Senin, 25 Juli 2022

Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila

Bagi yang pernah belajar sejarah kebangsaan, apalagi yang pernah membaca dengan seksama buku "Di Bawah Bendera Revolusi", tentu punya sikap respek dan cinta kepada Bung Karno dan semua tim perumus PancaSila dan BPUPKI. Mereka adalah Pendiri Negara Indonesia, para founding fathers kita ini. Mereka bukan sekadar penganut agama dalam kungkungan dogma yang sempit. Mereka meneladankan sikap dan tindakan manusia yang berjiwa merdeka dan bertanggungjawab.




 

Seluruh unsur dan bagian Pancasila bermuatan nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan dalam kebenaran universal. Kelima prinsipnya, juga lambangnya berupa burung garuda, serta semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika, menjadi pegangan dan pengukuhan kelima prinsipnya, adalah suatu kesatuan ekspresi yang selaras, lahir dari kesadaran tertinggi manusia-manusia mulia.


Bhinneka Tunggal Ika ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahitsekitar abad ke-14, di bawah pemerintahan Raja Rājasanagara, yang juga dikenal sebagai Hayam Wuruk.


Ada lima sila alias prinsip, yaitu hal-hal mendasar, mengandung nilai-nilai kearifan budaya Nusantara, fondasi di mana sistem-sistem yang benar bisa terbangun dan berjalan selayaknya. Prinsip-prinsip ini lahir dari hal-hal yang mengakar sesuai fithrah manusia, penciptaannya dan Penciptanya. Prinsip-prinsip ini merupakan rambu-rambu bagi sikap dan tindakan lokal, sekaligus penjaga arah bagi pemikiran global dan kesadaran universal kita.

 

Mari kita telaah nilai-nilai dari setiap prinsip atau sila dasar negara kita, Pancasila, berikut contoh-contoh aktualisasinya dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai Bangsa Indonesia, terutama dalam tatanan Pembangunan.

 

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.

 

Prinsip ini mengakui sekaligus mengayomi setiap individu untuk merdeka memilih agama atau kepercayaannya, baik monoteisme maupun politeisme, serta merdeka menjalankan syariat dan ritual agama atau kepercayaannya, sejauh itu tidak melanggar hak azasi individu-individu lainnya.

 

Contohnya:

 

Individu yang berbeda agama/kepercayaan dengan individu-individu lain dalam keluarganya. Masing-masing pihak, baik yang minoritas maupun pihak mayoritas perlu saling menghargai dan sama-sama menjaga keselarasan dalam kehidupan bersama. Caranya, dengan senantiasa berupaya menyadari batas-batas kewajaran sikap dan tindakannya. Demikian pula pada skala yang lebih besar.

 

Akan sangat baik jika ada upaya memperkaya atau meningkatkan kualitas kemajemukan dalam berketuhanan Yang Maha Esa. Misalnya, mengadakan kegiatan berdoa bersama, atau saling mengunjungi dan memberi ucapan selamat di hari-hari raya keagamaan di antara umat beda agama/kepercayaan.

 

Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

 

Nilai-nilai prinsip kedua ini terutama dapat diaktualisasikan dalam sikap dan tindakan setiap individu dalam menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya sebagai manusia merdeka maupun sebagai warga negara yang dikenai aturan perundangan yang berlaku secara umum.

 

Contohnya:

 

Dalam menjaga sumber daya alam di wilayah domisili kita, misalnya sungai. Setiap individu sebagai warga mempunyai hak untuk menikmati keindahan dan manfaat sungai ini, di samping tentunya juga berkewajiban untuk tidak merusak apalagi mengeksploitasi sumber daya alam ini. Karena sumber daya alam ini adalah milik bersama. Jadi, kita perlu menyadari batasan sikap dan tindakan dalam pemanfaatannya, yaitu tidak mendominasi, dan tidak melanggar hak orang lain.

 

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia.

 

Sejalan makin bertumbuh dan berkembangnya mobilitas, teknologi informasi dan komunikasi serta dinamika kependudukan, maka di setiap wilayah, bangsa Indonesia menjadi semakin majemuk. Bukan saja kemajemukan masyarakat dalam artian beda suku, ras, agama, keyakinan, tingkat ekonomi dan status sosial, namun juga perbedaan pandangan politik dan jalan hidup.

 

Janganlah perbedaan-perbedaan ini dipertajam atau terlalu ditonjolkan sehingga berujung pada sikap saling antipati. Sebaliknya, perbedaan-perbedaan ini perlu diterima sebagai kekayaan keanekaragaman kehidupan. Bukankah ini juga ditegaskan dalam semboyan yang jadi pegangan burung garuda kita?

 

Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

 

Contohnya:

 

Diskusi adalah salah satu pengejawantahan sila ke-empat. Dalam upaya mewujudkan kehidupan bersama yang lebih baik, semua orang perlu berpartisipasi aktif, mengeluarkan/menyampaikan pendapat atau pandangan maupun mengajukan pertanyaan dan usul gagasan. Setiap orang juga perlu menjadi pendengar yang baik dan penanggap yang benar.

 

Membiarkan beberapa orang saja berbicara mendominasi waktu dan ruang bukanlah cara diskusi yang efektif. Karena setiap kepala bisa punya isi yang berbeda, sudut pandang yang berbeda, maupun persepsi yang berbeda terhadap suatu masalah. Perbedaan-perbedaan ini diakibatkan perbedaan pengetahuan, pengalaman, juga perbedaan harapan dan imajinasi.

 

Diskusi yang benar adalah memberi kesempatan semua peserta/hadirin untuk berbicara, secara lisan atau tulisan. Semua orang, semua pihak berhak untuk berekspresi.

 

Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

Aktualisasi nilai-nilai sila kelima ini dapat diperhatikan pada ketersediaan, pemanfaatan, dan penggunaan fasilitas-fasilitas publik, terutama yang sifatnya sangat mendasar.

 

Fasilitas-fasilitas atau sarana dan prasarana publik yang sangat mendasar ini berupa sistem lingkungan hidup yang sehat, yang di dalamnya terdapat udara yang bersih dan sehat, air bersih yang juga bersih, sehat dan berkecukupan, juga ketersediaan energi listrik yang memadai bagi setiap individu dan keluarga.

 

Sarana dan prasarana transportasi perlu disikapi sebagai suatu sistem yang terpadu dan menyeluruh bagi semua lapisan masyarakat. Sistem angkutan publik masal dan semi masal, lajur-lajur pejalankaki dan pesepeda non-motor yang layak adalah wujud aktualisasi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

Sistem pendidikan yang inklusif di semua tingkatan juga merupakan indikator aktualisasi nilai-nilai Pancasila, teristimewa sila kelima ini.

 

Demikianlah contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam tatanan pembangunan, baik pembangunan sumber daya manusia, maupun pembangunan dalam makna fisik kewilayahan.

 

Teristimewa dalam membangun perekonomian keluarga dan bangsa yang sehat dan lestari… Kalau saja nilai-nilai Pancasila dipahami dan dijalankan dengan benar, kita tidak perlu lagi dipermainkan oleh kekuatan-kekuatan sistem yang tidak adil, baik itu kapitalisme maupun komunisme. Dengan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak perlu terombang-ambing untuk hanyut sebagai golongan kanan, ataupun terpuruk sebagai golongan kiri. Pancasila adalah jalan tengah : Koperasi bentuknya, dan Gotong-royong spiritnya.

 

Demokrasi pancasila sampai detik ini merupakan sistem politik terbaik karena menghargai perbedaan dari setiap manusia, dan menjunjung penyamarataan hak-hak politik masyarakat dan kebebasan beropini rakyat. Pancasila mempunyai nilai-nilai luhur mengenai konsep-konsep kerjasama, kerukunan, dan gotong-royong sehingga menciptakan keadilan bagi semua pihak.

 

Lovie & Nita

Denpasar, 15 Juni 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar