Bagi yang pernah belajar sejarah kebangsaan, apalagi yang pernah membaca dengan seksama buku "Di Bawah Bendera Revolusi", tentu punya sikap respek dan cinta kepada Bung Karno dan semua tim perumus PancaSila dan BPUPKI. Mereka adalah Pendiri Negara Indonesia, para founding fathers kita ini. Mereka bukan sekadar penganut agama dalam kungkungan dogma yang sempit. Mereka meneladankan sikap dan tindakan manusia yang berjiwa merdeka dan bertanggungjawab.
Seluruh unsur dan bagian Pancasila bermuatan nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan dalam kebenaran universal. Kelima prinsipnya, juga lambangnya berupa burung garuda, serta semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika, menjadi pegangan dan pengukuhan kelima prinsipnya, adalah suatu kesatuan ekspresi yang selaras, lahir dari kesadaran tertinggi manusia-manusia mulia.
Bhinneka Tunggal Ika ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma,
karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahitsekitar abad ke-14, di bawah
pemerintahan Raja Rājasanagara, yang juga dikenal sebagai Hayam Wuruk.
Ada
lima sila alias prinsip, yaitu hal-hal mendasar, mengandung nilai-nilai
kearifan budaya Nusantara, fondasi di mana sistem-sistem yang benar bisa
terbangun dan berjalan selayaknya. Prinsip-prinsip ini lahir dari hal-hal yang
mengakar sesuai fithrah manusia, penciptaannya dan Penciptanya. Prinsip-prinsip
ini merupakan rambu-rambu bagi sikap dan tindakan lokal, sekaligus penjaga arah
bagi pemikiran global dan kesadaran universal kita.
Mari
kita telaah nilai-nilai dari setiap prinsip atau sila dasar negara kita,
Pancasila, berikut contoh-contoh aktualisasinya dalam kehidupan kita
sehari-hari sebagai Bangsa Indonesia, terutama dalam tatanan Pembangunan.
Sila
Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Prinsip
ini mengakui sekaligus mengayomi setiap individu untuk merdeka memilih agama
atau kepercayaannya, baik monoteisme maupun politeisme, serta merdeka menjalankan
syariat dan ritual agama atau kepercayaannya, sejauh itu tidak melanggar hak
azasi individu-individu lainnya.
Contohnya:
Individu
yang berbeda agama/kepercayaan dengan individu-individu lain dalam keluarganya.
Masing-masing pihak, baik yang minoritas maupun pihak mayoritas perlu saling
menghargai dan sama-sama menjaga keselarasan dalam kehidupan bersama. Caranya,
dengan senantiasa berupaya menyadari batas-batas kewajaran sikap dan
tindakannya. Demikian pula pada skala yang lebih besar.
Akan
sangat baik jika ada upaya memperkaya atau meningkatkan kualitas kemajemukan
dalam berketuhanan Yang Maha Esa. Misalnya, mengadakan kegiatan berdoa bersama,
atau saling mengunjungi dan memberi ucapan selamat di hari-hari raya keagamaan
di antara umat beda agama/kepercayaan.
Sila
Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Nilai-nilai
prinsip kedua ini terutama dapat diaktualisasikan dalam sikap dan tindakan
setiap individu dalam menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya sebagai
manusia merdeka maupun sebagai warga negara yang dikenai aturan perundangan
yang berlaku secara umum.
Contohnya:
Dalam
menjaga sumber daya alam di wilayah domisili kita, misalnya sungai. Setiap
individu sebagai warga mempunyai hak untuk menikmati keindahan dan manfaat
sungai ini, di samping tentunya juga berkewajiban untuk tidak merusak apalagi
mengeksploitasi sumber daya alam ini. Karena sumber daya alam ini adalah milik
bersama. Jadi, kita perlu menyadari batasan sikap dan tindakan dalam
pemanfaatannya, yaitu tidak mendominasi, dan tidak melanggar hak orang lain.
Sila
Ketiga: Persatuan Indonesia.
Sejalan
makin bertumbuh dan berkembangnya mobilitas, teknologi informasi dan komunikasi
serta dinamika kependudukan, maka di setiap wilayah, bangsa Indonesia menjadi
semakin majemuk. Bukan saja kemajemukan masyarakat dalam artian beda suku, ras,
agama, keyakinan, tingkat ekonomi dan status sosial, namun juga perbedaan
pandangan politik dan jalan hidup.
Janganlah
perbedaan-perbedaan ini dipertajam atau terlalu ditonjolkan sehingga berujung
pada sikap saling antipati. Sebaliknya, perbedaan-perbedaan ini perlu diterima
sebagai kekayaan keanekaragaman kehidupan. Bukankah ini juga ditegaskan dalam
semboyan yang jadi pegangan burung garuda kita?
Sila
Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan.
Contohnya:
Diskusi
adalah salah satu pengejawantahan sila ke-empat. Dalam upaya mewujudkan
kehidupan bersama yang lebih baik, semua orang perlu berpartisipasi aktif,
mengeluarkan/menyampaikan pendapat atau pandangan maupun mengajukan pertanyaan
dan usul gagasan. Setiap orang juga perlu menjadi pendengar yang baik dan
penanggap yang benar.
Membiarkan
beberapa orang saja berbicara mendominasi waktu dan ruang bukanlah cara diskusi
yang efektif. Karena setiap kepala bisa punya isi yang berbeda, sudut pandang
yang berbeda, maupun persepsi yang berbeda terhadap suatu masalah.
Perbedaan-perbedaan ini diakibatkan perbedaan pengetahuan, pengalaman, juga
perbedaan harapan dan imajinasi.
Diskusi
yang benar adalah memberi kesempatan semua peserta/hadirin untuk berbicara,
secara lisan atau tulisan. Semua orang, semua pihak berhak untuk berekspresi.
Sila
Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Aktualisasi
nilai-nilai sila kelima ini dapat diperhatikan pada ketersediaan, pemanfaatan,
dan penggunaan fasilitas-fasilitas publik, terutama yang sifatnya sangat
mendasar.
Fasilitas-fasilitas
atau sarana dan prasarana publik yang sangat mendasar ini berupa sistem
lingkungan hidup yang sehat, yang di dalamnya terdapat udara yang bersih dan
sehat, air bersih yang juga bersih, sehat dan berkecukupan, juga ketersediaan
energi listrik yang memadai bagi setiap individu dan keluarga.
Sarana
dan prasarana transportasi perlu disikapi sebagai suatu sistem yang terpadu dan
menyeluruh bagi semua lapisan masyarakat. Sistem angkutan publik masal dan semi
masal, lajur-lajur pejalankaki dan pesepeda non-motor yang layak adalah wujud
aktualisasi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sistem
pendidikan yang inklusif di semua tingkatan juga merupakan indikator
aktualisasi nilai-nilai Pancasila, teristimewa sila kelima ini.
Demikianlah
contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam tatanan pembangunan, baik
pembangunan sumber daya manusia, maupun pembangunan dalam makna fisik
kewilayahan.
Teristimewa
dalam membangun perekonomian keluarga dan bangsa yang sehat dan lestari… Kalau
saja nilai-nilai Pancasila dipahami dan dijalankan dengan benar, kita tidak
perlu lagi dipermainkan oleh kekuatan-kekuatan sistem yang tidak adil, baik itu
kapitalisme maupun komunisme. Dengan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak perlu terombang-ambing untuk
hanyut sebagai golongan kanan, ataupun terpuruk sebagai golongan kiri. Pancasila
adalah jalan tengah : Koperasi bentuknya, dan Gotong-royong spiritnya.
Demokrasi
pancasila sampai detik ini merupakan sistem politik terbaik karena menghargai
perbedaan dari setiap manusia, dan menjunjung penyamarataan hak-hak politik
masyarakat dan kebebasan beropini rakyat. Pancasila mempunyai nilai-nilai luhur
mengenai konsep-konsep kerjasama, kerukunan, dan gotong-royong sehingga
menciptakan keadilan bagi semua pihak.
Lovie & Nita
Denpasar, 15 Juni 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar