara, juga di Indonesia ada pialang saham, namun dunia investasi pasar saham didominasi negara2 Eropa dan Amerika. Pusatnya di Wall Street, New York, US. Inilah keindahan dunia kapitalisme. Hahaha!


Homo sapiens




Kedahsyatan pengaruh plandemi di Indonesia ini sebenarnya sudah punya jalannya, sudah terbuka peluangnya sejak lama, mungkin sejak tiga puluh tahun lalu. Sejak masyarakat umum mulai mengabaikan fithrahnya sebagai Homo sapiens, spesies yang dapat berjalan tegak dengan keseimbangan. Sejak televisi menjadi prabot wajib di hampir semua rumah tangga di semua kelas masyarakat, disusul oleh internet yang mulai digunakan secara personal berupa laptop, ipad dan telpon genggam cerdas (smartphone). Perlahan tapi pasti, televisi dan internet menembakkan informasi2 konsumtif ke otak2 manusia, berupa kenyamanan dan kemudahan hidup yang serba instan, semuanya dapat dibeli. Jadi, yang paling penting dalam hidup ini adalah punya banyak uang dan manusia hidup makin konsumtif dan makin terasing dari dirinya sendiri. Sumber2 kehidupan alami diabaikan, kebanggan justru jika bisa mengkonsumsi apa yang sedang ramai diiklankan, apalagi jika sudah mendunia, maka beralihlah manusia pada kaki palsu, makanan palsu, air minum palsu, dan sekarang oksigen palsu. Sebagian besar manusia hidup dalam kepalsuan.

Yang membedakan Homo sapiens dengan spesies2 bermata lainnya adalah bahwa posisi sistem saraf pusatnya tegak lurus terhadap bumi. Manusia berpindah tempat dengan berjalan tegak dengan keseimbangan. Selain itu, manusia adalah satu2-nya spesies yang dikaruniai kemerdekaan memilih, memiliki segala potensi dan sifat paradoks, namun dibekali dan dilengkapi kemampuan untuk berfikir, bersikap dan bertindak adil dan bijaksana. Dan sebagai makhluk paradoks, setiap manusia merdeka untuk mengikuti atau melawan irama dan hukum alam. Inilah keistimewaan sekaligus perangkap diri Homo sapiens.

Sistem saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang pada diri manusia normal jika berdiri dan berjalankaki, dilihat dari arah depan dan belakang akan tampak tegak lurus, bagai tiang tegak menghubungkan bumi dan langit. Jika dilihat dari samping, sistem saraf pusat ini agak meliuk seperti sungai, namun tetap dengan arah tegak dari bumi ke langit.

Kebanyakan manusia makin jarang bersikap sesuai fithrah-nya. Manusia2 makin malas menggunakan kedua tungkainya untuk berjalan kaki atau mengayun pedal sepeda. Manusia2 makin bergantung terhadap kendaraan bermotor yang bermesin pembakar dan menghasilkan polusi di udara. Untuk berpindah tempat dalam jarak 200 meter saja memilih naik sepeda motor daripada berjalankaki. Untuk ke warung terdekat saat terik matahari saja mengendarai mobil. Sistem transportasi pun menyemangati masyarakat untuk memilih menggunakan kendaraan bermotor pribadi, jalan2 dirancang dan dibangun dengan mengutamakan kendaraan bermotor, pembangunan jalan tol yang sangat lebar, membunuh banyak pohon dan mengurangi area hutan serta ruang2 terbuka hijau, impor mobil pun menanjak, dan jalan tol tetap macet pada waktu2 musim liburan. Pada titik ini, manusia sudah mulai tidak menyadari dan tidak mensyukuri nafasnya, karena secara masif dan berkelanjutan membunuhi sumber2 oksigen alami serta mencemari udara alam sekitarnya, yang seharusnya dijaga tetap bersih dan segar.

Sekarang ini, pemandangan berupa orang2 dewasa, remaja bahkan anak2 memakai masker dan melaju dengan kendaraan sepeda motor di jalan2 desa dan jalan2 raya kabupaten menjadi hal normal sejak dua pekan lalu. Setidaknya inilah yang aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri.

Masih ada segelintir manusia yang memilih untuk sering jalankaki atau bergerak dengan mengayunkan kakinya pada pedal sepeda, dan tidak memakai masker, tapi malah dianggap makhluk aneh, padahal si makhluk aneh yang minoritas inilah yang masih sadar bahwa fithrahnya adalah bergerak dengan sikap tubuh tegak, berpijak pada bumi dan menjunjung langit, serta tetap terhubung harmonis dengan alam sekitarnya.

 

Otak Manusia adalah Rumah Tuhan

Otak manusia adalah organ terpenting pada tubuh fisik manusia, yang mengontrol seluruh sistem dan subsistem serta organ-organ tubuh fisik lainnya. Bahkan, otak juga berfungsi mengontrol tubuh mental, tubuh spiritual dan tubuh metafisik manusia. Otak bagaikan singgasana dimana sang raja memerintah dan mengatur kehidupan rakyatnya. Otak adalah pengontrol seluruh sistem dan subsistem manusia, baik secara sadar, maupun bawah sadar dan tak sadar.


Secara anatomi, otak terbagi dalam dua bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum) dan otak kecil (cerebellum). Fungsi utama otak besar adalah sebagai gudang atau tempat penyimpanan memori baik yang sudah diolah maupun yang belum diolah, otak besar juga berfungsi sebagai pusat daya rohaniah yang tinggi. Fungsi utama otak kecil adalah sebagai pengelola data/informasi, fungsi berfikir. Otak besar dapat dibagi lagi menjadi otak kiri dan otak kanan. Namun ada area berisi sub-organ di tengah2 otak besar, tepat antara otak kiri dan otak kanan yang disebut hypothalamus. Informasi2 yang tersimpan di otak besar memberi pengaruh terhadap hypothalamus, demikian juga sebaliknya. Informasi2 dan simulasi2 yang berulang secara intensif akan menciptakan sinaps2 di otak yang berpengaruh kuat terhadap hypothalamus. Dan hypothalamus akan memiliki konteks yang sesuai dengan sinaps2 yang dominan dan mengelilinginya. Akibatnya, melalui sistem saraf pusat (otak dan sum2 tualang belakang) dan seluruh sistem saraf lainnya membawa dan menyampaikan konteks informasi ini ke seluruh sistem dan subsistem, ke seluruh sel pada organ dan sub-organ tubuh lainnya, pada sistem pernafasan, sistem pencernaan, bahkan pada sistem imunitas tubuh.

Seorang manusia yang membiarkan otaknya menerima iklan produk yang sama secara ber-ulang2, akan memiliki keinginan untuk membeli atau memiliki produk itu, bahkan merasa sangat memerlukan produk yang diiklankan itu, sehingga dengan segala cara, semua sistem dan subsistem pada tubuhnya, bekerja untuk mewujudkan keinginan yang sudah berubah menjadi ambisinya itu. Ada benarnya perkataan seorang orientalis teologi, bahwa tuhan adalah apa yang mendominasi isi kepalamu.

Dunia media pewartaan, baik media arus utama terutama televisi, maupun media sosial menjadi kendaraan yang sempurna bagi plandemi ini. Sebenarnya, jika saja kita mau mundur beberapa abad, mempelajari sejarah asal mula kantor berita, tidaklah terlalu mengherankan bahwa lembaga2 resmi dunia menjadi pusat penyebaran kebohongan besar, kebohongan yang sangat besar, yang konyolnya nampak sebagai sesuatu yang begitu ilmiah dan masuk akal, sehingga mengabaikan prinsip ilmu yang paling mendasar. Dari sejarah asal mulanya, lahirnya kantor berita internasional pertama, Havas, sekarang bernama France Presse, Reuters, Associated Press dilatarbelakangi oleh kolonialisme, peperangan dan bursa efek. Berita yang disebarluaskan (pada masa itu dengan merpati pos) justru kebalikan dari fakta, demi kemenangan pihak bankir dan investor.

Jadi, informasi apapun, tidak peduli muatannya benar atau salah, fakta atau fiktif, asli atau palsu, jika ditembakkan secara ber-ulang2 masuk ke kepala manusia, dapat menciptakan sinaps2 di otak dan makin menguat sejalan dengan makin intens-nya perulangan itu. Inilah daya sihir iklan. Dengan cara yang sama, plandemi ini menyihir masyarakat dunia.

 

Keanehan Virus Corona dan Pengetesannya

Di awal pandemi ini, diberitakan dan dijurnalkan baik oleh media2 arus utama maupun media2 lembaga kesehatan bahwa virus ini menular melalui droplet pernafasan yang keluar lewat tenggorokan dan kerongkongan. Artinya, di setiap percikan ludah pasti ada virus Corona-nya dong. Tapi, mengapa saat pengetesan, harus ambil cairan di kedalaman hidung tersangka? Mengapa gak memeriksa air liur atau ludah tersangka?

Kemudian muncul lagi informasi bahwa virus corona ini menular atau bertransmisi melalui airborne, atau udara yang keluar dari pernafasan orang yang terinfeksi. Jika demikian, mengapa hanya lubang hidung dan mulut saja yang ditutup? Bukankah telinga dan mata juga bisa jadi jalan masuknya virus yang ada di udara? Dan mengapa banyak ruang medis, ruang praktek dokter dan rumah sakit, bahkan ruang2 isolasi yang sengaja disediakan selama pandemi ini yang tidak memiliki ventilasi alami? bukankah ruang ber-AC justru lebih berisiko menularkan virus yang menular melalui airborne? Jika tak ada ventilasi alam, virus akan ber-putar2 di ruang mati. Jika ada ventilasi alam, udara bersih dan segar dapat mengalir masuk dan udara kotor dapat mengalir keluar dihisap oleh tanaman di sekitar ventilasi ruang atau gedung, dan virus serta kumannya dapat mati oleh sinar matahari. Mengapa logika sederhana ini tidak terpikirkan?

 

Keanehan Protokol Kesehatan

Protokol kesehatan covid-19 ini yang disusun oleh lembaga2 resmi kesehatan malah membuat manusia makin masuk perangkap. Ada 5 M, dan di urutan pertama adalah memakai masker. Tak ada anjuran untuk memperhatikan ventilasi alami agar udara bersih dan segar tetap mengalir masuk dan udara kotor dapat mengalir keluar. Konyolnya lagi, beberapa poster prokes covid-19 ini disponsori oleh perusahaan2 mesin pengatur udara ruang alias AC.


Sudah sejak lama aku gundah melihat kebergantungan manusia terhadap mesin AC ini. Ruang2 tanpa ventilasi, ada ventilasi malah ditutup plastik. Ada jendela yang daunnya bisa dibuka, tapi tidak dilengkapi kasa nyamuk sehingga penghuni ruang enggan membuka jendela. Jadi, makin banyak rumah dan bangunan penginapan, hanya memasang jendela dengan kaca mati, termasuk guest house di beberapa universitas terkemuka di negeri ini. Halooo, kemana perginya kreatifitas para perancang bangunan dan lingkungannya? Halooo, kemana daya kritis para pengelola dan pengguna bangunan (termasuk para profesor) di universitas2..?

Belum lama ini seorang kawan dekatku, bersama suaminya (yang tergolong sangat percaya "pandemi" dan menjalankan prokes ketat justru) “terinfeksi” dan harus dirawat di salah satu rumah sakit rujukan covid-19. Aku coba pantau keadaannya, situasinya dan kondisinya. Kamar perawatannya tanpa ventilasi, jendelanya pun dengan kaca mati. Kondisi mereka berdua sempat memburuk, sang suami bahkan perlu dibantu oksigen buatan. Aku sarankan memasukkan tanaman, lidah mertua atau apa saja yang tahan dalam ruangan, serta latihan olah nafas, juga membuang semua beban pikiran dan membayangkan yang indah2 dan menyenangkan saja. Syukurlah, beliau berdua selamat. Bukan hanya satu atau dua kasus yang aku amati, banyak sekali posting teman2 di facebook yang mengaku menjalankan prokes ketat tapi justru positif covid-19. Ini juga sebagai salah satu bukti bahwa mereka yang membiarkan otaknya diserang virus informasi secara intensif akan berpeluang sangat besar untuk jadi korban plandemi ini.

Bagaimana tidak? Memakai masker dalam waktu lama menyebabkan pasokan oksigen alias O2 ke otak jadi sangat berkurang, karbondioksida alias CO2 tertahan di bagian dalam masker, padahal CO2 ini termasuk racun jika terhirup kembali. Selain itu, manusia2 yang memakai masker dalam waktu lama juga berkurang minum airnya. Dan karena otak kekurangan oksigen dan hidrogen, maka organ pemimpin ini tidak bisa berfungsi optimal. Otak tidak bisa lagi mengontrol kerja organ2 tubuh, sistem dan sub sistem lainnya melalui sistem saraf pusat.


Jadi munculnya masalah di paru2 dan sistem pernafasan bukan disebabkan oleh infeksi virus corona, tapi karena otak kekurangan oksigen dan hidrogen, otak mengalami dehidrasi, sehingga otak tak dapat berfungsi secara optimal sebagai pemimpin alias pengontrol organ2 dan sistem2 tubuh. Dan pada gilirannya, paru2 pun tidak bisa mentransfer oksigen ke jantung melalui pembuluh kapiler. Semua sistem dan subsistem tubuh jadi terganggu dan rusak, termasuk sistem imunitas tubuh. Para pasien covid-19 diberi berbagai obat2an farmasi, termasuk antibiotik (baca: anti kehidupan) yang makin memperlemah sistem imunitas tubuh. Jadi, jangan heran jika makin banyak kasus yang berujung pada kematian di negeri ini.

Dan, sementara di negeri ini jumlah kematian harian meningkat, ternyata harga saham perusahaan2 farmasi, petrokimia dan aneka gas yang memproduksi obat2an, vaksin, plastik (minyak bumi) dan oksigen cair menanjak. Horeee! Kemenangan ada di pihak para pialang saham!

 

Bahtera Nabi Nuh

Mungkin, plandemi ini wujud mimpiku beberapa belas tahun lalu. Aku mimpi mengalami bencana banjir bandang zaman nabi Nuh. Di mimpi itu, aku tinggal di desa yang tinggi di gunung dengan banyak pohon kelapa dan pohon2 besar lainnya. Air datang dari langit maupun dari bumi, dan permukaan air naik, menggenangi rumah-rumah di sekitarku, dan terus naik hingga pepohonan pun tenggelam, manusia2 mati karena tenggelam, tidak bisa bernafas. Nafasku panjang karena aku sudah terbiasa latihan nafas, dan bisa bergerak naik ke permukaan air untuk dapat menghirup oksigen lagi. Sampai di situ aku terbangun, tidak sempat melihat bahtera nabi Nuh.

Dalam suatu kajian reflektif tentang gunung dan pohon, gunung adalah metafor kepala pada diri manusia dan pohon adalah kecerdasan pada diri. Banjir informasi plandemi ini mampu menenggelamkan kecerdasan atau peran otak pada diri manusia, kecuali yang masih mampu menjaga hypothalamus-nya tetap hidup dan berfungsi optimal, yaitu sebagai penjaga konteks cinta universal yang mejaga keharmoniasan dan kesatuan dengan alam semesta, sang keberadaan, yang dapat menjaga keseimbangan yin-yang. Inilah bahtera nabi Nuh di era informasi digital ini.

 

Sumber inspirasi:

kitab Diri

kitab al-Qur’an

kitab Atlas Anatomi Manusia edisi ke-7, Kyung W.Chung, Ph.D. dan tim.

ingatan skema dan catatan pelajaran biologi (sistem pernafasan) di SMP

esai sejarah, Mirrors oleh Eduardo Galeano, diterjemahkan oleh Wardah Hafidz

Black Swan oleh Nassim Nicholas Taleb

observasi langsung dan tidak langsung

obrolan dengan sangat sedikit teman (yang masih sadar)

video dr. Lois Owien

 

catatan:

 

Berdasarkan kajian reflektif tingkat makrifat dan hakikat, ada istilah2 dalam al-qur’an tentang anatomi tubuh manusia, yaitu:

shudur = otak besar (cerebrum)

fu'ad = otak kecil (cerebellum)

qalbu = hati nurani atau disebut juga titik tuhan (hypothalamus)

sirath al mustaqim = susunan tegak sistem saraf pusat (central nervous system)

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar