Jumat, 31 Desember 2021

Catatan Akhir Tahun 2021

Ada banyak momentum di sepanjang tahun 2021 ini. 


Di pertengahan Januari, aku kembali mengkaji dan mengagumi kebenaran pelajaran Sayangku tentang Gwanmul-Gungri yang kebenarannya juga termuat dalam al-Qur'an : HaaMiim.

Masih diwarnai pandemi covid19, dan aku masih belum ngeh apa yang sebenarnya terjadi, dan harus bersikap bagaimana yang terbaik. Saat itu aku masih rada paranoid terhadap apa yang disebut sebagai virus corona dan penyebarannya. Namun, demi amannya, aku jalankan prokes ketat, terutama jika harus keluar ke ruang publik. Syukurnya, aku memang sudah mulai membiasakan diri hidup sebagai pertapa, sehingga sangat jarang ke luar rumah dan tidak mengikuti lagi kegiatan2 sosial, sehingga aku tidak pernah berada di suatu keramaian maupun kerumunan.

Ancha masih sekolah secara daring. Ini semester terakhir dia di SMP. Pertumbuhan fisik Ancha cukup pesat walaupun hampir gak pernah keluar rumah karena pandemi ini. 


Bulan Februari tentu saja selalu diwarnai momen peringatan tanggal kelahiranku dan tanggal kelahiran Sayangku. Di tanggal kelahiranku, aku lebih banyak merenungi eksistensi Diri-ku dengan segala dimensi-nya. Termasuk, bahwa diri manusia sebenarnya memiliki sedikitnya 25 jenis unsur yang berasal dari inti bintang. Dan, bahwa Diri-ku punya kekuatan sihir, sebagaimana yang tertulis di al-Qur’an surat 113 (al-Falaq), namun aku memahaminya tidak sebagaimana apa yang diterjemahkan… aku memahaminya dengan makna metafor dan paradox.

Aku menjalani puasa intermitten sejak 6 november 2020. makan (lumayan lengkap) hanya sekali sehari, yaitu pada waktu magrib. Aku meditasi (syukur, doa, afirmasi) diri sebelum menyantap hidangan vegan kami. Ya, kami, karena aku selalu mengkondisikan diriku sebagai “dua dalam satu”… kami berdua, Sayangku dan aku. 

Sayangku ini sangat “smart” namun agak “tricky”! Hahaa! dengan begitu dia mendapatkan semua yang dia mau, dia bisa mewujudkan semua impiannya dan bisa tetap hidup sebagaimana yang dia mau.

Memang beberapa kali dia menyebut dirinya, antara lain saat kami di elevator yang punya cermin... aigo.. i become older and older.. sambil memandangi kepalanya yang didominasi uban di cermin interior. waktu itu akupun memeluknya beberapa saat.. dan berbisik, we can enjoy our life together, Sayangku... endlessly...

Beliau memang sudah mendapatkan perahan/ekstrak waktu eksistensinya (al-'ashr) dengan mewariskan begitu banyak hasil kerja yang bermanfaat bagi kehidupan orang banyak, terutama berupa taman2 kota di Seoul, dan disertasi-nya yang sangat2 komprehensif dan mendalam.

Di samping itu, beliau gak cukup rajin memelihara tubuh fisiknya (sebagaimana diriku), namun spirit-nya tetap menyala! ya... beliau tahu bahwa aku, kekasihnya bisa membuat dia tetap bisa ikut menikmati hidup ini dgn semua dimensi kemanusiaan kami.


Di Bulan Maret, aku lagi senang eksperimen bikin kue pelangi dengan bahan pewarna alami segar, yaitu dari bunga2-an dan daun2-an. dan, aku jadi teringat Sayangku:

seandainya Sayangku masih bisa bicara.. pasti saat aku bikin rainbow cake, dia komen gini... "nita, what are you doing sayangku? are you cooking or making art?"

aku kupas buah nenas aja dia bilang aku "making art"... dasar dianya sih yang penglihatan artis... hmmm... kangen dengar komentar segar dan orisinil beliau...

pertengahan maret, hari nyepi hanya berdua Aisya di rumah kosan ini. Ancha nginap di rumah buk Tuadi. Aku sudah siapin makanan kami sehari sebelum nyepi: kue kukus pelangi dan burasa. Aisya suka burasa! Kue pelangi-nya rada pahit… hihihii.. pewarna dari daun kelor aku lupa banyakin gulanya.


Di bulan April kami, aku dan Aisya serta Ancha merampungkan program #selasabelajarbersama, termasuk pertemuan koordinasi persiapan perjalanan dari Bali ke Jakarta dengan mobil sewa. Perjalanannya sendiri menjadi hitungan yang ke-55.

 

Dini hari, 1 Mei, dengan mengendarai mobil sewa milik mbak Pingkan, aku mengantar Aisya dan Ancha ke Jakarta... gak sampai 3 jam di rumah Pejaten... sesudah sungkem pada mamak dan bapak, aku langsung balik ke Bali... di perjalanan 2 Mei sore hingga 4 mei sore.


Di 19 Juni, aku merenungi kembali transformasi Diri Sayangku dari wujud ke non-wujud dan melebur pada Diri-ku. sudah setahun.


Antara 30 April sd 13 Juli di tahun 2021 aku gak ada posting di fb kecuali satu, yaitu peringatan setahun meninggalnya Sayangku (18 Juni) di facebook grup ACLA... Posting baru di akun fb pribadiku muncul lagi karena momentum dr. Lois Owien... tapi kok kemudian hilang seperti ditelan Bumi ?

 

Di pertengahan Agustus aku memutuskan untuk menulis buku tentang Nujeongwon. Tidak terlalu repot karena sebenarnya aku sudah dan sedang menulis juga tentang Nujeongwon di blog pribadi-ku.

 

Di bulan September : seru2-nya menulis dan menyusun buku Nujeongwon. Seru, karena buku ini dalam bahasa Indonesia dan Korea. Walaupun dua anggota tim penyusun buku ini orang Korea, tapi semua naskah aku yang terjemahkan ke Bahasa Korea, dan kirakira hanya 20% yang diperiksa/dikoreksi lagi oleh kedua teman Korea ini.

 

Pertengahan Oktober: ISBN buku pertama kami, “Nujeongwon dan Kelestarian Ekologis ~ Pelajaran Penting dari Prof. Sung-Kyun Kim” terbit!

2 buku sampul keras sebagai cetakan tanda terbit, jadinya tgl 25, dan pesanan sebanyak 28 buku sampul lunak dan 2 buku sampul keras, jadinya tgl 28. eh, tanggalnya Sumpah Pemuda dong!


Di November: sebagai proses penulisan buku kedua, aku observasi lapangan dgn jalankaki ke Desa Munduk, Buleleng, Bali Utara.

 

Di Desember: observasi lapangan lagi dengan bus TMD dan jalankaki ke Ubud, lalu menyususri DAS Tukad Pakerisan, Gianyar.


Buah Diri dalam tahun 2021:


selain buku pertama, ada tambahan 15 tulisan artikel/cerita di blog pribadi-ku di sepanjang tahun 2021.

sebenarnya sih buku ke-0 juga sudah terbit ISBN gandanya di akhir Desember 2021, tapi baru bisa dapat tautan e-book dan buku cetakan tanda terbit pada pekan pertama atau kedua Januari 2022 ini.

kerjaan seni rupa: 2 lembar sketsa abu2 di kertas A4, 1 lembar sketsa warna di kertas A4, dan 6 lembar sketsa warna di kertas A3, dan mural (belum kelar) di dua sisi dinding kamar eh, di #kuilcinta #nitasung.


Perubahan gaya eh cara hidup sejak pertengahan 2021:


Aku gak pernah mandi air lagi, kecuali air hujan, air laut dan sedikit berbasuh dengan air tawar di kamar mandi atau di pekarangan belakang. Makin hemat listrik, berhenti menggunakan ruter internet, teko listrik dan lampu teras. 

Makan nasi hanya sekali dalam dua hari, semangkuk kecil nasi yang terbuat dari 4 sendok kecil beras merah dan 2 sendok kecil beras putih. Aku berhenti mengkonsumsi bawang, juga berhenti mengkonsumsi kopi sasetan. Aku hanya konsumsi kopi hitam produk lokal, merek Mutiara atau yang tanpa merek.

Menjelang akhir tahun: durasi yoga pagi rata2 jadi 3.5 jam, termasuk jeda2-nya; durasi yoga petang (sebelum makan) jadi 1 jam 55 menit, dan hidangan #vegan makan sekali sehari pun makin sedikit dan makin sederhana, namun kualitas tetap terjaga karena selalu ada bahan2 segar alami dari kebun rumah ini, antara lain: daun Bodhi, daun Intaran, bunga Telang dan bunga Jepun.





#사랑해여보사양꾸💚💙

Tidak ada komentar:

Posting Komentar