Betapa
dahsyatnya pengaruh plandemi covid-19
ini hingga hampir semua manusia di seluruh dunia tertipu. Siapapun yang
merancang perencanaan ini, aku angkat topi setinggi-tingginya, jika perlu
beserta kulit kepalaku. Beliau atau beliau2 ini pastilah orang atau orang2 yang
sangat berilmu dan memahami sistem kerja otak manusia. Beliau pastilah sudah
sangat berpengalaman dalam mempengaruhi opini masyarakat global. Beliau atau
beliau2 ini mungkin juga yang membuat sistem pertanian organik beralih ke sistem pertanian modern ber-slogan "revolusi hijau" dengan trio bandidoz-nya: bibit
unggul, pupuk kimia dan pestisida kimia. Beliau atau beliau2 ini mungkin juga
yang mengakibatkan sangat banyak arsitek kehilangan kemampuan berpikir kreatif
untuk merancang bangunan yang hemat energi dengan pengkondisian alami yang
optimal. Beliau atau beliau2 ini mungkin juga yang membuat hampir semua dokter
mengutamakan pemberian obat antibiotik (baca: anti kehidupan) kepada pasien2nya
daripada mempelajari akar masalah penyebab penyakit si pasien.
Hebatnya
karena plandemi ini dirancang dan dilaksanakan secara sangat sangat sistematis
dengan persiapan yang juga sangat matang (mungkin dimulai sejak sekitar 13
tahun lalu). Persiapannya termasuk informasi2 dan berita2 palsu yang diciptakan
atau direkayasa agar “wabah” ini seolah tampak sebagai perulangan sejarah
seabad lalu. Sangat sulit membedakan fakta atau informasi yang benar dari
informasi2 palsu alias fiktif, atau informasi yang muncul dari persepsi yang
salah atau dari ketidaksadaran manusia secara kolektif.
Hei!
Bukankah ini pola yang sangat mirip dengan kolonialisme bangsa kulit putih Eropa (utamanya Inggris)? Pola yang digunakan oleh ras (yang konon) unggulan ini, bangsa yang demi kejayaan imperiumnya telah menjalankan bisnis perdagangan manusia selama tiga abad, menguasai benua Amerika dengan mengeliminasi ras kulit merah, menguasai benua Afrika dan benua Australia atas ras kulit hitam, bangsa yang mendobrak pintu tertutup China dan mengambil alih Hong Kong demi ambisi perdagangan bebas narkotika opium? Pola yang digunakan adalah meng-injak2 harkat dan martabat kemanusiaan demi bisnis, dan juga memakan sangat banyak
korban nyawa? Bangsa ini, bahkan mampu menjadikan bahasanya jadi bahasa dunia,
dan dengan begini tetap dapat menguasai dunia. Kolonialisme hanya berubah
warna. Rasanya sih tetap sama.
Keindahan Teknologi: Lembar Kerja
Excel
Dahsyatnya
dampak plandemi ini dibanding dengan pembodohan2 global, atau kenaifan
globalisasi sebelumnya disebabkan oleh sangat maju dan pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi saat ini, sehingga intensitas simulasi virus informasi
yang menginfeksi otak manusia jauh lebih tinggi. Seandainya data covid-19 yang
disajikan worldometer.com itu ada
benarnya, maka terlihat pola bahwa kasus2 terinfeksi dan kematian tertinggi
terjadi pada negara2 yang masyarakatnya tidak atau kurang menyadari dan
mensyukuri nafasnya. Coba bandingkan data kasus Korea Selatan dengan negara2 di
Eropa dan Amerika, atau data Singapura dengan India dan Indonesia.
Tapi,
terus terang aku meragukan kebenaran data covid-19 itu, karena pernah mendapati kesalahan
yang sangat absurd, yaitu data kematian di United Kingdom, sungguh aneh, dari
tanggal 8 agustus 2020 ke tanggal 16 agustus 2020, data kematiannya berkurang
sebanyak 5200 ! Hei! Mungkinkah 5200 yang mati itu hidup kembali? Saat itu aku
sempat berpikir bahwa “pandemi” ini adalah permainan data dan informasi yang
sangat canggih oleh dunia global, di mana UK memainkan peran yang sangat
penting. Jangan2 ini memang suatu perencanaan yang sangat professional. Tapi,
kata pepatah kuno, sepandai-pandai tupai melompat dia akan pernah jatuh juga.
Secanggih-canggihnya pengelolaan data palsu ini, pernah juga menampilkan
keanehan yang sangat konyol!
Lembar kerja excel ini juga yang menjadi nyawa bagi para pialang di pasar saham alias bursa efek. Kejatuhan pasar saham dunia pada 2008 mengakibatkan perubahan besar keberpihakan perekonomian dunia. Krisis ekonomi Eropah sejak 2010 terus berlanjut. Aku ingat beberapa pendengaranku di tahun 2017 tentang kondisi perekonomian Eropa dan Amerika, seorang tamu Eropa yang datang ke kantor LSM kami sempat cerita, bahwa saat itu mulai banyak orang miskin dan gelandangan di negara2 Eropa. Sebaliknya dengan perekonomian di Asia. Sejak sepuluh tahun lalu negara2 di Asia terutama China, Taiwan dan Korea Selatan serta beberapa negara di Asia Tenggara menggeliat, giat dan produktif, selain kaya sumber daya alam juga kaya akan tenaga kerja.
Tapi,
para pialang di bursa efek tidak dibatasi ruang dan waktu. Dunia pasar saham sedang
berupaya bangkit dari kejatuhannya. Mereka bisa berspekulasi dan dapat memberi
pengaruh terhadap pergerakan harga saham dengan melemparkan data2 dan
informasi2 fiktif. Mereka gak perlu sumber daya alam, gak perlu tenaga kerja,
gak perlu biaya produksi berupa pengadaan pabrik2, operasional dan
pemeliharaannya. Mereka hanya perlu kelicikan di depan layar komputer dengan
sambungan internet. Mereka hanya perlu lihai dalam memainkan data2 pada spreadsheet ini. Bukankah para bilyuner
dan raja pialang ini adanya di Eropa dan Amerika? Di setiap negara, juga di
Indonesia ada pialang saham, namun dunia investasi pasar saham didominasi negara2
Eropa dan Amerika. Pusatnya di Wall Street, New York, US. Inilah keindahan
dunia kapitalisme. Hahaha!
Homo sapiens
Kedahsyatan pengaruh plandemi di Indonesia ini sebenarnya sudah punya jalannya, sudah terbuka peluangnya sejak lama, mungkin sejak tiga puluh tahun lalu. Sejak masyarakat umum mulai mengabaikan fithrahnya sebagai Homo sapiens, spesies yang dapat berjalan tegak dengan keseimbangan. Sejak televisi menjadi prabot wajib di hampir semua rumah tangga di semua kelas masyarakat, disusul oleh internet yang mulai digunakan secara personal berupa laptop, ipad dan telpon genggam cerdas (smartphone). Perlahan tapi pasti, televisi dan internet menembakkan informasi2 konsumtif ke otak2 manusia, berupa kenyamanan dan kemudahan hidup yang serba instan, semuanya dapat dibeli. Jadi, yang paling penting dalam hidup ini adalah punya banyak uang dan manusia hidup makin konsumtif dan makin terasing dari dirinya sendiri. Sumber2 kehidupan alami diabaikan, kebanggan justru jika bisa mengkonsumsi apa yang sedang ramai diiklankan, apalagi jika sudah mendunia, maka beralihlah manusia pada kaki palsu, makanan palsu, air minum palsu, dan sekarang oksigen palsu. Sebagian besar manusia hidup dalam kepalsuan.
Yang
membedakan Homo sapiens dengan spesies2 bermata lainnya adalah bahwa posisi
sistem saraf pusatnya tegak lurus terhadap bumi. Manusia berpindah tempat
dengan berjalan tegak dengan keseimbangan. Selain itu, manusia adalah satu2-nya
spesies yang dikaruniai kemerdekaan memilih, memiliki segala potensi dan sifat
paradoks, namun dibekali dan dilengkapi kemampuan untuk berfikir, bersikap dan bertindak adil
dan bijaksana. Dan sebagai makhluk paradoks, setiap manusia merdeka untuk
mengikuti atau melawan irama dan hukum alam. Inilah keistimewaan sekaligus
perangkap diri Homo sapiens.
Sistem
saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang pada diri manusia normal jika
berdiri dan berjalankaki, dilihat dari arah depan dan belakang akan tampak
tegak lurus, bagai tiang tegak menghubungkan bumi dan langit. Jika dilihat dari
samping, sistem saraf pusat ini agak meliuk seperti sungai, namun tetap dengan
arah tegak dari bumi ke langit.
Kebanyakan
manusia makin jarang bersikap sesuai fithrah-nya. Manusia2 makin malas menggunakan
kedua tungkainya untuk berjalan kaki atau mengayun pedal sepeda. Manusia2 makin
bergantung terhadap kendaraan bermotor yang bermesin pembakar dan menghasilkan
polusi di udara. Untuk berpindah tempat dalam jarak 200 meter saja memilih naik
sepeda motor daripada berjalankaki. Untuk ke warung terdekat saat terik
matahari saja mengendarai mobil. Sistem transportasi pun menyemangati
masyarakat untuk memilih menggunakan kendaraan bermotor pribadi, jalan2 dirancang
dan dibangun dengan mengutamakan kendaraan bermotor, pembangunan jalan tol yang
sangat lebar, membunuh banyak pohon dan mengurangi area hutan serta ruang2 terbuka hijau, impor
mobil pun menanjak, dan jalan tol tetap macet pada waktu2 musim liburan. Pada
titik ini, manusia sudah mulai tidak menyadari dan tidak mensyukuri nafasnya, karena secara
masif dan berkelanjutan membunuhi sumber2 oksigen alami serta mencemari udara
alam sekitarnya, yang seharusnya dijaga tetap bersih dan segar.
Sekarang ini, pemandangan berupa orang2 dewasa, remaja bahkan anak2 memakai masker dan melaju dengan kendaraan sepeda motor di jalan2 desa dan jalan2 raya kabupaten menjadi hal normal sejak dua pekan lalu. Setidaknya inilah yang aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri.
Masih
ada segelintir manusia yang memilih untuk sering jalankaki atau bergerak dengan
mengayunkan kakinya pada pedal sepeda, dan tidak memakai masker, tapi malah
dianggap makhluk aneh, padahal si makhluk aneh yang minoritas inilah yang masih
sadar bahwa fithrahnya adalah bergerak dengan sikap tubuh tegak, berpijak pada
bumi dan menjunjung langit, serta tetap terhubung harmonis dengan alam
sekitarnya.
Otak Manusia adalah Rumah Tuhan
Otak
manusia adalah organ terpenting pada tubuh fisik manusia, yang mengontrol
seluruh sistem dan subsistem serta organ-organ tubuh fisik lainnya. Bahkan, otak juga
berfungsi mengontrol tubuh mental, tubuh spiritual dan tubuh metafisik manusia.
Otak bagaikan singgasana dimana sang raja memerintah dan mengatur kehidupan
rakyatnya. Otak adalah pengontrol seluruh sistem dan subsistem manusia, baik
secara sadar, maupun bawah sadar dan tak sadar.
Secara anatomi, otak terbagi dalam dua bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum) dan otak kecil (cerebellum). Fungsi utama otak besar adalah sebagai gudang atau tempat penyimpanan memori baik yang sudah diolah maupun yang belum diolah, otak besar juga berfungsi sebagai pusat daya rohaniah yang tinggi. Fungsi utama otak kecil adalah sebagai pengelola data/informasi, fungsi berfikir. Otak besar dapat dibagi lagi menjadi otak kiri dan otak kanan. Namun ada area berisi sub-organ di tengah2 otak besar, tepat antara otak kiri dan otak kanan yang disebut hypothalamus. Informasi2 yang tersimpan di otak besar memberi pengaruh terhadap hypothalamus, demikian juga sebaliknya. Informasi2 dan simulasi2 yang berulang secara intensif akan menciptakan sinaps2 di otak yang berpengaruh kuat terhadap hypothalamus. Dan hypothalamus akan memiliki konteks yang sesuai dengan sinaps2 yang dominan dan mengelilinginya. Akibatnya, melalui sistem saraf pusat (otak dan sum2 tualang belakang) dan seluruh sistem saraf lainnya membawa dan menyampaikan konteks informasi ini ke seluruh sistem dan subsistem, ke seluruh sel pada organ dan sub-organ tubuh lainnya, pada sistem pernafasan, sistem pencernaan, bahkan pada sistem imunitas tubuh.
Seorang
manusia yang membiarkan otaknya menerima iklan produk yang sama secara
ber-ulang2, akan memiliki keinginan untuk membeli atau memiliki produk itu, bahkan merasa
sangat memerlukan produk yang diiklankan itu, sehingga dengan segala cara,
semua sistem dan subsistem pada tubuhnya, bekerja untuk mewujudkan keinginan
yang sudah berubah menjadi ambisinya itu. Ada benarnya perkataan seorang
orientalis teologi, bahwa tuhan adalah apa yang mendominasi isi kepalamu.
Dunia
media pewartaan, baik media arus utama terutama televisi, maupun media sosial menjadi
kendaraan yang sempurna bagi plandemi ini. Sebenarnya, jika saja kita mau
mundur beberapa abad, mempelajari sejarah asal mula kantor berita, tidaklah
terlalu mengherankan bahwa lembaga2 resmi dunia menjadi pusat penyebaran
kebohongan besar, kebohongan yang sangat besar, yang konyolnya nampak sebagai
sesuatu yang begitu ilmiah dan masuk akal, sehingga mengabaikan prinsip ilmu
yang paling mendasar. Dari sejarah asal mulanya, lahirnya kantor berita internasional
pertama, Havas, sekarang bernama France Presse, Reuters, Associated Press dilatarbelakangi
oleh kolonialisme, peperangan dan bursa efek. Berita yang disebarluaskan (pada masa itu dengan merpati pos) justru
kebalikan dari fakta, demi kemenangan pihak bankir dan investor.
Jadi,
informasi apapun, tidak peduli muatannya benar atau salah, fakta atau fiktif,
asli atau palsu, jika ditembakkan secara ber-ulang2 masuk ke kepala manusia,
dapat menciptakan sinaps2 di otak dan makin menguat sejalan dengan makin
intens-nya perulangan itu. Inilah daya sihir iklan. Dengan cara yang sama,
plandemi ini menyihir masyarakat dunia.
Keanehan Virus Corona dan
Pengetesannya
Di awal
pandemi ini, diberitakan dan dijurnalkan baik oleh media2 arus utama maupun
media2 lembaga kesehatan bahwa virus ini menular melalui droplet pernafasan yang keluar lewat tenggorokan dan kerongkongan.
Artinya, di setiap percikan ludah pasti ada virus Corona-nya dong. Tapi,
mengapa saat pengetesan, harus ambil cairan di kedalaman hidung tersangka?
Mengapa gak memeriksa air liur atau ludah tersangka?
Kemudian
muncul lagi informasi bahwa virus corona ini menular atau bertransmisi melalui airborne, atau udara yang keluar dari
pernafasan orang yang terinfeksi. Jika demikian, mengapa hanya lubang hidung
dan mulut saja yang ditutup? Bukankah telinga dan mata juga bisa jadi jalan
masuknya virus yang ada di udara? Dan mengapa banyak ruang medis, ruang praktek
dokter dan rumah sakit, bahkan ruang2 isolasi yang sengaja disediakan selama
pandemi ini yang tidak memiliki ventilasi alami? bukankah ruang ber-AC justru
lebih berisiko menularkan virus yang menular melalui airborne? Jika tak ada ventilasi alam, virus akan ber-putar2 di
ruang mati. Jika ada ventilasi alam, udara bersih dan segar dapat mengalir
masuk dan udara kotor dapat mengalir keluar dihisap oleh tanaman di sekitar ventilasi ruang atau gedung, dan virus
serta kumannya dapat mati oleh sinar matahari. Mengapa logika sederhana ini
tidak terpikirkan?
Keanehan Protokol Kesehatan
Protokol
kesehatan covid-19 ini yang disusun oleh lembaga2 resmi kesehatan malah membuat
manusia makin masuk perangkap. Ada 5 M, dan di urutan pertama adalah memakai masker. Tak ada anjuran untuk
memperhatikan ventilasi alami agar udara bersih dan segar tetap mengalir masuk dan udara kotor dapat mengalir keluar.
Konyolnya lagi, beberapa poster prokes covid-19 ini disponsori oleh perusahaan2
mesin pengatur udara ruang alias AC.
Sudah sejak lama aku gundah melihat kebergantungan manusia terhadap mesin AC ini. Ruang2 tanpa ventilasi, ada ventilasi malah ditutup plastik. Ada jendela yang daunnya bisa dibuka, tapi tidak dilengkapi kasa nyamuk sehingga penghuni ruang enggan membuka jendela. Jadi, makin banyak rumah dan bangunan penginapan, hanya memasang jendela dengan kaca mati, termasuk guest house di beberapa universitas terkemuka di negeri ini. Halooo, kemana perginya kreatifitas para perancang bangunan dan lingkungannya? Halooo, kemana daya kritis para pengelola dan pengguna bangunan (termasuk para profesor) di universitas2..?
Belum
lama ini seorang kawan dekatku, bersama suaminya (yang tergolong sangat
percaya "pandemi" dan menjalankan prokes ketat justru) “terinfeksi” dan harus
dirawat di salah satu rumah sakit rujukan covid-19. Aku coba pantau keadaannya,
situasinya dan kondisinya. Kamar perawatannya tanpa ventilasi, jendelanya pun
dengan kaca mati. Kondisi mereka berdua sempat memburuk, sang suami bahkan
perlu dibantu oksigen buatan. Aku sarankan memasukkan tanaman, lidah mertua
atau apa saja yang tahan dalam ruangan, serta latihan olah nafas, juga membuang
semua beban pikiran dan membayangkan yang indah2 dan menyenangkan saja.
Syukurlah, beliau berdua selamat. Bukan hanya satu atau dua kasus yang aku
amati, banyak sekali posting teman2 di facebook yang mengaku menjalankan prokes
ketat tapi justru positif covid-19. Ini juga sebagai salah satu bukti bahwa
mereka yang membiarkan otaknya diserang virus informasi secara intensif akan
berpeluang sangat besar untuk jadi korban plandemi ini.
Bagaimana
tidak? Memakai masker dalam waktu lama menyebabkan pasokan oksigen alias O2
ke otak jadi sangat berkurang, karbondioksida alias CO2 tertahan di
bagian dalam masker, padahal CO2 ini termasuk racun jika terhirup
kembali. Selain itu, manusia2 yang memakai masker dalam waktu lama juga berkurang
minum airnya. Dan karena otak kekurangan oksigen dan hidrogen, maka organ
pemimpin ini tidak bisa berfungsi optimal. Otak tidak bisa lagi mengontrol
kerja organ2 tubuh, sistem dan sub sistem lainnya melalui sistem saraf pusat.
Jadi munculnya masalah di paru2 dan sistem pernafasan bukan disebabkan oleh infeksi virus corona, tapi karena otak kekurangan oksigen dan hidrogen, otak mengalami dehidrasi, sehingga otak tak dapat berfungsi secara optimal sebagai pemimpin alias pengontrol organ2 dan sistem2 tubuh. Dan pada gilirannya, paru2 pun tidak bisa mentransfer oksigen ke jantung melalui pembuluh kapiler. Semua sistem dan subsistem tubuh jadi terganggu dan rusak, termasuk sistem imunitas tubuh. Para pasien covid-19 diberi berbagai obat2an farmasi, termasuk antibiotik (baca: anti kehidupan) yang makin memperlemah sistem imunitas tubuh. Jadi, jangan heran jika makin banyak kasus yang berujung pada kematian di negeri ini.
Dan, sementara di negeri ini jumlah kematian harian meningkat, ternyata harga saham
perusahaan2 farmasi, petrokimia dan aneka gas yang memproduksi obat2an, vaksin, plastik (minyak
bumi) dan oksigen cair menanjak. Horeee! Kemenangan ada di pihak para pialang
saham!
Bahtera Nabi Nuh
Mungkin,
plandemi ini wujud mimpiku beberapa belas tahun lalu. Aku mimpi mengalami
bencana banjir bandang zaman nabi Nuh. Di mimpi itu, aku tinggal di desa yang tinggi
di gunung dengan banyak pohon kelapa dan pohon2 besar lainnya. Air datang dari
langit maupun dari bumi, dan permukaan air naik, menggenangi rumah-rumah di
sekitarku, dan terus naik hingga pepohonan pun tenggelam, manusia2 mati karena tenggelam,
tidak bisa bernafas. Nafasku panjang karena aku sudah terbiasa latihan
nafas, dan bisa bergerak naik ke permukaan air untuk dapat menghirup oksigen
lagi. Sampai di situ aku terbangun, tidak sempat melihat bahtera nabi Nuh.
Dalam
suatu kajian reflektif tentang gunung dan pohon, gunung adalah metafor kepala
pada diri manusia dan pohon adalah kecerdasan pada diri. Banjir informasi
plandemi ini mampu menenggelamkan kecerdasan atau peran otak pada diri manusia,
kecuali yang masih mampu menjaga hypothalamus-nya
tetap hidup dan berfungsi optimal, yaitu sebagai penjaga konteks cinta universal yang mejaga keharmoniasan
dan kesatuan dengan alam semesta, sang keberadaan, yang dapat menjaga keseimbangan yin-yang. Inilah bahtera nabi Nuh di era informasi digital
ini.
Sumber
inspirasi:
kitab Diri
kitab al-Qur’an
kitab Atlas Anatomi
Manusia edisi ke-7, Kyung W.Chung, Ph.D. dan tim.
ingatan skema dan
catatan pelajaran biologi (sistem pernafasan) di SMP
esai sejarah, Mirrors oleh Eduardo Galeano,
diterjemahkan oleh Wardah Hafidz
Black
Swan oleh Nassim
Nicholas Taleb
observasi langsung
dan tidak langsung
obrolan dengan sangat
sedikit teman (yang masih sadar)
video dr. Lois
Owien
catatan:
Berdasarkan kajian
reflektif tingkat makrifat dan hakikat, ada istilah2 dalam al-qur’an tentang
anatomi tubuh manusia, yaitu:
shudur = otak besar (cerebrum)
fu'ad = otak kecil (cerebellum)
qalbu = hati nurani atau disebut juga titik
tuhan (hypothalamus)
sirath al mustaqim = susunan
tegak sistem saraf pusat (central nervous
system)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar