Tahun ini aku melihat pertumbuhan fisik anakku Ancha sangat
pesat. Dari yang tadinya, di akhir tahun 2018, tingginya hanya se
telingaku sekarang sudah hampir sama tinggi, mungkin kurang 1 cm aja.
Kondisi kesehatan mental Aisya tahun ini juga menunjukkan kemajuan.
Tidak pernah lagi melukai diri-nya atau menyerang diriku sehingga harus dirawat
di rumah sakit.
Pada akhir Februari, kami pindah tempat tinggal, dari kosan 1
kamar besar dgn kamar mandi dalam, di karang rumah Bu Aga di Desa Megati Kelod,
ke kosan 3 kamar dalam satu karang milik Bu Adi di Desa Bantas, lebih dekat ke
sekolah Ancha, SMPN 1 Selemadeg Timur, Tabanan.
Di tahun ini aku menyaksikan Mocha, anjing penunggu rumah
ini hamil, melahirkan 5 anak, menyusui anak2nya lalu dia sempat hampir mati
keracunan. Sekarang tinggal Mocha dan Oreo yang tetap bersama kami di rumah
kosan milik bu Adi ini.
Di 2018, aku mandi sekali dalam 2 hari, sejak pertengahan
2019 aku bisa lebih berhemat air dengan mandi hanya sekali dalam 4 atau 5 hari.
Di akhir 2018, aku belajar bikin jeli daluman di Rumah
Intaran, sejak seperempat tahun terakhir ini aku sudah beberapa kali bikin
sendiri jeli daluman dan bahkan sudah punya tanamannya sendiri, walaupun masih
di polybag.
Setengah tahun pertama 2019, progress yang signifikan bagi proses
upaya membangun eco-healing village. Ada 6 kali pertemuan obrol2 dengan beberapa
warga lokal, 4 kali pertemuan dengan suatu lembaga pendidikan tinggi, dan 2 kali kegiatan pengukuran di
lapangan. Sayangnya, di awal September terpaksa aku memutuskan untuk tidak
melanjutkan proses ini, karena pihak kolaborator tsb.tidak bersungguh-sungguh dalam
bekerja, alias asal2an, terbukti melanggar prinsip analisis tapak.
Sejak akhir Juli, aku memfasilitasi anak-anakku untuk
belajar bersama. Kami beri nama program 53 pekan ini: #SelasaBelajarBersama da
nada 18 Selasa yang jadi diisi dengan kegiatan ini. 5 Selasa tidak diisi karena
aku tidak di rumah, dan kemudian kedua anakku tidak di rumah, alias kami gak
sama-sama, termasuk Selasa malam ini, saat mereka berdua sedang di Jakarta. Namun, kami tetap chat via WA.
Di tahun ini, aku menghadiri workshop internasional di Korea
Selatan pada Februari, simposium internasional di Kuta, Bali pada akhir Agustus
dan konferens internasional di Johor, Malaysia pada Oktober. Ohya, aku
memfasilitasi mahasiswa-mahasiswi arsitektur lanskap SNU belajar tentang Bali Traditional
Garden via Zoom dari dapur rumahku di Bali ini. Jadi, ada 4 kegiatan
internasional yang kulakoni tahun ini. Lumayan…
Di tahun ini, aku berhasil menyelesaikan 3 urusan
administrasi yang lumayan ribet: memperbaiki namaku di akta kelahiran, mengubah
data agama/kepercayaan di KK dan KTP, dan memasukkan data Aisya ke KK kami,
sebagai warga Denpasar juga. Ohya, urus sim A juga di tahun ini, nggak ribet
tapi mengeluarkan biaya lumayan gede, Rp 700 ribu. Syukur dibiayai oleh ACLA.
Maksudnya, biar aku bisa berperan sebagai sopir sekaligus pemandu jika Prof.
Kim atau teman2 lain mau mengunjungi situs2 lanskap budaya di Bali.
Di tahun ini, sejak enam bulan terakhir aku sudah
membiasakan diri hanya makan nasi rata-rata hanya 1 kali setiap harinya,
mengurangi konsumsi daging binatang dan lebih banyak minum air kembang biru.
Minum kopi dan teh juga mulai mengurangi gula.
Di tahun ini, hampir tiap hari aku latihan fisik, yoga dan
meditasi, juga berjemur di bawah sinar matahari siang, antara pk. 10 sd pk. 14
selama 30 menit. Ada satu latihan ketahanan (dynamic-plank), di tahun lalu hanya bisa aku
lakukan selama 4 menit sekian setiap hari, di tahun ini bisa jadi 5 menit
sekian detik setiap hari.
Di tahun ini aku lebih banyak bersepeda gowes daripada tahun
lalu, walaupun di tahun ini juga aku biasa sewa mobil untuk bepergian dengan
keluarga, berhubung sistem angkutan umum di Bali bukannya makin baik, tapi
makin buruk.
Di tahun ini aku pernah mengalami kecelakaan kecil, jatuh
dengan sepeda saat mengikuti acara cross-country di Desa Gunung Salak, kira-kira
hampir dua bulan, tangan kiriku tidak bisa kugunakan sekuat biasanya. Jadi
pelajaran, bahwa bersepeda bagiku bukan untuk kegiatan lomba maupun seremonial,
tapi memang merupakan pilihan bertransportasi.
Di tahun ini aku mulai menerima pesanan gambar seni. Ada 3
ukuran A2 (dua yang warna), 1 ukuran A3 dan 15 ukuran A4. Lumayan nambah2 sokongan biaya hidup.
Di penghujung tahun ini, tepatnya pada Kamis 26 Des hingga
Sabtu 28 Des aku bepergian dengan bersepeda gowes, pergi dan pulang, rumah –
gunung Agung. Tepat pada hari Jumat, 27 Des pk. 10 pagi aku berhasil menanam
satu pohon Bodhi di badan Gunung Agung, dan bersujud syukur serta berdoa di
depan pohon Bodhi itu. Terlaksanalah kaul yang kuucapkan 2 tahun lalu.
Di akhir tahun ini, aku lebih meyakini cintaku. Cinta yang
memerdekakan, saling percaya dan saling setia melampau batas ruang dan waktu.
Rencana tahun 2020:
1.
Menyelesaiakan
sketsa lanskap budaya Korea, di kertas ukuran A3
2.
Mengasah
keterampilan menggambar dan melukis
3.
Membuat
paspor baru
4.
Mendaftarkan
usaha kecil-ku
5.
Mendampingi
anak-anakku belajar, terutama program #SelasaBelajarBersamadlebih disiplin
menjaga kesehatan, termasuk memperbaiki pola konsumsi.
6.
Lebih
disiplin dalam menjaga kesehatan, termasuk memperbaiki pola konsumsi.
Selamat jelang tahun 2020, Anetha Athena!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar