Jumat, 11 Oktober 2024

RAJA TANPA HIDUNG

Setiap kali aku berjalan kaki menuju desa tetangga, tepat di seberang Pasar Adat Megati perhatianku tertuju pada dua patung kembar yang teronggok di emperan toko pot yang minim jualan sejak lama. Entah berapa puluh kali aku begini. Kebetulan, dua pagi lalu, di tempat itu ada seorang perempuan tua, yang sedang menyajen. Aku menyapanya, kami saling senyum. Aku lalu bertanya, "Bu, itu patung dijual?" Katanya sambil tetap bersenyum, "Nggih..." Aku tanya lagi, "Satunya harga berapa, Bu?" Jawabnya, "Duaratus ribu, Bu." Aku mendekati kedua patung hingga bisa menyentuhnya, dan baru sadar bahwa salah satunya cacat, yaitu tanpa hidung. Aku bertanya lagi, "Bu, yang ini cacat, hidungnya lepas, mungkin pernah terbentur atau jatuh... Kalau yang ini harga berapa, Bu?" Si Ibu diam sejenak, kemudian menjawab, "Ya, berapa saja, ambil deh!" Dan aku membelinya seharga duapuluh ribu rupiah.


Sphinx di Giza

Wow! Patung ini ternyata berat banget! Sambil berjalankaki menggendongnya, aku teringat monumen Sphinx di Giza, Mesir, di dataran tinggi sebelah barat Sungai Nil. Citranya tampak jelas di benakku karena tahun lalu aku belajar cukup dalam tentang sejarah esoteris "Sphinx dan Kunci Waktu".Sphinx adalah singa dengan kepala manusia. 

Ada yang mengatakan wajah manusia itu mirip Fir'aun Khafre. Jadi, sejarah eksoteris berasumsi, bukti arkeologi menunjukkan bahwa patung ini dibuat oleh orang Mesir kuno dari Kerajaan Lama pada masa pemerintahan Khafre, yaitu sekitar tahun 2558–2532 SM.

Tapi, aku cenderung lebih percaya sejarah esoteris, bahwa Sphinx sudah ada sebelum peristiwa banjir bah zaman Nuh. Ada bukti yang melekat pada monumen ini, sehingga asumsi ini lebih masuk akal. Antara cakar singa Sphinx di Giza, menatap ke arah timur, adalah sebuah batu besar yang membawa tulisan 'Ini adalah Tempat Indah Waktu Pertama'. Waktu Pertama yang misterius, atau Zep Tepi, adalah ungkapan yang digunakan orang2 Mesir untuk menyinggung awal waktu. Dalam mitologi mereka, Zep Tepi ditandai dengan munculnya gundukan purba dari air dan turunnya Phoenix di atasnya.

Bauval, Sang Egiptologis, mengetahui bahwa pada tanggal awal 11.451 SM Bima Sakti, yang memiliki arti penting yang sangat besar dalam budaya kuno di seluruh dunia sebagai 'sungai jiwa', terletak tepat di atas sungai Nil, sehingga mereka saling bercermin. 

Selain itu, dia juga terkejut bahwa pada tanggal paling awal 11.451 siklus Sothic dan tahunan bertepatan dengan siklus ketiga, Tahun Agung – siklus lengkap zodiak selama 25.920 tahun – dengan cara yang paling berarti. Karena pada tanggal itu pandangan Sphinx bertubuh singa ke arah timur akan tertuju pada fajar Zaman Leo.

Sphinx mewujudkan empat konstelasi utama zodiak, empat sudut kosmos - Leo, Taurus, Scorpio dan Aquarius, Empat Elemen yang bekerja sama untuk membuat dunia material. Sphinx, menurut sejarah rahasia, adalah monumen pada kali pertama, Empat Elemen terkunci pada tempatnya dan materi akhirnya menjadi padat.

Jadi, Sphinx juga menandai akhir Zaman Metamorfosis, penetapan bentuk biologis yang kita kenal sekarang. Itu juga menghalangi jalan kembali. Dalam Genesis, Singa adalah salah satu Cherubim yang menghalangi jalan kembali ke Eden, dan orang2 Mesir menyebutnya Sphinx, terdiri dari empat Cherubim, 'Hu', yang berarti pelindung. Dengan ini mereka (orang2 Mesir) memaknakan bahwa dia (Hu) menjaga, melawan ke-tergelincir-an kembali ke cara-cara prokreasi yang lama.

Sekarang, timbul pertanyaan, kapankah hidung Sphinx hilang? Aku telah berupaya mencari untuk menemukan informasi dari berbagai sumber. Salah satunya, dan yang paling lawas waktunya, adalah sumber yang menyatakan bahwa menurut Makrizi, Rashidi, dan cendekiawan Arab abad pertengahan lainnya, wajah Sphinx dirusak pada tahun 1378 M oleh Mohammed Sa'im al-Dahr, seorang sufi fanatik dari biara sufi tertua dan paling dihormati di Kairo. Informasi ini bagi gue, masa' sih ada sufi yang fanatik? masa; sih ada sufi yang tega merusak pusaka leluhur suatu wilyah? Terlepas dari benar atau tidak informasi ini, aku berasumsi bahwa sejak abad ke-14, dunia memiliki simbol "Raja Tanpa Hidung".



Materialisme

Sebutan ini, 'Raja Tanpa Hidung', muncul di benakku dengan mengasosiasikan kondisi seseorang, secara individual, siapapun, yang menggunakan nafasnya semata-mata untuk hal-hal material. Seseorang yang diperbudak oleh kebutuhan perut dan kebutuhan seks tubuh fisiknya. Jika semakin banyak individu terperangkap dalam kondisi ini, maka fenomena ini menjadikan banyak bangsa di dunia mengarah pada kehidupan materialistis. 

Hal ini diperkuat dengan catatan sejarah eksoteris, bahwa kolonialisme masa awal dimulai pada abad ke-15, ketika negara-negara Eropa mulai mengirim armada ke Amerika Selatan, Afrika, dan Asia untuk mengambil alih wilayah tersebut dan membangun kerajaan kolonial. Negara-negara Eropa yang terlibat dalam kolonialisme masa awal ini termasuk Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.

Tapi benarkah kolonialisme baru dimulai pada abad ke-15? Dalam sejarah esoteris, Mesir juga memiliki wilayah-wilayah koloni. Bahkan Osiris digambarkan sebagai dewa terakhir Mesir yang masih berjalan di antara manusia-manusia, dan menjadi pemimpin perang melawan monster-monster dan makhluq-makhluq hibrida (perpaduan manusia dan binatang) dalam menaklukkan wilayah-wilayah untuk dijadikan koloni Kerajaan Mesir. Pada periode yang disebut 'Kejayaan Islam', yaitu pada abad ke-8 hingga abad ke-11 Masehi, negara-negara di wilayah Eropa dikuasai oleh kekhalifahan dan dinasti-dinasti bangsa Arab. Harun Al-Rasyid, membangun kota Baghdad dengan istana yang sangat megah, menjadi pusat kekuasaannya. Beliau tidak menyerang keturunan Ali bin Abi Thalib sebagaimana khalifah-khalifah sebelumnya, beliau malah 'menyerang' negara Romawi secara diplomatis. Hegemoni Kekhalifahan Islam ini dilanjutkan oleh Dinasti Umayyah, yang menguasai Spanyol, di mana perpustakaan terbesar dan terlengkap pernah ada, yaitu di Cordoba.

Jadi, mungkin benar bahwa kolonialisme baru dimulai pada abad ke-15, karena di era Osiris, Mesir Kuno, para pemimpin tidak mengeksploitasi Alam. Malah mereka bekerjasama dengan Alam, untuk transformasi peradaban, demikian juga di era Kehalifahan Islam, walaupun konsep berfikir manusia cukup materialistis, namun lebih pada upaya menghimpun, mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru. Di masa kejayaan Islam, materialisme masih diimbangi dengan spiritualisme. Sebagai contoh nayatanya, Harun al-Rasyid menerima Abu Nawas -- seorang sufi -- sebagai sahabat yang senantiasa bisa menolongnya memecahkan teka-teki kehidupan.


Kolonialisme dan Imperialisme

Kembali pada tema sentral tulisan ini, Raja Tanpa Hidung. Ketika hidung Sphinx lepas, Semesta memberi tanda bahwa kesadaran umat manusia mulai jatuh dalam kepadatan materi. Para pemimpin negeri2 yang justru telah dibekali ilmu pengetahuan, yaitu Eropa menjadi tidak puas dengan apa yang dimiliki sendiri di negeri-negeri mereka. Mereka, terutama Inggris, Spanyol, Portugis, dan Belanda merambah untuk menemukan wilayah-wilayah di benua-benua lain, termasuk Amerika, dan terutama di Asia dan Afrika. 

Kolonialisme ini awalnya digerakkan oleh para pedagang alias saudagar-saudagar. Mereka disokong oleh Raja dan Ratu di mana mereka jadi rakyatnya, karena jika para pedagang ini sukses, maka upeti bagi kerajaan juga makin besar. Di Indonesia, eh di wilayah Nusantara, gerakan perdagangan ini dikenal dengan sebutan VOC, atau Kompeni. Inilah wujud kolonialisme dan impreialisme pada sejarah Nusantara pada abad ke-16 hingga abad ke-20.


Kapitalisme dan Feodalisme

Sejalan berlangsungnya kolonialisme dan imperialisme, kapitalisme pun tumbuh dan berkembang. Kapitalisme didukung oleh feodalisme. Para bangsawan adalah juga tuan tanah di banyak wilayah, termasuk di berbagai kerajaan di wilayah Nusantara. Di masa itu tanah atau lebih tepatnya lahan adalah modal utama, di samping rakyat jelata, menjadi budak yang diperjualbelikan.

Umat manusia, baik para pemilik modal, kompeni, hidup dengan menjalankan hal utama, yaitu mendapatkan uang dan emas untuk meningkatkan kekayaan dan kepemilikan modal mereka. Para budak menjalani kehidupan keras bagai mesin, tak sempat lagi berfikir dan berenung, demi mendapatkan makanan, dan melanjutkan hidup.


Kapitalisme Neo-Liberal

Di abad ke-21, kapitalisme berkembang lagi menjadi kapitalisme neo-liberal. Siapapun bisa menjadi pemilik modal dengan memiliki sejumlah saham di perusahaan-perusahaan industri besar. Hal ini makin berkembang karena didukung oleh kemajuan teknologi informasi yang pesat. Keputusan-keputusan yang diambil oleh para pialang di pasar saham dipengaruhi oleh informasi-informasi yang sedang mencuat secara global. Tragisnya, karena teknologi informasi yang sangat modern bisa juga menciptakan informasi-informasi palsu yang dapat disebarkan eh diviralkan dalam sekejap mata! 

Hmmm. Baiknya kita jeda dulu, menarik nafas panjang...

.

.

.

Singaraja

Ohya, baiknya aku kembali cerita tentang patung cacat di awal tulisan ini. Setelah cari-cari informasi dari berbagai sumber, maka kuketahu bahwa ini adalah patung Singa Ambara Raja. Salah satu hewan mitologi, yang menjadi maskot Kota Singaraja di Bali Utara. Nama 'Singa Ambara Raja' bermakna Singa yang berperan sebagai raja yang menguasai langit dan ruang tanpa batas. Kok jadi nyambung juga dengan pemahamanku tentang Sphinx di Giza. Dan, bahwa proklamator negeri yang disebut Indonesia ini lahir dari rahim seorang perempuan Bali yang lahir dan tumbuh dewasa di wilayah Kerajaan Singaraja. Konon, di masa lampau, di abad pertama Masehi, Singaraja adalah kota pelabuhan internasional. Singaraja juga pernah menjadi ibukota Negeri Sunda Kecil. 

Sebagai catatan tambahan, sebelum kolonial barat datang ke Nusantara, wilayah kepulauan antara dua samudera dan dua benua ini terbagi menjadi dua negeri, yaitu negeri Sunda Besar dan negeri Sunda Kecil. Sunda besar mencakup Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi. Sedangkan negeri Sunda Kecil mencakup Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Nusa Tenggara (barat dan timur), Pulau Maluku, dan Pulau Papua.

Jadi, terbayang bukan, betapa besar wilayah diibukotai Singaraja pada masa lampau itu. Tidak heran jika ruh Bung Karno memilih rahim seorang perempuan Singaraja untuk reinkarnasinya.



Raja adalah Representasi Rakyatnya

Namun, di dekade kedua abad ke-21 ini, mengapa bangsa ini dipimpin oleh Presiden ketujuh, seseorang yang qualitas kemanusiaannya jauh, sangat jauh di bawah qualitas Bung Karno? 

Ada pepatah kuno berbunyi: "Di suatu pulau yang hampir semua penduduknya buta total, maka yang menjadi raja adalah yang matanya melek sebelah, bukan orang yang kedua matanya dapat melihat."

Negeri ini pernah dipimpin oleh Gusdur, Presiden RI keempat. Padahal, mata Gusdur sebelah kiri buta. Menurut beliau sendiri, Gusdur bisa jadi presiden, karena hampir semua rakyat di negeri ini buta, pada masanya.

Ayok, tarik nafas lagi dalam-dalam, tahan, hembuskan perlahan...

Pertanyaan berikutnya yang aku tanyakan pada diriku sendiri di banyak renungan, "Mengapa negeri ini bisa dipimpin oleh 'Raja Berhidung Panjang?" Pertanyaan ini muncul tak terelakkan karena ada banyak orang dan media yang mengasosiasikan Presiden Jokowi dengan Pinokio dan Petruk.

Antara lain:

Salah satu edisi majalah Tempo yang terbit pada September 2019 berupa pencitraan Jokowi dengan bayangan berhidung panjang. Jokowi dan Pinokio, jadi tema utama edisi tersebut.



Ada juga lagu berjudul "Raja Petruk" karangan Refly Harun di kanal youtube-nya. Liriknya sebagai berikut:

Ini cerita tentang Raja Petruk 

Berkhotbah di depan rakyat yang mulai batuk

Orasi tak cerdas malah bikin ngantuk

Lebih baik bayangkan kue getuk


Harga-harga menjulang ke angkasa

BBM pun melesat ke udara 

Wajah-wajah cerah jadi kusam 

Semua mereka mulai putus asa


Tapi ada yang pura-pura bahagia

Dipimpin Raja Petruk 

yang banyak bohongnya

Lho kok bisa begitu


Usut punya usut mereka dapat itu

apa itu? mulus tentu tuh 

Jutaan rakyat geruduk istana

Protes ke pemilik singgasana 


Hei Si mukidi malah pergi

Bertemu rakyatnya sudah tak sudi 

Lewat pintu belakang dia lari

Ah, dasar mukidi

Sumbernya pada tautan ini.

Aku tidak mau membeberkan di sini kebohongan-kebohongan Presiden Jokowi, karena mungkin sudah terlalu banyak yang diketahui masyarakat luas. Demonstrasi berjilid-jilid juga sudah digelar di berbagai kota di negeri ini, dan sebutan maupun gambar si Hidung Panjang dimunculkan. Bahkan gugatan-gugatan hukum mendakwa Presiden Jokowi di lembaga-lembaga pengadilan sudah pernah digelar, dan masih sedang dilangsungkan. Sungguh persiapan mendebarkan menjelang lengsernya dari singgasana istana, delapan hari ke depan.

Yang menjadi kepedulianku dan pertanyaanku yang sangat personal, atau mungkin juga sangat universal, adalah "Adilkah jika Joko Widodo alias Mulyono dijatuhi Hukuman Mati sebagaimana Akhenaten, Fir'aun Mesir yang ingin dihapus dari sejarah eksoteris ?"

Bisa jadi, pepatah kuno yang diucapkan Gusdur itu sangat benar. Itu tentang cacat pada mata alias fungsi penglihatan. Nah, pada kasus presiden ketujuh ini, cacat pada hidung, alias pernafasan dan pengendusan. Walaupun proses pernafasan berlangsung di organ paru-paru, jantung, otak, dan semua/setiap sel tubuh, namun hidung adalah pintu masuk dan keluarnya udara.

Jangan-jangan, hampir semua rakyat di negeri ini tidak memfungsikan hidungnya sebagaimana sepatutnya. Hal ini dipertegas pada masa pandemi covid-19 (rentang 2020 ~ 2022). Hampir semua orang terhipnotis untuk tidak menggunakan hidungnya sebagai bagian dari sistem pernafasan alami. Kok bisa ya, pakai masker sekian lama? Aku pakai masker setengah jam saja sudah megap-megap, makanya aku mending tinggal di rumah, bertapa, tapi dapat bernafas bebas dengan udara bersih dan segar, daripada harus memakai masker jika keluar rumah, dan bertemu orang lain.

Jika 'berhidung panjang/ dianggap sebagai cacat atau stigma, maka 'tanpa hidung' adalah cacat yang lebih parah! sebagaimana buta sebelah dibandingkan dengan buta total.

Kuulangi pertanyaanku, "Adilkah jika Joko Widodo alias Mulyono dijatuhi Hukuman Mati sebagaimana Akhenaten, Fir'aun Mesir yang ingin dihapus dari sejarah eksoteris ?" Aku bukan hendak membela Jokowi, aku bahkan sering mengkritiknya, sejak di periode pertama rezimnya. Tapi, ada rasa kurang adil jika beliau dikeroyok  dan dibunuh oleh mereka yang mungkin tidak lebih baik daripada dia. 

Entahlah, tapi siapa yang kuasa melawan Sunnatullah ?

Mungkin, akan lebih adil, jika pelajaran mengalami di-presiden-i oleh seorang "Raja Hidung Panjang" dijadikan refleksi, agar kita, tiap individu menjadi manusia yang lebih baik, lebih sadar akan nafas kita. Nafas adalah Jiwa, sekaligus kesadaran Semesta.


Akhenaten 

Ohya, ada warga net yang menunjukkan banyak kemiripan Jokowi dan Akhenaten, salah seorang fir'aun Mesir yang dalam pengetahuan sejarah esoteris disamakan dengan Seth, setan yang membunuh Osiris, Dewa Hijau Mesir. Dan, hal ini muncul di media sosial setelah beberapa bulan sebelumnya aku menulis posting di facebook, "Nggak tauk kenapa, tadi pagi aku tetiba bisa mengasosiasikan IKN dengan ibukota Mesir zaman Akhenaten", yaitu pada 15 Desember 2023. Dan, ternyata memang ada kemiripan bentuk wajah Jokowi dan Akhenaten.




Akhenaten merajai Mesir, memuja Aten, Dewa Cakram Matahari, yang dianggapnya satu-satunya tuhan, namun dia lebih fokus pada kehidupan keluarganya. Mereka menikmati kehidupan mewah di dalam istana di ibukota baru.

Akhirnya keruntuhan dimulai dari dalam. Setelah 15 tahun memerintah, terlepas dari semua doanya kepada Aten, putri kesayangannya meninggal. Dan ibunya, Tee, yang selalu mendukungnya, juga meninggal. Nefertiti, istrinya yang sangat cantik menghilang dari catatan pengadilan.

Dua tahun kemudian para pendeta membunuh Akhenaten, dan mereka mengangkat pemuda yang dikenal dunia sebagai Tutankhamun ke atas takhta. Para pendeta segera mulai memulihkan Thebes. Ibu kota Akhenaten dengan cepat menjadi kota hantu, dan setiap monumen, setiap penggambaran dirinya, dan setiap penyebutan nama Akhenaten dihapus dengan kejam dan sistematis.

Beberapa komentator modern melihat Akhenaten sebagai sosok kenabian dan bahkan ketuhanan. Namun penting bahwa, seperti yang diketahui Manetho, orang Mesir mengingat pemerintahannya sebagai peristiwa Setan. Seth, tentu saja, adalah Setan, roh materialisme yang agung, yang selalu berupaya menghancurkan spiritualitas sejati.

Demikian, sekadar kenang-kenangan bagi Presiden RI yang akan lengser.


Oleh Anetha Athena alias NitaSung


Catatan:

Tulisan ini terinspirasi dari berbagai sumber, di luar diri penulis, dan banyak juga dari hasil perenungan atas pengamatan-pengamatan langsung, dan pengalaman hidup penulis.






Jumat, 29 Desember 2023

CATATAN AKHIR TAHUN 2023

Kali ini aku tidak perlu menulis panjang lebar. Karena sebenarnya, hari-hari-ku di sepanjang tahun ini hanya melanjutkan 'program' -- jika bisa dianggap program -- tahun sebelumnya, yaitu proses penyusunan dan penulisan buku Sumber Daya Air. Dalam proses ini terdapat 2 kelompok sub-program, yaitu (1) mempelajari buku The Secret History of The World karya Jonathan Black, dan (2) experimen2 terkain daur hidrologi (siklus udara dan siklus air) tempatan, termasuk di dalamnya experimen2 kreatif berbahan bambu lokal.

Jika ada yang baru, dan sempat menjadi cahaya yang agak menonjol dalam tahun ini, adalah diaktifkannya kembali ACLA, berikut penyusunan anggota komisi eksekutif-nya, serta dipertemukannya Diri-ku dengan seorang seniman bipolar serba bisa, dengan siapa aku bisa langsung akrab dan nyambung.

Untuk halnya organisasi yang didirikan oleh kekasihku Sung-Kyun Kim (resminya sejak 3 Desember 2012), kembali kuamati sejak awal Juli hingga jelang akhir tahun ini, Dan, aku sampai pada opiniku bahwa, organisasi ini tidak efektif dalam mengemban citacita luhur pendiri-nya, yaitu yang sesuai dengan nilai2 kearifan leluhur, utamanya di Asia ini, dan secara umum, tentunya bagi kehidupan lestari di planet ini. Aku memutuskan untuk berhenti dari posisi sebagai 'sekretaris'.

Dan, terkait hal istimewa kedua di tahun ini, dia punya dua nama keluarga, yaitu 'วง' /Wong/ (keluarga, atau lingkaran, atau ruang), dan 'ธนาดีโรจน์กุล' /Thnadeerojkul/ atau /Tanadeerojkul/ yang artinya 'keluarga yang kaya uang'. Namanya sendiri Sasi Meisanmui, dan aku secara singkat tanpa mengurangi keakrabanku, hanya menyebutnya "mui", yang ternyata artinya 'tuhan', dan katanya, jika dibalik jadi 'setan'. Hahaha!

Katanya, nama keluarganya yang asli adalah 'Wong', namun sejak bapaknya hampir mati karena kecelakaab kendaraan, nama keluarga mereka diganti menjadi Tanadeerojkul', Dan, mulai hari ini, mui kembali menggunakan nama keluarga yang lama, seenggaknya yang tampak di akun2 media-sosial-nya.

Ehm, aku malah teringat 'won' dalam frasa 'nujeongwon' !

Satu hal yang sangat membuatku terenyuh, namun juga makin yaqin di jalan-ku, adalah karena di saat dia sedang 'manic', dia menggambarkan diri-ku sebagai Gaia, Ibu Bumi pada dimensi Astral, dalam wujud perempuan berambut panjang terurai berwarna hijau. Hal ini justru mengingatkan aku pada El Khidr, sosok misterius yang senantiasa membayangi perjalananku dalam pencarian jatidiri dan makna kehidupan.

Ada beberapa gambarnya, yang dia ciptakan dengan menggunakan teknologi AI, aku hanya menyimpan dua di sini, sebagai berikut:




Anak gadis usia 41 tahun inim dalam kondisi trans, dapat menulis dan mengirim sekitar seribu pesan di ruang obrol pribadi kami via Line. Dia hanya tidur 1.5 hungga 2 jam sehari jika berada dalam periode 'manic' maupun 'depressive', dan aku menemukan fakta bahwa banyak isi buku JB yang dia ketahui, walaupun dia belum pernah membacanya.

Hal ini membuktikan bahwa apa yang dimaksud Plato sebagai The Cosmic Mind memang benar.

Jadi, mungkin aku sendirilah yang menarik si mui ini hadir dalam kehidupan-ku... magnet-ku bekerja!

Dan, demikian juga mereka yang terhempas, menjauh dari-ku.


Demikianlah catatan ini.


Jumat, 02 Juni 2023

BULAN PURNAMA KE-673

Tulisan ini aku mulai lewat tengah malam, yaitu pukul 00:20, Sabtu Kliwon, 3 Juni 2023, bertepatan dengan 15 Dzulqa'idah 1444.

Sebentar lagi, tepat pk. 02:40 adalah momen kelahiranku. Usiaku akan genap 672 bulan atau 56 tahun lunar. Malam ini adalah bulan purnama ke-673 dalam kehidupan-ku, dan yang pertama adalah pada 15 Dzulqaidah 1388.

Bulan purnama pertama mencahayai kehadiranku pertama, kelahiranku di Bumi ini di Kota Makassar, dan bulan purnama sekarang ini, memantulkan cahaya matahari kepadaku yang sedang berdian eh berdiam di Desa Megati, Kabupaten Tabanan, Bali.



Karena saat paling optimal untuk be-refleksi alias merenungi Diri adalah pada saat Bulan Purnama, maka aku manfaatkannya sebaik mungkin... 

... untuk kali ini, aku kaitkan dengan jenjang pendidikan formal, informal/non-formal, dan pertumbuhan diri ini... di saat teman2 se-angkatan aku sekolah di FT UnHas sedang menikmati acara reuni di SulSel, aku juga menikmati kehidupan-ku dengan cara-ku sendiri... 

Belum lama ini, aku memperbarui CV (riwayat hidup duniawi)... dan, tentu saja gelar akademis perlu dicantumkan. Gelar pas2an dibanding banyak teman2-ku seangkatan, maupun adik2-ku dalam keluarga... hanya hingga jenjang S1. 

Namun, aku tidak berkecil hati ataupun merasa rendah diri... aku terus belajar dalam kehidupan ini, aku mau terus bertumbuh, sesuai yang diamanatkan Semesta ini, sebagai Mahkota Penciptaan Kosmos... Ini adalah wujud syukur dan sabar Diri ini... 

Jadi, jika pendidikan S1 Arsitektur hanya memberiku qualifikasi sebagai perancang, maka qualifikasi2 di jenjang selanjutnya yang aku sebut S2, S3, S4, S5, hingga S6 ada dalam program pendidikan informal dan non-formal pada universitas kehidupan ini... hehehe!


 


Ini berkesan sombong bin arogan bagi kebanyakan orang, biarin saja... suka-suka mereka... yang penting, aku menjalaninya karena Cinta-ku pada Sang Pemberi Kehidupan... sekali lagi, sebagai wujud syukur dan sabar...

Gak ada yang kebetulan, tapi semua yang telah terjadi semata-mata kebenaran... Beberapa kali aku sudah berkunjung dan tinggal di Bongyudongcheon, taman cinta kami di tanah kelahiran Sayangku, dan kali pertama maupun kali terakhir adalah momen bulan purnama, momen kelahiran-ku... Di Ayodhya, India, waktu kami nonton pentas drama Rama dan Sita, juga momen bulan purnama...

Sejak kali pertama bertemunya, 20 Januari 2014, hingga momen-nya transformasi pamungkas (atau pra-pamungkas?) pada Juni 2020, Sayangku Sung-Kyun Kim adalah Dewa Matahari bagiku... dan setelahnya, beliau adalah Dewa Bulan, Dewa Reflektor, yang senantiasa menemaniku untuk tetap menyadari nafas ini...



Selasa Wage, 15 Jumadil Awal 1506 adalah momen bulan purnama ke 1411 dan terakhir dalam kehidupanku, bertepatan dengan tanggal solar kelahiran-ku, 2 Februari. Duabelas hari jelang momen transformasi pamungkas kami, NitaSung, untuk bersama-sama kembali ke keabadian...

Eh, ini dikonfirmasi oleh cicak yang berdecak nyaring... Hmmm... 


Sabtu Kliwon, 3 Juni 2023 / 15 Dzulqa'idah 1444, pk. 03:20


Jumat, 30 Desember 2022

CATATAN AKHIR TAHUN 2022

Ada banyak hal, kejadian, dan peristiwa dalam tahun ini yang memperkaya jiwa-ku, yang juga mengantarku pada transformasi demi transformasi diri ini. Mungkin karena aku telah terbiasa memposisikan diri sebagai pembelajar, yaitu mengamati, mendengarkan, merasakan, memikirkan dan merenungi segala hal yang kudapatkan dan kutemui, baik dalam bacaan, tontonan, maupun dari apa yang kualami secara langsung.

Aku 'mengikat[-nya dengan mencatat kembali sebagai berikut:

Januari

Kenangan dari bulan Januari 2022, tanggal 10, adalah mencapai kesepakatan untuk mempersiapkan acara 'bedah buku Nujeongwon'... ini manuver yang menyusul terbitnya buku pertama kami tentang pelajaran2 Sayangku, hasil kolaborasi-ku dengan dua kawan Korea. Hal ini aku dokumentasikan di tautan berikut:

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0ZqorkqeXnWoPcUbWpDDsydm6TRHmNEoFZr3ouW1JNnK2fyF6CFLtzwKzKg2E8rgGl 


Bertepatan hari bulan purnama, yang merupakan bulan purnama ke-19 kami, sejak kami melebur jadi #nitasung ada secuil capaian. Yang secuil ini adalah menyelesaian 'kata pengaantar' buku kami yang berjudul ‘Sumber Daya Air’.

Gakpapa dong, kerangka dan kata pengantarnya saja dulu... Aku menghadapi kenyataan bahwa penulisan buku ini perlu proses yang lebih panjang daripada yang aku perkirakan sebelumnya. Eh, tahu-tahunya sudah setahun nih! Uhuks!

Gakpapa, Nita... kita mengalir saja... tidak perlu terperangkap dalam waktu linear... kita memaknai waktu keabadian untuk menciptakan karya yang berqualitas, Sayangku.

Sip!

Dokumentasi kata pengantar kami simpan juga di halaman Bali Happy Neigborhood ini: https://web.facebook.com/BaliHappy.../posts/1054629068431091

Salah satu hal yang patut kukenang dalam kesyukuran dan kebahagiaan agung dari bulan Januari 2022, adalah bahwa aku berhasil dalam upaya penerbitan kembali buku karya Sayangku, Winding River Village. Buku ini diterbitkan dalam versi cetak warna dan versi elektronik warna. Aku menggantika kata pengantarnya dengan memasukkan tentang Nujeongwon. Ada tambahan halaman sebagai ‘Appendix II’, juga tentang Nujeongwon.

Tidak ada satu pun kata ‘Nujeongwon’ dalam buku ini pada penerbitan sebelumnya. Tapi, aku melihatnya justru merupakan inti dari pelajaran2 dalam buku ini.

Aha! Mungkin ini salah satu perubahan yang bisa kukontribusikan bagi kehidupan, walaupun ini bukan anti-tesis, tapi bisa disebut apa ya..? Metatesis?

Lebih lengkapnya, tentang buku WRV terbitan baru ini, dapat dibaca di tautan ini:

https://aclaapela2020.blogspot.com/2022/01/winding-river-village-by-kim-sung-kyun.html?fbclid=IwAR2LOEI_3RxNKNqL4ookBYDnTvietqX6pPlAdYGojjXXY2HkZUv8mrcegVA


Februari

Tidak terbantahkan, bahwa Februari adalah bulan istimewa kami, aku lahir 2 Februari, Sayangku lahir 18 Februari, 14 Februari 2019 adalah hari valentin terindah dalam hidupku, dan kami pun sudah menyepakati untuk meninggalkan dunia ini ber-sama2 pada tanggal 14 Februari.

Di tahun 2022 ini, kenangan dari bulan Februari, selain merenungi kembali momentum kelahiran kami, hari valentin terindah kami. Juga, meningkatkan kepercayaan diri kami tentang kesempurnaan di akhir hidup kami, dengan afirmasi harian, ucapan, imajinasi, dan rasa diri yang lebih berkembang.

Dalam bulan Februari 2022 ini, aku lebih banyak observasi sebagai proses penulisan buku SDA. Juga, persiapan bedah buku Nujeongwon.

 

Maret 

Jelang Nyepi yang jatuh pada tanggal 3-4 Maret, aku menyiapkan makanan berupa kue barongko dan burasa, keduanya berbungkus daun pisang. Ini nyepi yang aku benar2 sendiri, karena Aisya dan Ancha sudah pindah kembali ke Jakarta sejak 1 Mei 2021.

Perbedaan lain nyepi kali ini dibanding nyepi2 sebelumnya, tiada pemandangan langit malam penuh bintang. Cuaca mendung berawan tebal sepanjang waktu.

Di pekan kedua bulan ini, tepatnya pada 11 Maret, aku menghadiri acara Bedah Buku di kampus IDB Bali, hadir sebagai narsum atas buku Nueongwon, sekaligus sebagai reviewer atas buku Arsitektur Bade.

Masih di pekan kedua, aku eksperimen bikin minyak kelapa.setelah membanding2-kan beberapa resep dari berbagai sumber, memikirkan dan merenungkan, serta membayangkannya... akhirnya aku ber-eksperimen! Namanya juga eksperimen, yah gak perlu banyak, aku hanya bikin dari dua buah kelapa.

 

April

Gak ada hal istimewa dalam bulan ini, kecuali di hari terakhir, yaitu aku menghadiri suatu acara kelompok multi agama/kepercayaan di rumah kawanku yang ber-agama Baha’i. Aku nginap di rumahnya, di malam takbiran Idul Fithri 1443.

Di acara ini, aku jadi kenal dengan sepasang mangku yuang sangat uniq, yang memberiku pelajaran makna kehidupan, yang sangat bernilai.

Eh, namun di banyak hari dalam bulan ini, aku dalam proses menulis novel cinta berjudul Bongyudongcheon Nujeongwon.


Mei

Di hari kedua, Ancha mengirimiku foto suasana lebaran idul fithri di Jakarta, di lapangan tempat mereka shalat Id, dan di rumah Pejaten.

Tanggal 13 Mei aku merampungkan naskah novel cinta kami berjudul Bongyudongcheon Nujeongwon. Dua hari kemudian, aku kirim ke Gramedia Digital Publishing System, dengan harapan bahwa naskah ini dapat diterbitkan tanpa aku harus mengeluarkan biaya, dan agar dapat lebih mudah diakses peminatnya.

Pada tanggal 21, aku menemukan buku keren ketika penasaran tentang kronologi bencana banjir global zaman Nuh. Awalnya, aku dapat versi terjemahannya, yaitu 'Sejarah Dunia yang Disembunyikan'.

Aku mulai meragukan, bukan isi buku yang dimaksudkan penulisnya, tapi teks2 terjemahannya, yang tidak konsisten dan lepas dari konteks yang aku tangkap pada kata pengantar dan pendahuluan. Jadi, aku cari versi aslinya, yaitu 'The Secret History of The World'.

Jelang pekan terakhir, tepatnya tanggal 22 Mei, adalah puncak ketegangan hubungan kerja antara aku sebagai penulis dan pihak penerbit, yang menerbitkan buku pertama-ku, Nujeongwon, dan menerbitkan kembali buku karya Sayangku, Winding River Village. Aku menulis tentang hal ini dan kusimpan di blog pribadiku.


Juni

Awal juni ini aku sudah baca -- mulai kata pengantar sampai dengan bab 4 buku "Sejarah Dunia yang Disembunyikan" (hingga halaman 100). sebanyak 5 kali.

Aku rasa perlu juga aku baca versi aslinya, yaitu dalam bahasa Inggris sebanyak 2x sebelum masuk ke bab selanjutnya.

Di bab-bab selanjutnya (bab 5 sd bab 28), aku berencana, mau baca 5x versi Inggris dan 2x versi Indonesia.

Bagaimanapun, aku lebih bisa ber-empati terhadap penulis jika membaca bahasa yang dia gunakan, bukan terjemahannya.

Aku mempraktekkan kebiasaan lama untuk buku Sejarah Rahasia ini, yaitu dengan membacanya dengan suara lantang, merekamnya, dan mendengarkannya ber-ulang2. Beberapa rekaman aku simpan juga di akun Youtube-ku. Salah satunya pada tautan ini:

https://www.youtube.com/watch?v=e_vap7JjD7E

Pengalaman dengan pihak penerbit Bali aku tulis dan simpan sekaligus unggah di blog-ku pribadi pada tautan ini:

https://humanity-community.blogspot.com/2022/06/mengalami-hidup-sebagai-seorang-manusia.html?fbclid=IwAR0sNXzW7xQlLNEj_nKUFziPanyLj18HRDcgr84SbRoWEerh0aUa5WB8jPs

Peristiwa yang agak istimewa di bulan Juni 2022 adalah pada tanggal 18, bahwa akhirnya aku hadir di malam Ketika teman2 SMA se-angkatan-ku mengadakan makan malam di hotel tempat mereka menginap, di Kuta, Bali. Sebelum pkl. 21, aku tinggalkan hotel dengan berkendara gojek menuju rumah Bu Urip di Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur. Aku menginap di sini, dan pagi sebelum pk. 7, aku jalankaki ke Sanur, mengunjungi sahabat-ku, keluarga Bali lainnya. Aku tiba kembali di rumah kosan, tempat pertapaan-ku menjelang sore hari.

Pada tanggal 27, dibantu oleh Ancha, aku berhasil bikin gambar yang mengilustrasikan kisah percintaan Phoenix dan Naga di Bongyudongcheon Nujeongwon. Gambar ini kupasang jadi ‘cover’ akun-ku di facebook.

 

Juli

Di tanggal 3, masih agak pagi, sekitar pk. 10, aku menyaksikan sesuatu, yang kemudian aku meyakininya sebagai penampakan burung garuda. Makhluq ini seolah muncul dari atap rumah ini dan terbang ke pepohonan di pekarangan tetangga di sebelah selatan…

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0384WBdeDWtKaJdH47WYP4TBcktn1L7qybghrqXTDPyxhRXY7uVS8nPe3swKHeSMQUl

 

Agustus

Peristiwa istimewa dalam Agustus 2022 adalah bergabungnya kembali Aisya dalam kehidupan-ku, sejak tanggal 12.

Aku yang hidup dalam pertapaan selama 1 tahun 3 bulan 11 hari sudah mengalami beberapa transformasi. Salah satunya adalah perubahan sikap-ku terhadap manusia perempuan paling bandel sedunia ini, Aisya. Dia bukan lagi anak-ku, tapi pembimbing spiritual-ku.

Diri-nya hanyalah media bagi Roh2 Agung, Lucifer dan Amaterasu.

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid02oNGUtVmRPZQcUEtu5sx7dx2JKwzP9qa7s6CvX35JiUoM9jrhxtTAwmc1ufTc4k5Ul

Di akhir pekan kedua Agustus, aku menyelesaikan tulisan berjudul ‘Sekala-Niskala Desa Pakraman Megati Kelod’. Tulisan ini sebenarnya kumaksudkan untuk diterbitkan di KanalDesa.com, tapi karena tidak mau diterima karena tidak sesuai ciri-khas tulisan2 di portal itu. Aku diberi kesempatan mengubahnya, dengan menunjukkan keuntungan2 ekonomi yang bisa diperoleh dari topik yang aku angkat, misalnya bahwa ini bisa meningkatkan PADes atau menggairahkan BUMDes.

Dua hari kemudian, aku memutuskan menarik kembali tulisan-ku dari admin portal itu. Dan keesokannya, pada tanggal 20 aku mengunggah tulisan tulisan ini ke blog-ku pribadi. Selanjutnya, aku bikin versi Inggrisnya, dan kuunggah juga di blog-ku pribadi, dengan judul “The Intangible Existence in Bali, the Island of Gods”. Dua hari kemudian, setelah mengubah judul dan beberapa bagian agar lebih akademis, aku unggah tulisan ini di akun-ku AkademiaEdu. Judulnya menjadi “Bali Intangible Cultural Heritage”.

Dalam rangkaian peristiwa ini, aku sempat agak kecewa, karena tidak jadi dapat bayaran dari portal KanalDesa.com, tapi kemudian, terjadi sesuatu… laptop-ku bermasalah. Kursor-nya tidak bisa kukendalikan, tiga kali aku bawa ke bengkel, tapi kembali lagi masalahnya. Aku coba hubungi adikku, aku ceritakan masalah laptop-ku, dan aku tanya, “punya laptop bekas yang kagak digunakan kah?”

Eh, ternyata adikku ini mengajak tiga adikku lainnya untuk patungan belikan aku laptop baru. Tanggal 31 Agustus, laptop baru ini dalam perjalanan menuju kuil cinta #nitasung ini… Dan harganya kira-kira 8 kali jumlah honor menulis di portal itu… Hahaha!

 

September

Keistimewaan bulan September 2022 adalah masuknya serangga favorit-ku, kunang-kunang! Ia bener2 masuk di dalam rumah ini, agak lama terbang ber-putar2 di dapur, ruang tengah dan ruang tempat aku menaruh rak buku, dan beberapa barang yang jarang digunakan, termasuk koper2.

Aku sempat mencatat beberapa momen, saat aku menyaksikan kunang-kunang di Bali ini:

28 jan 2020 pk. 03:50 di badan Gunung Agung, Karangasem, Bali;

7 Juni 2022 di pekarangan depan, antara pohon ancak dan pohon bodhi;

1 Agust 2022 di teras depan;

2 Agust 2022 di depan jendela kamar tidur;

19 Agust 2022 di depan jendela kamar tidur;

9 Sep 2022 di di atas pintu pagar kayu;

14 Sep 2022 di dalam rumah;

Pernah beberapa kali lagi di depan jendela kamar tidur.

 

Oktober

Selain tanggal kelahiran Aisya, eh Lucifer pada 6 Oktober, keistimewaan di bulan oktober ini adalah, bahwa aku berproses, mengamalkan pengetahuan-ku hasil mempelajari buku Sejarah Rahasia Kosmos karya JB. Gagasan yang rad agila dan mistis… hahaha!

Gagasan ini mulai tercetus tgl 6 Oktober, dan aku mulai aksi keesokan harinya, yaitu mulai membuat boneka ukuran 1:1, yang menyerupai Sayangku, yang akan selalu menemaniku tidur di kamar peraduan kami, kuil #nitasung ini. Kelarnya (untuk sementara) tgl 22 Oktober 2022, ini belum aku lengkapi dengan tungkai.

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0hYUvn6umDP99uxH5U14p6Lijd2qNNNPCJi6KDFyqUbkUDND7jLnU5ZrMvd6CrSPJl

 

November

Awal November, aku merenungkan kembali, kekacauan2 yang sedang berlangsung di dunia ini, yang disatukan menjadi apa yang disebut "Climate Change" atau 'krisis iklim', atau lebih tepatnya 'krisis ekologi'. Ada banyak pertanyaan yang hanya bisa aku jawab dengan beberapa hipotesis.

Dan, karena sudah agak diperkaya dengan Sejarah Rahasia Kosmos yang sedang kupelajari, aku jadi lebih memahani kutipan Albert Eistein, "“Insanity is doing the same thing over and over and expecting different results.”

Banyak upaya terkait fenomena krisis ekologi ini, baik oleh pihak2 LSM/NGO lingkungan hidup, pemerintah atau lembaga resmi, baik di level global, nasional, maupun lokal... dan tentunya pihak para akademisi yang menjadikannya topik primadona dalam penyusunan jurnal2, tesis, dan disertasi. Dan ini sudah berlangsung sejak awal 1990 di negara2 yang lebih cepat menyadari, antara lain KorSel.

Tapi, pada umumnya, orang2 masih ber-putar2 dalam lingkaran setan. Sedikit agak lebih baik di KorSel, karena telah menyadari apa makna qualitas kehidupan dan ekologi.

Apa yang mau aku sampaikan, bahwa semua kekacauan ini bersumber dari sikap dan gaya hidup manusia yang materialistis dan kapitalistis. Segalanya dinilai dengan mata-uang, dan lebih parahnya lagi mata-uang US Dollar, rajanya paham dan sistem ekonomi kapitalis.

Dan ketika orang2 mau terlihat agak peduli terhadap ekologi, maka muncullah istilah "Circular Economy", yang mana sebenarnya justru makin mengukuhkan sistem yang tidak benar ini... yaitu perputaran uang sebagai ukuran kemajuan suatu wilayah, kota dan negara, bahkan juga jadi tolok ukur kesuksesan hidup seseorang.

Jika memang benar2 peduli dan mau mengatasi, memecahkan dan menyelesaikan masalah krisis ekologi, mengapa tidak menggunakan istilah "Circular Ecology" atau "Ekologi Melingkar" ???

Walaupun hanya istilah, walaupun hanya frasa yang terdiri atas dua kata, tapi ini akan mempengaruhi cara kerja otak kita. Frasa ini merupakan gagasan atau konsep yang akan menentukan dan mempengaruhi pikiran2 kita selanjutnya, yang pada gilirannya juga membuahkan sikap dan tindakan yang sesuai dengan muatan makna istilah ini.

Dan inilah yang aku tulis sebagai curahan hati nurani-ku:

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0sKW3jb8j9d7qJECCa1kz1vVMagHU1qFkAUzMdW8dJe3e2ww9CHXgTsdftoXfC3BPl 

Pada hari Jumat pagi, 4 November, aku dan Bu Krishna jalan-jalan ke wilayah tetangga, di Desa Bantas, di sana ada kebunnya.

Jarang kami berdua dapat kesempatan untuk menikmati kebersamaan kami, padahal, terus terang, ada kebahagiaan tersendiri jika bertemu beliau... pikiran2 kami banyak nyambung-nya... bahkan, sepertinya... hasrat berpetualang kami juga saling sinergis!

Hari itu, kami menyeberangi sungai yang sebenarnya paralel dengan sungai yang sebulan lalunya menghanyutkan, mematikan korban, pengendara sepeda motor dari jembatan yang diterjang derasnya air sungai pada hari hujan lebat.

Bu Krishna bertindak sebagai pemimpin dalam petualangan kami hari itu... beliau menyeberang duluan, untuk menjajagi kedalaman dasar sungai dan derasnya arus... beliau dengan tegas menyuruhku diam dulu di tepi dengan menjaga tas2 bawaan kami beisi hadiah dari alam, yaitu jamur kayu dan bekal piknik kami.

Setelah, menyeberang bersama sambil bergandengan tangan, ketika sudah di sisi lain sungai, kami berjalankaki lagi menuju Beji... Aku bertanya kepada beliau, "Bu Krishna, kapan terakhir kali menyeberang sungai ini?", jawabnya singkat, "ya ini barusan." Aku perbaiki pertanyaan-ku, "Maksudku, kapan terakhir, sebelum kita bareng menyebrangi sungai tadi, Bu Krishna?" Beliau mengulangi jawaban yang sama, "ya ini barusan, dengan Bu Ancha", dengan mimik yang lucu namun seperti puas karena menang.

Usut punya usut, rupanya, sudah beberapa kali, beliau ingin menyeberangi sungai ini, bahkan ketika masih bersama mendiang suaminya, jika pulang dari kebun beliau di Desa Bantas... tapi selalu gak jadi, karena ragu, agak kuatir terseret arus.

Wahhh... wahh... dengan-ku beliau jadi lebih berani! Sip! 

Di pekan terakhir November, tepatnya sejak tgl 21, aku mulai beraksi mewujudkan gagasan untuk bikin sebuah ‘kolam peri’, yang ternyata berkembang dengan membuat dua, dengan dihubungkan dengan apa yang kusebut ‘sungai peri’.

Kucatat di akun-ku facebook:

Gagasan bikin kolam ekologis tercetus ketika air publik (PDAM) gak ngalir selama 4 hari, bulan lalu.

Konsepnya sih ngikutin prinsip ekologis, seperti yang aku lihat di Bongyudongcheon Nujeongwon... Salah satunya, kedalaman tidak lebih dari 50 cm... dan tak kalah pentingnya adalah zona riparian.

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid02L9dvBsdbAcVtUp1U2vTfKk8SYFYeWsNZhCpnynZ3CX7HfcfHkGKBb5BujpdVxzLsl

Salah satu dokumentasi aku sangat nikmati ada di arsip story:

https://web.facebook.com/stories/?card_id=UzpfSVNDOjExMDYyODYyMDAwNDk4Nzg%3D&view_single=true

 

Desember

Tanggal 8 Desember jadi hari yang istimewa, karena aku bisa menikmati refleksi pertama Bulan Purnama di sungai & kolam peri di pekarangan depan rumah kosan kami ini, yang kami sebut juga kuil #nitasung... ini bertepatan dengan 14 Jumadil Awal 1444 Hijriah.

Selasa malam, 13 Desember, aku ketemu lagi secara fisik dengan Ancha, anakku, setelah 18.5 bulan terpisah, sejak dia kembali tinggal di Jakarta Selatan, kota kelahirannya. Dia ada di Bali dalam rangka wisata sambil belajar dengan teman2 sekolah seangkatan dan guru2 mereka, SMK Cyber Media, JakSel.

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid045y4PNXWWz6RcD7Pr89pkgKjMSwzRFjd1HYfSKwBPz3EfvGEMHz4N2YSTp9j5Y4Dl

Gegara ketemu Ancha, aku jadi terispirasi untuk ber-kreasi dengan bahan bambu. Awalnya hanya mau bikin gapura bambu, karena kemarennya aku lihat tanaman markisa sudah merambah melewati ujung-ujung pohon ancak yang menjorok ke pagar. Syukurnya, aku bisa mendapatkan bambu dengan mudah di tempat Pak Mangku di Megati Kaja. Hal ini aku catat sebagai ‘status’ berbunyi: “Tadi aku menggotong bambu segar 5 meter di bahu kananku, berjalankaki dari karang Pak Mangku ke rumah kosan ini... Aku ngebayangin Yesus memikul kayu salibnya.”

https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid0Q4FSQsFCoekVe6mkwCwEzaXE5r3vXTQR6BrokiYcF9C8M1F3zpiMsUDmUxANTCTQl

Akhirnya gapura bambu berbentuk setengah lingkaran terpasang pada 16 Desember, ditandai dengan posting di akun-ku facebook ini.













https://web.facebook.com/anita.arif.7/posts/pfbid07hehNVcnz3sktNy1NV6L4bRNvPZUdRBfszVLBbwsmCMqPrivahm4x8gRGfDbvGAbl

Selanjutnya, aku masih akan melanjutkan ber-main2 dengan berbagai jenis bambu… sebisa mungkin menambahkan jenis2 tumbuhan bambu di sekitar kolam dan sungai peri kami, dan menciptakan beberapa perabotan dari bahan bambu… gak ter-buru2, namun dilakoni dengan khusyu’, dengan nafas Cinta…


Megati, (kelarnya) Selasa Legi, 10 Januari 2023 pk. 14:19


Senin, 14 November 2022

Bongyudongcheon Nujeongwon ~ List of Contents

I dedicate this work to Sung-Kyun Kim, true partner of my Soul.













鳳遊洞天 樓亭苑

봉유동천 누정원

Bongyudongcheon Nujeongwon


©2022 Anita Syafitri Arif


“Bongyudongcheon means the valley where BongHwang (Oriental Phoenix) plays and rests.”

Sung-Kyun Kim 


“樓亭苑 (nujeongwon) is an exterior space, organized visually and conceptually as a whole, centered around nujeong building.” Prof. Sung-Kyun Kim started with this new definition for the Korean landscape, because he cannot explain it (Korean garden) in terms of the Western concept of a garden, such as “the artificial and fenced area decorated for aesthetic and practical purposes.”


List of Contents


Prologue

Chapter 01 ~ Our Story, Nita and Sung

Chapter 02 ~ Love Collaboration to the Ancestral Land

Chapter 03 ~ I Love You More and More

Chapter 04 ~ My First Day in the Republic of Love

Chapter 5 ~ Deoksugung-gil: Unification, Not Separation

Chapter 06 ~ Banpo Raemian Apartment Complex

Chapter 07 ~ Winding River Village

Chapter 08 ~ The Last Vacation Trip in Indonesia

Chapter 09 ~ The Last Three Lectures in Indonesia

Chapter 10 ~ The Last 12 days in Bali, Indonesia

Chapter 11 ~ NitaSung's Ultimate Transformation

Epilogue



List of contents of the novel Bongyudongcheon Nujeongwon

Completed on May 2022

by Anita Syafitri Arif


Sabtu, 12 November 2022

봉유동천 누정원 ~ 01장 : 우리 이야기, 니타 와 성

기원전, 114,000년전지구, 아침에 떠오르는 태양 방향에서 검은 점이 나타났습니다. 가까이 다가가자, 그 물체는 한때 검은 점에 불과했고 큰 이끼 낀 바위에 접근했습니다. 큰 바위에 비친 연못 한가운데에 세 개의 흰 연꽃봉오리가 우아하게 서 있었다큰 이끼 낀 바위의 존재는 그 곳의 수호신, 일부 산과 바위 절벽으로 둘러싸인 계곡이라고 주장합니다.

 

2015년 초겨울, 대한민국 문경시 내 사랑하는 사람의 고향에 위치한 우리 행복의 정원, 봉유동천 (鳳遊洞天) 에서 내 사랑과 행복했던 순간의 상상을 그립니다.  그때 나는 어렸을 때부터 익숙해져 왔던 것처럼 넓고 시원한 탁 트인 공간 한가운데서 하늘을 나는 듯 신나게 뛰어오르고 있었고, 내 사랑은 그의 행복한 웃음 사이에서 농담을 하며 즉시 나의 기쁨을 영속시켰습니다. “니타, 날아가려는 불사조 같군.” 이어 그는전생에 불사조였을 수도 있다고 말했다. 나는 사랑 이야기로 내 상상을 계속 이어갔다.

 



얼마 지나지 않아, 햇빛을 뚫고 나타난 펄럭이는 생명체가, 점점 가까워지고 그 형태와 색이 더욱더 선명해졌습니다. 날개와 꼬리에 길고 화려한 깃털을 가진 암컷 불사조. 계곡을 일곱 바퀴 선회한후 불사조는 연못 둑의 석판 위에 착지했다.

 

석판 위에서  불사조는 정말로 그녀의 도착을 기다리고 있는 것처럼  이끼 낀 바위를 쳐다보았습니다.  햇빛은 불사조 깃털의 색을 더욱 아름답고 빛나며 매혹적으로 만듭니다. 이끼 낀 바위가 미소를 지으며 불사조를 맞이했습니다. 분위기는 신비로운 아름다움에 둘러싸여 있습니다.  이끼 낀 바위 뒤에서,  그의 숨결과 함께 화염이 폭발하면서 갑자기 수컷 용이 나타났습니다. 쇼킹, 충격, 놀라움 으로 상황은 극적으로 변했지만, 불사조(Phoenix)는 조금도 두려움이 없었고, 오히려 에너지가 솟구쳐 불사조(Phoenix)와 용(Dragon)이 눈도 깜박이지 않고 오랫동안 서로를 응시하게 만들었다. 두 사람의 모든 신경절(神經節)을 뒤흔드는 신비로운 아름다움에 그들은 길을 잃었다.

 

석판 위에서  (Dragon)과 불사조(Phoenix)는 사랑의 게임을 하고 있었고, 형태와 기원의 모든 차이점을 융합하는 생명의 숨결로 그들의 모든 욕망과 행복을 하나로 묶습니다. 태양, 커다란 이끼 낀 바위, 세 개의 연꽃 봉오리, 그리고 그곳의 모든 생명체가 그 위대한 결합을 증언합니다.


 



몇 달 후불사조(Phoenix)는 그녀의 자궁에서 세 개의 알을 낳았습니다알이 부화하면서 두 개의 알에서 두 명의 인간 아기즉 소녀와 소년을 출생했습니다이 한 쌍의 인간은 자라서 연인이 되었습니다어떻게든 수백 세대에 걸쳐서 한 쌍이 정말 비극적인 순간을 경험했을 때까지,  둘이 함께 살면서 한 가족이 되었고,  그리고 몇 세대가  되었고여러세대를 거듭하면서 점점 더 커다란  씨족(氏族)이 되었습니다.


김씨 부부에게 비극이 일어났고, 두 사람이 정자에서 일몰을 즐기던 중 남편 김씨는 해가 지는 방향에서 찾아온 검은 까마귀 무리의 갑작스러운 습격으로 사망했다. 김씨 아내는 사랑하는 연인의 죽음으로 인해 너무 슬펐고 삶의 의욕을 잃었고 며칠, 심지어 몇 주 동안 슬픔에 잠겼습니다. 어느 화창한 아침까지 그녀의 주의를 끈 불사조가 나타났습니다. 불사조의 아름다움은 그녀를 궁금하게 만들었고 어디론가로 이끌었다. 그곳에서 불사조는 사랑하는 남편에게 모든 관심과 생각, 감정을 집중하여 명상을 하라고 신호를 보냈습니다. 그래야 남편이 자신과 합쳐짐으로써 그녀의 원래의 삶으로 돌아올 수 있었습니다.

 

남편을 잃은 아내 김씨가 남편 김씨와 재회했다. 그녀의 내면에는 비극 이후 정확히 100일째 되는 날 남편도 함께 살고 있다. 생명의 영으로 돌아온 여성의 몸에는 한 쌍의 김씨가 있다. 행복과 감사의 마음을 담아 여인의 모습을 한 김씨 부부는 봉황이 가리키는 곳에 사찰을 지었다. 사찰 이름은 윤필암이었다. 사찰은 김씨 부부의 사랑의 상징이다. 그 후 사원은 명상과 자기 회복의 장소로 사람들에게 헌정(獻呈)되었습니다. 누구든지 성전에 와서 삶에 대한 열정을 회복하기 위해 침묵, 고요함, 평화 속에 머무를 수 있습니다. 여자의 모습을 한 김씨커플은 사랑의 여신으로 알려지게 됐다. 문경시 지방관청에 김씨 부부의 공헌이 한국불교 윤필암의 건립  공식으로 기록되어 있습니다.



 

윤필암이 창건된 지 600년이 지난 1956년 음력 1 7, 이 절에서 멀지 않은 곳에 김 부부의 첫 아들이 태어났다. 이 아기는 33대 사랑의 여신의 후예 중 한 명입니다. 애타게 기다리던 아기의 이름은 성균(First name)이었다, 그래서 성명(姓名,Full name)은 김성균(金晟均)이 되었다.   성균(晟均)은 樓亭苑(누정원)이라는 여러 한국 전통 정원이 있는 아름다운 고향에서 자랐습니다. 풍경을 즐기려는 그의 열정덕분에 그의 재능, 즉 풍경화를 그리는 재능을 탄생시켰습니다. 성균(晟均)  주로 누정원(樓亭苑)의 형태로 풍경화를 그린다.

 

일생 동안 성균(晟均)은 수십만 년 동안 이끼 낀 큰 바위가 지키고 있는 정원인 자신의 정원을 가질 수 있었습니다. 그리고 성균(晟均)이 정원을 자신의 회복의 장소로 사용하기 시작하자마자 바위는 웃는 부처로 나타나기 시작했습니다. 성균(晟均)  그것을 부처바위라고 불렀다. 성균(晟均)   부처바위가 지키는 공원을 너무 좋아해서 봉유동천 (鳳遊洞天) 이라고 이름을 지었다. 성균(晟均)  봉유동천 정원을 자랑스러워하며 특히 불상을 보여주는 사진을 많이 찍었다.

 



그런 순수한 긍지와 행복을 가진 성균(晟均)  누구에게나 봉유동천 사진을 보여줬다. 성균(晟均)  자신이 사진을 보여 주는 사람이 감동을 받든, 무관심하든, 아니면 그저 작은 얄팍한 말을 하든 개의치 않았다. 2014년 초 어느 날 자카르타에서 점심을 먹기 위해 그날 처음 만난 니타(Nita)라는 여성에게 봉유동천 사진을 보여줬다. 성균(SungKyun)과 니타(Nita)는 칠리웅강(Ciliwung  River)의 다른 관찰자들과 함께 강둑에 있는 정착지에서 현장 방문을 하던 날 아침에 처음 만났습니다.

 

봉유동천 사진을 보여주신 다른 분들과 달리 니타(Nita)는 굉장히 열정적이고 세심한 모습을 보여 궁금증을 자아냈습니다. 성균(SungKyun)은 행복에 찬 눈을 반짝반짝 빛나며 니타(Nita)에게 "언젠가 한국에 오시면 봉유동천 정원을 보여드릴 수 있어요"라고 말했다.

 

당시 성균(SungKyun)과 니타(Nita)  긴밀한 소통을 이어갔다. 니타(Nita)와 그녀의 아들은 2014 3월 초에 자카르타에서 발리로 이사했습니다. 2014 9,  성균(SungKyun)과 니타(Nita)는 발리 우붓에서( in Ubud, Bali) 다시 만났습니다. 2015 1, 성균(SungKyun)과 니타(Nita)는 니타의 출생지인 남술라웨시 (South Sulawesi) 의 여러 곳을 여행하며 즐거운 시간을 보냈습니다. 2015 9, 성균(SungKyun)과 니타(Nita)  롬복과 발리에서 다시 모였습니다. 그리고 성씨가 9 13일 발리에서 한국으로 돌아오기 몇 시간 전, 두 연인은 매우 단순하고 전통적인 발리식 의식으로 그들의 관계를 확인했습니다. 발리의 종교적 신념에 따르면 성균(SungKyun)과 니타(Nita)  스칼라(유형)와 니스칼라(무형) 존재 모두에서 우주의 인정을 받은 연인입니다.

 

늦가을 초겨울 2015 11 27, 아직 보름달이 뜨던 때, 니타(Nita)와 성균(SungKyun)  봉유동천 정원에 도착했다. 분위기는 아름답고 마술적이며 희미하게 회반죽이 있으며 석불이 있는 계곡은 보름달 빛으로만 비춰집니다. 정원 파빌리온으로 사용되는 캐빈에서 저녁 식사를 마친 후, 성균(SungKyun)과 니타(Nita)   테라스에 서서 시원한 공기와 달빛을 즐깁니다. 조용한 분위기. 갑자기 성균(SungKyun)이 큰 소리로 외쳤습니다. Niiitaaa, I love youuu! 니타(Nita)도 큰 소리로 외쳤어 김성균(金晟均) 나도 사랑해 여보!

 

2015 11 29일 봉유동천을 떠나기 직전 성균(SungKyun)은 불상 근처에서 니타의 사진을 찍자고 제안했다. 연못가에 있는 석판에 명상을 하는 것처럼 포즈를 취한 니타는 넓은 광장에서 평소처럼 기뻐서 펄쩍펄쩍 뛰었다. 성균(SungKyun)은 휴대폰 카메라로 사진을 많이 찍고 "니타, 날아갈 불사조 같다"고 말했고, 이어 "전생에 불사조였을지도"라고 말해 웃음을 자아냈다.

 

봉유동천 정원은 니타가 한국에 올 때마다 일종의 메인 장소가 되었다. 2019 2, 니타(Nita)와 성균(SungKyun)   서울에서 열리는 심포지엄을 이틀 앞두고 발렌타인 데이를 축하하면서 이 자기 회복 장소를 즐겼습니다. 심포지엄이 끝난 후 그들은 나머지 심포지엄 참가자들과 함께 이 신성한 전통 정원을 방문하기 위해 돌아왔습니다. 그것이 니타(Nita)가 행복의 정원에 있었던 마지막 시간이었습니다. 그러나 정원이 그들의(Nita Sung)의 진정한 낙원의 보금자리라는 것을 확신시키기 위해 계속 되돌아오는 니타(Nita)의 양심에는 무언가가 있습니다.

 


 

김성균이 2020 6 19일 금요일 서울에서 별세했습니다. 봉유동천 누정원 정원의 잡초를 뽑은 지 2주가 지났을 때였다. 발리에 사는 니타는 이야기가 너무 빨리 변한다는 생각밖에 할 수 없다. 만화경처럼 니타와 성균이 함께한 추억과 그녀의 꿀 김성균과의 이야기가 속속 등장하며 반복된다.

 

조경 식물 강의는 거의 4개월 동안 매주 수요일 아침에 거의 확대/축소로 진행됩니다. Nita는 또한 항상 Zoom을 통해 강의에 참석합니다. 성현은 캠퍼스 출연 이튿날인 6 11일 대학병원에서 건강검진을 받았다. 소화기 계통에 심각한 문제가 있어 하루나 이틀 정도 입원해야 한다. Nita Sung 2020 6 17일까지 WA Facebook 메신저를 통해 계속 소통하고 있었습니다. 게다가 Nita는 성에게서 연락이 오지 않아 3일 동안 질문과 혼란으로 가득 차 있었습니다. 니타는 6 21일 일요일 동이 트기 전까지 김성균 교수가 이틀 전인 6 19일 금요일 오후에 별세했다는 소식을 근우(성 박사의 박사과정 학생)로부터 받았다.

 

발리에 사는 니타는 이야기가 너무 빨리 변한다는 생각밖에 할 수 없다. 만화경 쇼처럼 니타와 성균이 함께했던 추억과 그녀의 꿀, 김성균과의 이야기가 연이어 등장하고 반복됐다. Nita는 발리에 있는 그녀의 집 방에서 길고 깊은 명상에 빠졌습니다. 사찰 같은 방, 그녀가 꿀꿀 김성균과의 침실을 의미했다.

...

 

이제 우리 동화의 큰 그림이 보입니다. Nita는 그녀의 소울메이트이자 그녀의 쌍둥이 불꽃인 김성균을 데리러 오는 불사조였으며 앞으로도 그럴 것입니다. 니타는 김여신의 이야기를 되풀이해 진정한 연인과 재회하고, 여성으로서의 삶이 끝날 때까지 함께 살게 했다. Nita Sung은 융합되어 인간으로서의 시간이 끝날 때까지 함께 산다. 그들은 그 순간 진정한 궁극의 완전성에 도달할 것입니다. 그들 존재의 모든 시작의 시작과 그들의 존재의 모든 끝의 끝으로 돌아가기 위해. 둘 다 여성의 형태로 결합하여 빛 위에 빛이 있는 존재로 돌아갈 것입니다.

 

그들의 결합 니타와 성은 시작도 끝도 없는 이 우주에 니타성(NitaSung), 찬란한 빛의 근원으로 존재할 것이다. 태양계의 중심으로서 열반에 존재하고, 태양계의 구성원으로서 사랑하는 가족들에게 둘러싸여 있으며, 그들 역시 더 높은 차원의 의식 속에 살고 있습니다. 은하계의 중심으로서 사랑하는 친척과 친구들과 함께, 어떤 무한한 공간에서, 수백만 광년 동안 한 번에 열반에 존재합니다. 니타성 스타가 엄청난 삶의 순환을 반복할 때까지. 최강의 존재!

 

#사랑해여보사양꾸💚💙


봉유동천 누정원 ~ 01장 : 우리 이야기, 니타 와 성

2022년 5월 작성 완료

아니타 샤피트리 아리프  

(Anita Syafitri Arif)

봉유동천 누정원 ~ 내용 목록

“봉유동천은 봉황이 놀고 쉬는 계곡이라는 뜻이다.”

김성균


“Bongyudongcheon means the valley where the BongHwang (Oriental Phoenix) plays and rests.”

Sung-Kyun Kim 




“누정원(樓亭苑)은 누정(樓亭) 건물을 중심으로 전체적으로 시각적, 개념적으로 정리된 외부 공간입니다.” 

김성균 교수는 한국의 풍경에 대한 새로운 정의를 시작했는데, 그 이유는 “심미적이고 실용적인 목적으로 장식된 인공적이고 울타리가 있는 공간” 과 같은 서양식 정원 개념으로 설명할 수 없기 때문이다.


내용 목록


프롤로그

01장 ~ 우리 이야기, 니타 와 성

02장 ~ 조상의 땅에 대한 사랑의 협력

03장 ~ 사랑과 더 많은 사랑을 성취하기

04장 ~ 사랑공화국의 첫날

05장 ~ 덕수궁길 : 분단이 아닌 통일

06장 ~ 반포 래미안 아파트 단지

07장 ~ 와인딩 리버 빌리지

08장 ~ 인도네시아에서의 마지막 휴가 여행

09장 ~ 인도네시아에서의 마지막 세 번의 초청강연

10장 ~ 인도네시아 발리에서의 지난 12일

11장 ~ NitaSung의 궁극의 변신

발문


봉유동천 누정원이라는 소설의 내용 목록

2022년 5월 작성 완료

아니타 샤피트리 아리프  

(Anita Syafitri Arif)